Ceramah Master Cheng Yen: Kembali pada Hakikat Kebuddhaan

Buddha berkata bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Sungguh, semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Kita hendaknya memandang kehidupan hewan dan manusia secara setara. Meski manusia dan hewan memiliki wujud dan kondisi kehidupan yang berbeda, tetapi semua makhluk merupakan satu kesatuan. Nyawa hewan sama berharganya dengan nyawa manusia. Hanya saja, manusia sangat beruntung karena bisa mendengar Dharma. Karena itu, kita hendaknya menghargai kesempatan untuk mendalami Dharma.

Dalam ceramah pagi, saya mengulas tentang bab Stupa Permata. Isi bab ini bertujuan untuk mengingatkan semua orang bahwa stupa itu ada di dalam hati setiap orang, karena setiap orang memiliki Buddha yang utuh, yakni hakikat kebuddhaan. Berhubung setiap orang memiliki stupa di dalam hati, maka kita harus melatih ke dalam diri. Kita tidak perlu mencari Buddha ke tempat yang jauh karena Buddha terdapat di dalam hati kita. Setelah memahami kebenaran, kita akan menemukan stupa di dalam hati kita. Namun, kita juga harus tahu bagaimana cara membuka pintu stupa kita. Kita harus memahami kebenaran ini.

Kita juga melihat para dokter kita yang sering terjun ke komunitas untuk memberikan pelayanan medis dan penyuluhan kesehatan. Anggota TIMA dan relawan Tzu Chi pergi ke Desa Yuanbei untuk memberikan pelayanan medis bagi warga. Biasanya, Chen Tian-rui, Kepala Desa Yuanbei mengantar warga berobat dengan kapal. Namun, para lansia tidak leluasa untuk naik dan turun kapal. Selain itu, mereka juga merasa segan. Jika tidak terpaksa, mereka tidak akan keluar untuk berobat.

“Kalian melayani dengan baik, bahkan memijit saya. Ini sangat bermanfaat bagi kesehatan saya. Saya sangat gembira kalian bisa datang ke sini. Jika tidak, saya harus naik kapal untuk berobat ke rumah sakit sekali sebulan,” Ungkap Wang Bao-zuo, Warga Desa Yuanbei.

“Wilayah pantai sangat lembap. Jika warga takut terjemur sinar matahari, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit tulang, seperti degenerasi tulang dan rematik,” ungkap Xiao Taian-yuan, Dokter ortopedi TIMA

Para dokter kita juga memberikan pelayanan medis ke rumah warga dengan didampingi oleh relawan Tzu Chi. Ada yang membersihkan rumah, memandikan pasien, memeriksa pasien, mengobati pasien, dan lain-lain. Ini membutuhkan kesatuan hati banyak orang. Pada dasarnya, setiap orang memiliki hati Buddha. Hati Buddha terdapat di berbagai tempat. Di mana pun berada, asalkan memiliki cinta kasih, kita bisa bersumbangsih bagi sesama.

Kita juga bisa melatih diri bersama yang lain. Contohnya pelatihan berskala besar kali ini yang diikuti oleh sekitar 15.000 orang di berbagai ladang pelatihan Tzu Chi di Taiwan dan luar negeri. Para relawan dari berbagai komunitas dan wilayah di berbagai negara mengikuti pelatihan dengan kesatuan hati. Biasanya, mereka menapaki Jalan Bodhisatwa di komunitas dan negara masing-masing. Para relawan kita bekerja sama dengan menjalankan fungsi masing-masing. Di setiap komunitas, relawan kita mengembangkan potensi mereka untuk bersumbangsih bagi sesama. Mereka bekerja sama untuk bersumbangsih dengan tekad, ikrar, dan kerelaan diri sendiri.

Dua hari yang lalu merupakan penutupan pelatihan selama dua hari satu malam. Dalam acara penutup, saya memberikan ceramah kepada lebih dari 10.000 relawan yang terhubung lewat telekonferensi. Usai memberikan ceramah, saya juga berkata,

“Kalian harus menjaga hati Bodhisatwa kalian dengan baik.” “Kalian juga harus memperhatikan donatur kalian, menyucikan hati mereka, dan menginspirasi cinta kasih mereka.” “Jika ada yang berhenti di tempat, kalian harus mengajaknya bergabung kembali.”

Hari itu, setelah turun dari podium dan sedang naik ke lantai atas, seorang pengikut saya berkata,

“Insan Tzu Chi di Afrika sangat gembira.” Saya berkata, “Apa yang membuat mereka gembira?” Dia berkata,

“Mereka mendengar Master memuji mereka.”

Hari itu, saya memang memuji ketekunan dan semangat relawan di Afrika. Saya mengulas bagaimana ketekunan mereka dalam melakukan sosialisasi tentang bulan tujuh penuh berkah. Di sebuah tempat yang sangat sederhana, mereka juga bisa mengumpulkan lebih dari 3.000 orang. Mereka juga mempersembahkan sandiwara dengan tanah sebagai panggung mereka. Mereka mempersembahkan sandiwara untuk menyosialisasikan pola makan vegetaris. Lihatlah, mereka duduk di atas tanah dengan celana putih mereka. Para penonton sangat gembira.

Para relawan kita juga menyiapkan 3.000 porsi makanan vegetaris. Mereka menanam sayurannya sendiri dan memasaknya sendiri bagi orang-orang yang hadir. Dengan sumber daya yang terbatas, mereka bisa menyiapkan makanan bagi orang-orang. Bayangkanlah, bagaimana bisa saya tidak memuji mereka? Pada hari saya memuji mereka, mereka juga mengikuti pelatihan. Relawan dari beberapa Negara yang berkumpul di Johannesburg untuk mengikuti pelatihan sangat gembira mendengar saya memuji mereka. Singkat kata, berkat kecanggihan teknologi masa kini, orang-orang di berbagai tempat yang memiliki hati Buddha dapat melatih diri bersama dengan kesatuan hati. Saya sungguh bersyukur atas hal ini.

Buddha berkata bahwa di dalam hati kita terdapat stupa. Sesungguhnya, stupa tersebut adalah tekad dan ikrar untuk bertindak secara nyata guna menolong orang-orang yang menderita. Jadi, stupa di dalam hati hanyalah perumpamaan. Namun, ajaran Buddha harus kita praktikkan sekarang. Berkat kecanggihan teknologi, ajaran saya bisa tersebar dengan cepat. Meski terpisah oleh jarak yang sangat jauh, kita bisa saling berkomunikasi dengan cepat. Singkat kata, kekuatan cinta kasih sungguh menakjubkan dan tidak bias diprediksi. Kita harus yakin akan hal ini.

Membangkitkan hati Buddha dan melindungi cinta kasih

Puluhan ribu orang mengikuti pelatihan dengan kesatuan hati

Menguras pikiran untuk melakukan sosialisasi di tengah kondisi yang sulit

Bertindak secara nyata untuk menolong orang yang menderita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 06 September 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 08 September 2016

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -