Ceramah Master Cheng Yen: Keluhuran Buddha

“Kita semua ingin menolong sesama. Namun, pada saat yang sama, kita juga harus melatih diri menjadi orang yang lebih baik,” kata seorang relawan Tzu Chi Singapura.

“Sebelumnya, kebajikan dalam ajaran Buddha yang saya ketahui sangat terbatas. Usai mengikuti pelatihan hari ini, saya memahami bahwa orang yang mengalami keterbatasan fisik juga mampu menolong sesama. Jadi, mulai hari ini, saya akan menyisihkan sedikit uang setiap hari dan menyumbangkannya kepada Tzu Chi,” tutur Lasantha Chandimal, relawan lokal.

Setelah mendengar Dharma, kita harus sangat bersungguh hati. Buddha datang ke dunia ini dengan tujuan mulia. Buddha berulang kali datang ke dunia ini untuk membabarkan ajaran kebenaran. Buddha memiliki keluhuran. Dengan tekad dan ikrar luhur, Buddha melatih diri dari kehidupan ke kehidupan. Buddha bukan mengejar kedamaian dan kebahagiaan pribadi, melainkan demi membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Inilah keluhuran Buddha.


Melatih diri berarti membina diri sendiri dan bersumbangsih di tengah umat manusia. Akumulasi dari keduanya disebut keluhuran. Dengan keluhuran, kita bisa membawa manfaat bagi semua makhluk. Karena ingin membawa manfaat bagi semua makhluk, Buddha bisa membina keluhuran. Kita harus memahami hal ini dengan sepenuh hati. Jadi, Buddha memiliki keluhuran karena terus bersumbangsih tanpa pamrih di tengah umat manusia dari kehidupan ke kehidupan.

“Sebelum Tzu Chi membagikan makanan, kami tidak punya makanan untuk dimakan di rumah. Anak saya sering berkata bahwa dia sangat lapar. Relawan Tzu Chi bukan hanya membantu kami dengan penuh rasa hormat, tetapi juga memperhatikan dan menyemangati kami,” ujar Indika, seorang penerima bantuan.

“Setiap bulan, Tzu Chi membagikan makanan. Sejak menerima bantuan Tzu Chi, saya bisa menabung. Kini saya membangun sebuah rumah kecil sehingga keluarga saya punya tempat tinggal. Saya juga mengikuti imbauan relawan Tzu Chi dan menyisihkan 500 rupee setiap bulan untuk menolong sesama,” kata Anusha, penerima bantuan.


Semua makhluk memperoleh kedamaian dan kebahagiaan serta semua orang menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian, inilah tujuan Buddha membabarkan Dharma. Buddha berharap setiap orang dapat memperoleh manfaat dari Dharma. Karena itu, Buddha tidak menyerah dan terjun ke tengah umat manusia dari kehidupan ke kehidupan. Buddha tidak jemu ataupun meninggalkan kita.

Buddha tidak pernah berpikir untuk beristirahat. Buddha terus-menerus datang ke dunia ini. Inilah yang dilakukan Buddha dari kehidupan ke kehidupan tanpa henti. Buddha tidak pernah berpikir untuk berhenti. Di setiap kehidupan-Nya, Buddha memberi kebajikan, mengajarkan kebajikan, dan berbuat kebajikan. Demikianlah Buddha membawa manfaat bagi semua makhluk.

Demikian pulalah Buddha membina keluhuran. Jadi, membawa manfaat bagi semua makhluk dan melakukan kebajikan tanpa batas, inilah yang akan dilakukan Buddha di kehidupan-kehidupan mendatang. Ini jugalah yang dilakukan Buddha di kehidupan-kehidupan lampau. Hingga selamanya, Buddha akan terus-menerus membawa manfaat bagi semua makhluk dan melakukan kebajikan tanpa batas.


Jika bisa memahami hati Buddha, maka secara alami, kita akan sangat bersungguh hati. Begitu pula jika semua orang bisa memahami ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha, yakni tidak akan mencapai kebuddhaan sebelum neraka kosong. Ini merupakan ikrar agung. Meski bukan demi diri sendiri, semua makhluk di alam neraka juga hendaknya berjuang demi Bodhisatwa Ksitigarbha. Bodhisatwa Ksitigarbha tidak memikirkan diri sendiri, hanya memikirkan makhluk yang menderita. Jika yang ditolong dan yang menolong bisa memahami satu sama lain, maka tidak sulit bagi semua makhluk untuk terselamatkan.

Buddha Sakyamuni berulang kali datang ke dunia ini tanpa henti untuk membabarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Jika semua makhluk dapat memahami hati Buddha, mereka akan secara alami dan tulus membimbing diri sendiri. Dengan demikian, harapan Buddha baru bisa terwujud. Kedua hal ini dilandasi prinsip yang sama. Jadi, yang mendengar Dharma harus bersungguh hati.

Selain itu, kita juga harus mendengar Dharma dengan pikiran lurus dan mempraktikkannya dalam keseharian. Inilah yang disebut mendengar, membabarkan, dan mewariskan Dharma. Dharma harus diwariskan. Dalam bab Guru Dharma dari Sutra Teratai, Buddha dengan tulus dan sungguh-sungguh mengajak orang-orang menyerap dan membabarkan Dharma. Buddha juga merekrut Bodhisatwa dunia dengan sangat tulus dan sungguh-sungguh.


Buddha berharap ada Bodhisatwa dunia yang bersedia membangun ikrar agung untuk menyelamatkan semua makhluk. Ini merupakan harapan Buddha. Kita harus memahami bahwa para Buddha dan Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menyelamatkan semua makhluk dengan berbagai usaha dan metode. Semua makhluk hendaknya menyerap ajaran kebajikan dengan tulus agar lebih mudah terbimbing. Jika kita tidak membimbing diri sendiri di kehidupan ini, lalu kapan lagi? Kita harus memanfaatkan tubuh, kehidupan, dan waktu kita dengan baik. Dengan berpegang pada tekad dan prinsip kebenaran, jalan kita akan sangat lapang.

Bodhisatwa sekalian, kita harus senantiasa bersungguh hati mempraktikkan Dharma dalam keseharian. Saya berharap setiap orang dapat membawa manfaat bagi semua makhluk dan memperoleh manfaat dari Dharma. Inilah harapan kita. Semoga setiap orang bisa berbuat baik untuk membawa manfaat bagi sesama. Mari kita bersungguh hati setiap waktu.

Melatih diri selama berkalpa-kalpa demi menyelamatkan semua makhluk

Tanpa jemu memberi kebajikan di tengah umat manusia

Memahami hati Buddha dan mempraktikkan Dharma dengan keyakinan dan ikrar

Membawa manfaat bagi semua makhluk dan melakukan kebajikan tanpa batas

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 April 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal  1 Mei 2018

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -