Ceramah Master Cheng Yen: Kembali dengan Ikrar untuk Menakhodai Perahu Cinta Kasih


“Master, saya telah berikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, meneladan hati Buddha, dan mewarisi tekad Master. Mohon Master jangan khawatir,”
kata Michael Siao, Wakil ketua Tzu Chi Filipina.

Saya dan para bhiksuni di Griya Jing Si mendoakanmu. Kamu sendiri harus berikrar untuk memanfaatkan tubuh dan kehidupanmu guna bersumbangsih bagi dunia.

“Master, saya mengerti dan telah berikrar demikian,” ucap Michael Siao.

Sungguh, setiap detik dan menit, ada seseorang yang selalu ada dalam benak saya, yaitu Michael Siao. Belakangan ini, dia selalu ada dalam benak saya. Saya juga sangat bersyukur semua orang mendoakan Michael dengan tulus. Terima kasih, semuanya.

Saya sering berkata bahwa kehidupan tidaklah kekal. Kehidupan memang tidak kekal. Apakah ada yang abadi? Tiada yang abadi di dunia ini. Buddha pun berkata demikian. Usia saya terus bertambah. Buddha hidup di dunia hingga usia 80 tahun dan saya telah melebihi usia Buddha. Meski demikian, jiwa kebijaksanaan Buddha bertahan selamanya. Buddha tetap ada di dunia ini. Kebijaksanaan-Nya telah diteruskan di dunia ini dan ajaran-Nya terdapat di mana-mana.

Ajaran Buddha ada karena Buddha datang ke dunia. Hingga kini, ajaran Buddha masih ada di dunia. Ada banyak orang yang tak terhitung jumlahnya yakin terhadap ajaran Buddha. Yang dibutuhkan hanyalah ketulusan. Kita yakin terhadap ajaran Buddha dengan hati yang tulus. Hati yang tulus juga merupakan ajaran Buddha. Bagaimanapun kita merasa khawatir, kehidupan tetaplah tidak kekal. Buddha datang ke dunia untuk menunjukkan kebenaran sejati. Ajaran yang paling benar adalah ketidakkekalan.


Kehidupan manusia tidak kekal, materi pun tidak kekal. Segala materi mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Dharma mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Pikiran kita juga timbul dan tenggelam. Apa itu kekekalan dan ketidakkekalan? Yang terpenting, kita harus berpikiran terbuka. Intinya, kita harus tersadarkan atau tercerahkan.

Baik materi maupun makhluk hidup, semua dipengaruhi oleh jalinan jodoh yang bisa timbul dan lenyap. Jadi, ada perpaduan sebab dan kondisi. Dengan adanya perasaan dan jalinan jodoh, sang ayah dan sang ibu membina rumah tangga hingga akhirnya memiliki anak. Namun, jalinan jodoh ini bergantung pada diri sendiri. Kedua orang tua adalah sebab, tetapi terlahir di keluarga yang mana, itu bergantung pada jalinan jodoh sang anak. Ke alam manakah jalinan jodoh akan membawa kita?

Kita semua berada di alam yang sama dan memiliki jalinan jodoh yang sama, yaitu alam manusia. Kita memiliki jalinan jodoh untuk terlahir di alam manusia pada era sekarang. Kita terlahir di era sekarang dan memiliki jalinan jodoh yang sama untuk berhimpun di Tzu Chi. Semua ini merupakan kebenaran. Kebenaran ini sangatlah sederhana, bukan sesuatu yang dalam. Ini begitu sederhana, tetapi kita tidak memahaminya sehingga diliputi kerisauan.


Belakangan ini, saya diliputi banyak kerisauan. Jadi, kini saya berkata demikian untuk membebaskan diri sendiri. Saya terus mengkhawatirkan kondisi Michael. Bayangannya selalu ada dalam benak saya. Saya sangat khawatir, tetapi tetap berkata pada diri sendiri bahwa hidup dan mati adalah bagian dari hukum alam. Meski demikian, kita harus berusaha semaksimal mungkin.

Saya juga memberi tahu para dokter kita untuk berusaha semaksimal mungkin dan jangan menyerah. Hanya ini yang bisa kita lakukan dan sisanya bergantung pada jalinan jodoh. Jadi, kita harus berpikiran terbuka. Semua orang telah berusaha semaksimal mungkin dan terus mendoakannya dengan tulus.

Dalam interaksi antarmanusia, kita hendaknya senantiasa mendoakan satu sama lain. Ini perlu dilakukan setiap waktu. Terlebih lagi, di saat seperti ini, kita harus memberikan doa terbaik untuknya. Kekhawatiran tidak terhindarkan, tetapi kita juga harus berpikiran terbuka. Saya yakin bahwa semua orang telah mengerahkan segenap hati dan tenaga. Saya bersyukur kepada setiap orang yang telah mendoakannya. Kita semua mendoakannya dengan tulus.


Kita harus menghargai jalinan jodoh dengan setiap orang. Terhadap orang-orang di sekeliling kita yang masih sehat, kita juga harus saling memotivasi untuk sungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika mereka menapaki Jalan Bodhisatwa, kita akan selalu merasa tenang. Saya juga menginventarisasi kehidupan Michael Siao. Sejak muda, kehidupannya sangat bernilai. Saat menjadi anggota Tzu Ching, dia juga membimbing sesama anggota Tzu Ching. Setelah lulus, dia mendedikasikan diri untuk misi Tzu Chi.

Jadi, jalan yang ditapakinya adalah jalan yang dibuka dan dibentangkannya sendiri. Karena itu, kita tidak perlu mengkhawatirkan jalannya. Namun, kita harus mendoakannya dengan penuh cinta kasih. Dia akan menuai apa yang dia tabur. Hatinya sangat murni. Hatinya tidak pernah ternoda dan sangat murni. Mari kita doakan yang terbaik untuknya. Demikianlah kehidupan. Demikianlah interaksi antarmanusia, termasuk para insan Tzu Chi.

Kita semua mendalami Dharma dan tahu bahwa Dharma menunjukkan kebenaran di dunia. Kita hendaknya mawas diri dan giat mempraktikkan ajaran Buddha di dunia. Kita harus sungguh-sungguh membuka dan menapaki jalan. Panjang atau pendeknya usia kehidupan bukanlah masalah asalkan kita membentangkan jalan yang benar.

Menyadari ketidakkekalan dan tidak menyia-nyiakan waktu
Meneguhkan kekuatan ikrar dan giat menapaki jalan menuju kesadaran
Jiwa kebijaksanaan bertahan hingga selamanya di Jalan Bodhisatwa
Kembali dengan ikrar untuk menakhodai perahu cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 04 Juni 2025
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -