Ceramah Master Cheng Yen: Kembali ke Tanah Kelahiran Buddha dan Menapaki Jalan Bodhisatwa
“Kakak Jian-yi sudah tinggal di sana selama 674 hari,” kata Liu Rui-shi, Ketua Tzu Chi Singapura memperkenalkan para relawan.
Lebih dari 600 hari.
“Ini adalah Kakak Nan-kai. Catatan harian yang Master lihat setiap hari ialah tulisan Kakak Nan-kai. Dia menulis catatan harian setiap hari hingga saat ini,” lanjut Liu Rui-shi.
Anda membawakan laporannya sehingga saya bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi di sana.
“Inilah catatan harian yang kami tulis,” kata Nan-kai, relawan Tzu Chi.
Ini sangatlah penting.
Liu Rui-shi melanjutkan “Dia diam-diam terus melakukannya dan telah tinggal di sana selama lebih dari 400 hari. Dahulu, dia adalah kepala perawat di Singapura. Di Desa Silaunja dan Bakraur, dia menasihati orang untuk berhenti minum minuman keras.”
Pahalanya tak terhingga.
“Selain itu, berhubung di sana tidak ada papan nomor rumah, dia pun perlahan-lahan membantu pemerintah setempat untuk merancangnya. Dia dan Jin-yan adalah partner yang serasi. Selain menangani urusan medis, dia juga menulis catatan harian. Catatan harian India juga dia yang tulis. Jadi, dia menjalankan banyak fungsi. Dia adalah relawan medis sekaligus relawan dokumentasi,” pungkas Liu Rui-shi.
Saat ini, saya berhadapan dengan Bodhisatwa sejati di dunia. Sekelompok Bodhisatwa di hadapan saya ini telah bersumbangsih secara nyata di tengah masyarakat. Semuanya telah menjangkau tanah kelahiran Buddha dengan hati yang tulus.
Lebih dari 2 ribu tahun yang lalu, Buddha telah membangun tekad dan ikrar. Kini, 2 ribu tahun lebih setelahnya, kita semua mengenal Buddha, tetapi zaman kita sangat jauh dari zaman Buddha. Namun, Buddha telah berkata bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan.

Bodhisatwa sekalian di hadapan saya ini telah melayani di tanah kelahiran Buddha. Para Bodhisatwa Singapura dan Malaysia telah membangun tekad dan ikrar. Waktu bukanlah masalah. Selama kita memiliki ikrar, tempat yang jauh pun bisa dijangkau. Jadi, berhubung kita memiliki satu ikrar dan tekad yang sama, kita seakan hidup di zaman yang sama dengan Buddha.
Tujuan Buddha datang ke dunia ialah mengajarkan praktik Bodhisatwa. Walau zaman kita berjarak lebih dari 2 ribu tahun dari zaman Buddha, hati kita tetap mengikuti ajaran-Nya. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa dan kini kita telah bermandi air Dharma. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa. Saat ini, tubuh dan batin kita telah menyatu dengan ajaran-Nya dengan menapaki Jalan Bodhisatwa. Bukankah ini berarti kita telah bermandi air Dharma?
Semangat dan filosofi Buddha telah tertanam di dalam hati dan pikiran kita. Buddha telah melihat penderitaan. Itulah sebabnya, Beliau meninggalkan istana dan terjun ke tengah masyarakat. Karena melihat penderitaan, Buddha ingin menyelamatkan makhluk yang menderita. Jika hanya di lingkungan istana yang kecil, bagaimana mungkin Beliau bisa menjangkau semua makhluk yang tak terhitung untuk menyelamatkan mereka? Oleh karena itu, Buddha terjun ke tengah masyarakat dan membimbing semua orang untuk menjadi Bodhisatwa.

Setiap orang yang memiliki jalinan jodoh untuk mengenal ajaran Buddha bagai bermandi kebenaran sejati Buddha. Begitu mendengarnya, semuanya langsung paham. Dahulu, ketika pertama kali mendengar Dharma, saya juga langsung paham dan membangun tekad dan ikrar untuk meninggalkan keduniawian. Jika saat itu saya tidak mengenal Dharma yang membuat saya makin dekat dengan hakikat kebuddhaan dan tidak membangun ikrar, selama hampir 60 tahun ini, saya tidak akan bisa menyebarkan Dharma di dunia.
Saya harus memberikan teladan nyata, baru ada jalinan jodoh. Saya bisa melakukannya berkat adanya tubuh ini. Sejak saya masih muda, dari waktu ke waktu hingga sekarang, tubuh ini masih tubuh yang sama, tetapi wujudnya sudah berbeda, menjadi tua dan sakit. Kelima indra yang terdiri atas mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh akan mengalami gangguan dan penurunan fungsi. Berhubung kehidupan manusia tidak kekal serta mengalami penderitaan akibat lahir, tua, dan sakit, Buddha datang ke dunia untuk mengajari orang-orang agar tidak menyia-nyiakan kehidupan.
Buddha membimbing semua orang untuk memahami prinsip kebenaran dan menggunakan tubuh mereka untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi dunia. Ketika kita menerima Dharma, kita akan bertekad untuk melakukan hal baik. Jika waktu itu saya tidak mengenal Dharma, saya juga tidak akan menjadi monastik seperti sekarang. Jika kalian tidak pernah tersentuh dan tidak membangun tekad, kalian pun tidak akan menjadi insan Tzu Chi sekarang. Semuanya telah mempraktikkan ajaran. Saya pun telah mempraktikkan ajaran.

Guru saya berpesan untuk berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Inilah misi saya. Berkat adanya pesan dari guru saya, barulah ada Tzu Chi hingga hari ini. Tzu Chi berkembang seiring dengan Dharma. Jadi, saya pun mendengarkan ajaran guru saya. Guru saya berkata, "Saya dan kamu memiliki jalinan jodoh guru dan murid. Ingatlah bahwa di masa depan, kamu harus berjuang demi ajaran Buddha, demi semua makhluk." Guru saya hanya menyampaikan 2 kalimat ini dan saya terus mempraktikkan ajarannya.
Saya menyerap Dharma ke dalam hati dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan. Sumber dari jiwa kebijaksanaan saya ialah berjuang demi ajaran Buddha, demi semua makhluk. Saat ini, saya kembali berkumpul bersama kalian. Kalian juga telah menggenggam jalinan jodoh untuk mengikuti langkah saya. Niat kita bagaikan sebutir benih yang dapat menghasilkan benih yang tak terhingga. Guru saya telah memberikan ajaran kepada saya dan saya mewariskannya kepada kalian.
Berapa banyak negara di dunia saat ini yang memiliki benih Tzu Chi? Bermula dari sebutir benih, kini benih Tzu Chi telah tersebar ke berbagai negara. Inilah yang disebut menabur benih kebajikan. Hendaknya kita memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung. Dengan jalinan kasih sayang, kita akan terus maju langkah demi langkah. Selama ada jalinan jodoh, hendaknya kalian menabur benih kebajikan. Semua ini membutuhkan kekuatan yang besar. Saya merasa sangat bersyukur.
Membangun tekad dan ikrar untuk mengemban misi
Mempraktikkan ajaran dan menyebarkan Dharma
Terjun ke tengah masyarakat untuk menginspirasi semua makhluk dan menabur benih kebajikan
Membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha dan memupuk jalinan jodoh berkah
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 11 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 13 Agustus 2025