Ceramah Master Cheng Yen: Kembali pada Sifat Hakiki dan Batin yang Suci

Hidup manusia penuh ketidakberdayaan dan banyak hal yang berada di luar kendali kita. Waktu tidak bisa kita kejar. Seiring berlalunya waktu, usia kita juga terus bertambah. Waktu terus berlalu tanpa henti. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh menunaikan kewajiban kita. Jika setiap orang bisa menunaikan kewajiban masing-masing, saya yakin kehidupan kita akan lebih bahagia. Menunaikan kewajiban berarti tidak menyimpang dari jalan yang benar. Lakukanlah hal-hal yang seharusnya dilakukan.

Setelah makan siang, kepala kepolisian datang menemui saya untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tzu Chi atas hal-hal yang kita lakukan bagi para polisi. Meski dia terus berterima kasih kepada Tzu Chi,tetapi dalam hati saya berpikir bahwa semua orang seharusnya saling berterima kasih.Tanpa para polisi yang menjaga ketertiban di masyarakat, kita juga sulit untuk hidup aman dan tenteram.Ini karena pikiran manusia sulit dikendalikan. Meski hanya segelintir orang yang melanggar aturan, kita tetap membutuhkan peranan polisi untuk menjaga keselamatan kita. Saat orang-orang menikmati libur panjang, polisi harus lebih bekerja keras dari biasanya.

Jadi, kita hendaknya berterima kasih pada mereka. Hidup di dunia ini, kita harus berterima kasih kepada setiap orang dan setiap hal. Kita harus memiliki rasa syukur setiap waktu. Kita bisa melihat ketidaktenteraman di seluruh dunia akibat bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Semua penderitaan dan bencana timbul akibat perbuatan manusia. Menulis aksara “ren” (manusia) sangat mudah,hanya dua guratan. Namun, manusia sangatlah rumit. Semakin kecil usia manusia,semakin sederhana pikirannya.

Beberapa hari ini,saya melihat sekelompok anak yang sangat murni,cantik, dan menggemaskan. Tanpa sadar saya pun berjalan mendekati mereka. Lalu, mereka menyerahkan celengan bambu dan berkata bahwa mereka ingin menyanyikan sebuah lagu untuk saya. Dua hari yang lalu, seorang anak bernama Pei-qi memberikan celengan berisi kalender kepada saya. Dia juga memberikan sebuah buku kepada saya. Dia berkata, “Kakek Guru, saya ingin berbagi sebuah buku yang bagus dengan Kakek Guru.” Jadi, dia memberikan buku itu kepada saya. Lalu, saya memberinya sebuah botol kaca kecil berisi permen.

Botolnya kira-kira sekecil ini. Saya memberikan satu botol kepadanya. Saya berkata kepadanya,“Setelah permen-permen ini kamu makan, botol ini akan kamu gunakan untuk apa?” Dia berkata,“Saya bisa menyisihkan uang ke dalamnya.” Saya berkata, “Bagus. Sisihkanlah uang ke dalam botol ini dan serahkan kepada saya saat sudah penuh.”

Hari ini, dia kembali dengan membawa botol yang terisi penuh. Dia berkata kepada saya, “Kakek Guru, hanya koin satu dolar NT yang bisa dimasukkan ke dalam botol ini. Botol ini sudah penuh dan kebetulan uang di dalamnya berjumlah 100 dolar NT.” Uang-uang kecil juga memiliki manfaat besar. Ini bisa digunakan untuk apa?” tanya Master Cheng Yen. “Untuk melakukan amal besar,” jawabnya.

Sejak menjadi relawan cilik, Pei-qi sudah bervegetaris. Pola makan vegetarisnya membuat orang tuanya juga ikut bervegetaris. Hari ini, dia berkata kepada saya bahwa berhubung dia selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan didasari ajaran Buddha, maka gurunya bertanya kepadanya, “Apakah ibumu relawan Tzu Chi?” Dia menjawab, “Bukan.” Keesokan harinya, saat melihat gurunya, dia kembali berkata kepada gurunya, “Ibu saya benar-benar bukan relawan Tzu Chi, sayalah yang merupakan relawan Tzu Chi.” Kini ibunya sudah mulai mengikuti pelatihan relawan.

Anak kecil ini mulai mempelajari Dharma sejak usia dua atau tiga tahun. Mengapa saya mengulas begitu lama tentang anak ini? Karena kisah anak ini juga merupakan Dharma.

Kemarin, Relawan Chen Chou-hua dari Yordania berbagi tentang perjalanan penuh darah para pengungsi akibat perang saudara di Suriah. Mereka berusaha untuk menyelamatkan diri. Jika bisa melewati perbatasan, mereka bisa terselamatkan. Kemarin, dia berkata kepada saya bahwa yang mereka tolong bukan hanya para pengungsi yang hidup dalam kondisi sulit. Mereka juga menolong seorang laki-laki yang tulang panggulnya hancur karena tertembak dalam perjalanan mengungsi. Lebih dari setahun yang lalu, tulang panggulnya hancur karena tertembak dan dilarikan ke rumah sakit.

Selama setahun lebih,relawan kita tidak tahu akan hal ini. Setelah mengetahui hal ini,Relawan Chen dan relawan lainnya segera menjenguknya di rumah sakit. Kondisinya sungguh kasihan. keinginan bertahan hidupnya sangat tinggi. Tulang panggulnya sudah hancur dan dia harus menjalani penggantian panggul buatan. Namun, dia tidak memiliki uang. Karena itu, Relawan Chen berkata kepada dokter bahwa Tzu Chi bisa menanggung biayanya. Relawan Chen berbagi dengan dokter itu tentang semangat celengan bambu. Dia berteman dengan para dokter di sana dan berbagi dengan mereka tentang asal mula berdirinya Tzu Chi dan apa yang Tzu Chi lakukan di seluruh dunia. Dia menjelaskan semuanya kepada mereka.

Kemudian, dia berkata kepada mereka bahwa mereka bisa menyelamatkan nyawa pengungsi itu, sedangkan kita bisa memberikan bantuan yang dia butuhkan. Akhirnya, pengungsi itu menjalani penggantian panggul buatan. Setelah beberapa bulan, dia sudah bisa berdiri dan menjalani  fisioterapi. Berhubung merupakan warga Pakistan, istrinya tidak bisa mengungsi ke Yordania. Dia terus memikirkan istri dan anaknya. Karena itu, dia memutuskan untuk kembali ke Suriah. Namun, apakah mereka bisa hidup damai di sana? Perang di Suriah masih terus berlanjut. Setiap hari, orang-orang di sana sangat takut dan tegang.

Jadi, kita hendaknya bersyukur setiap hari atas kondisi masyarakat kita dan setiap hari yang kita lalui dengan tenteram. Semua orang hendaknya bekerja sama untuk menyucikan hati manusia.

Saling berterima kasih atas keharmonisan masyarakat

Kembali pada sifat hakiki dan batin yang suci

Himpunan dana kecil dapat digunakan untuk melakukan amal besar

Membantu pengungsi kembali ke negara asal dan melihat kegembiraan di wajahnya

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 November 2015

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -