Ceramah Master Cheng Yen: Ketulusan Cinta Kasih di Kala Bencana

Kita telah melihat berbagai kejadian di dunia. Di beberapa negara, sulit untuk hidup aman dan bekerja dengan tenang. Di dalam masyarakat kita, kondisinya termasuk tenteram dan damai. Meski beberapa kejadian yang membuat kita sedih dan kita sesalkan tak dapat dihindari, tetapi secara umum, kondisi masyarakat kita patut kita hargai. Sehari sebelum malam Tahun Baru Imlek, pada pukul 03.57 dini hari, terjadi sebuah gempa di Taiwan yang menyebabkan banyak bangunan roboh. Sejak saat itu, insan Tzu Chi segera bergerak memberi perhatian.

Kita segera membentuk tim pemerhati dan pusat koordinasi di Aula Jing Si Tainan. Saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Meski keesokan harinya adalah malam Tahun Baru Imlek, mereka tetap mengutamakan bantuan bencana ini daripada makan bersama keluarga pada malam Tahun Baru Imlek. Mereka terjun untuk memberi pertolongan, perhatian, dan penghiburan. Mereka memberi perhatian dan pendampingan bagi tim penyelamat di lokasi reruntuhan serta anggota keluarga korban yang cemas dan tidak tenang. Selain menyediakan segala kebutuhan dan pendampingan bagi anggota tim penyelamat, insan Tzu Chi juga sungguh-sungguh mendampingi keluarga korban bagai keluarga sendiri. 

Dunia ini sungguh merupakan satu keluarga. Ini bukan hanya slogan, melainkan sesuatu yang telah dipraktikkan secara nyata. Meski kita tidak mengenal orang-orang itu, tetapi kita dapat segera mendekat, membentangkan tangan untuk merangkul mereka, serta menyediakan bahu sebagai tempat mereka menangis. Ini adalah wujud dukungan terbaik bagi mereka. Melihat kehangatan insan Tzu Chi, saya sungguh terharu. Dua hari lalu, tepatnya sehari sebelum upacara hari ketujuh, insan Tzu Chi mengadakan doa bersama dengan harapan para korban dan keluarga dapat memperoleh ketenangan. Ini juga bertujuan untuk membangkitkan ketulusan di hati setiap orang.

Di dalam acara tersebut, semua orang berdoa bersama semoga para anggota keluarga dapat merasa tenang. Para relawan bersumbangsih dengan sungguh hati demi menenangkan hati semua orang. Bencana sudah terjadi. Pada saat-saat ini, yang dibutuhkan adalah ketenangan hati semua orang. Melihat begitu banyak orang yang penuh cinta kasih, melihat dan memahami kerja keras para anggota tim penyelamat, kita semua harus bersyukur. Pemerintah dan organisasi nonpemerintah telah bersumbangsih siang malam.

Kemarin adalah hari ketujuh pascagempa. Para anggota Sangha dari berbagai daerah datang ke Tainan. Kabarnya, ada lebih dari 300 bhiksu-bhiksuni yang menghadiri upacara di rumah duka. Insan Tzu Chi bertanggung jawab menyambut mereka dan menyediakan makanan di pusat kegiatan SMA Tzu Chi Tainan. Para relawan, guru, dan kepala sekolah menyambut  para anggota Sangha dengan penuh tata krama.

Selain menyediakan makanan di sekolah, para relawan juga harus mengantarkan makanan ke tempat upacara dengan jumlah yang tidak pasti. Saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang menyelesaikan tanggung jawab ini dengan baik. Saya sangat berterima kasih atas kesabaran dan kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi. Saya percaya mereka adalah Bodhisatwa hidup yang mempraktikkan Enam Paramita sehingga mampu menyelesaikan semua misi dengan sangat baik.

Dalam bencana di Tainan kali ini, kita dapat melihat sifat hakiki manusia yang tulus dan penuh cinta kasih yang terwujud dalam usaha tim penyelamat. Mereka sungguh patut dipuji. Meski kita merasa sedih dan tak sampai hati, tetapi kita tahu semua orang sudah memberikan yang terbaik.

Kemarin, saya terus menjaga kontak dengan relawan lewat telekonferensi. Saya berpesan bahwa di masa-masa kritis ini, kita harus sungguh-sungguh memberi penghiburan kepada para anggota keluarga korban dan mengerahkan kekuatan yang penuh kelembutan demi mewujudkan masyarakat yang harmonis.

Relawan di wilayah tengah Taiwan, seperti Dongshi juga pernah mengalami bencana serupa pada 21 September 1999 silam. Dengan adanya pengalaman ini, mereka berbagi kepada banyak orang tentang bagaimana parahnya bencana yang mereka alami pada gempa 21 September 1999 silam. Mereka mampu mengubah pola pikir dan menguatkan hati sehingga mampu untuk tetap bersumbangsih bagi masyarakat.

Kali ini, mereka juga turut memberi penghiburan bagi keluarga korban dan berbagi pengalaman tentang perjalanan yang pernah mereka lalui. Ada pula relawan dari Tzu Chi Tainan, Xu Bao-tian. Rumahnya berada di Distrik Rende. Rumahnya juga rusak parah akibat gempa. Namun, sejak hari pertama pascagempa, dia sudah ikut dalam tim tanggap darurat dan berada di garis depan tanpa merisaukan kerugian yang dideritanya sendiri. Dia terus bergerak membantu orang lain. 

Inilah semangat insan Tzu Chi yang sesungguhnya. Sungguh banyak kisah yang mengharukan. Kita masih terus melanjutkan misi kita untuk memahami kerugian yang diderita warga di daerah bencana beserta kondisi kehidupan mereka. Inilah yang kini tengah insan Tzu Chi jalankan.

Masyarakat kita penuh kehangatan dan cinta kasih. Kebajikan dan cinta kasih dalam masyarakat kita sungguh besar. Anggota tim penyelamat bekerja dengan mengesampingkan kepentingan diri sendiri, orang yang memberi perhatian pun datang dari berbagai penjuru. Inilah keindahan masyarakat Taiwan.

Menghadapi bencana dengan semangat satu keluarga

Bersama-sama menolong korban bencana dengan cinta kasih

Berdoa bersama untuk menenangkan hati semua orang

Memberi penghiburan bagi keluarga yang berduka

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Februari 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Februari 2016

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -