Ceramah Master Cheng Yen: Melangkah di Jalan Kebenaran dan Mencatat Sejarah


Kaohsiung di masa lalu memiliki banyak kisah hangat yang dapat dikenang, seperti banjir besar yang pernah melanda Kaohsiung. Saat itu, kita pergi melakukan survei bencana dengan melewati gang-gang. Seorang relawan berkata, "Jelas-jelas ada di sini, mengapa sekarang tidak ada jalan?" Saya bertanya, "Mengapa tidak ada jalan?" Dia menjawab, "Dahulu, ketika datang ke sini, kami naik perahu. Saya tidak tahu di mana letak gangnya sekarang."

Pernah ada pengalaman seperti itu. Jika tahu bahwa relawan itu adalah Guo Li-yong, kita pasti bisa menemukan beberapa relawan lain yang bergabung dalam tim yang sama dengannya. Hendaknya kita mengumpulkan sejarah-sejarah itu. Kisah sekecil dan sesederhana apa pun itu, semuanya sangat berharga. Di dunia ini, terdapat sekelompok Bodhisatwa yang bukan memikirkan kepentingan diri sendiri, melainkan kepentingan orang banyak. Inilah Bodhisatwa sejati.

“Pada tanggal 15 Agustus, relawan Kaohsiung datang untuk melakukan survei bencana. Setelah berkumpul, kami pergi ke pusat kegiatan yang dijadikan sebagai pusat komando penanggulangan bencana di Gangshan. Saat itu, akses jalan terputus dan disediakan 2 truk untuk membawa kami masuk. Banyak sekali relawan yang ikut kala itu,” kata Lin Shu-e, relawan Tzu Chi, berbagi laporan.

“Master berkata bahwa kami harus memasak makanan yang hangat untuk para korban bencana. Jadi, kami mulai memasak di sana. Guru De Ru dan Guru De En turut mendampingi kami. Setelah itu, kami pun mulai membagikan bantuan. Banyak Bodhisatwa yang terlibat saat itu sudah meninggal dunia,” lanjut Lin Shu-e.

“Ini adalah Kakak Zheng Wu-nan. Beliau tengah menanyakan jumlah orang di rumah tersebut dan berapa porsi makanan yang diperlukan. Kakak Guo Li-yong juga sudah meninggal dunia. Oleh karena itu, kami mengulik kembali sejarah ini dan menggabungkannya bagian demi bagian. Untungnya, saya sempat mewawancarai Kakak Guo Li-yong sehingga saya bisa menggunakan naskahnya untuk memverifikasi kisah lainnya,” pungkas Lin Shu-e.


Dahulu, kita sudah merasa luar biasa hanya dengan mengambil foto. Sekarang, kita bisa melengkapinya dengan merekam suara dan video. Mengenai kisah-kisah masa lalu, kalian bisa berkata, "Saya ada ikut serta di dalamnya. Saya ikut dalam pembersihan dan kegiatan lainnya." Itu adalah kesaksian yang kita sampaikan sendiri dan harus kita dokumentasikan. Saya sangat mementingkan hal ini.

Saat ini, kalian bisa kembali melengkapi catatan sejarah dengan tahun kejadiannya agar kita bisa menelusuri sebuah peristiwa dan berkata, "Itu sudah 30 atau 40 tahun lalu." Walau di masa itu kita mungkin belum terlibat, tetapi kita dapat menulis artikel tentangnya melalui interaksi langsung dengan orang yang bersangkutan. Orang yang mengukir sejarah sangatlah berharga.

Minggu-minggu belakangan ini, saya selalu berkata bahwa sejarah harus kita catat. Usia saya sudah lanjut. Di zaman sekarang ini, setiap hari terasa begitu sibuk. Sejak pagi, saya sudah mengikuti rapat dan menerima laporan. Di zaman ini, dunia tidak damai. Kita memiliki relawan Tzu Chi yang terus-menerus menyalurkan bantuan, termasuk memikirkan bagaimana cara menyalurkan barang dan melakukan pengadaaan. Semuanya tetap sama seperti dahulu, bahkan lebih sibuk dari sebelumnya.

Menjalankan Tzu Chi memang selalu sibuk. Inilah yang disebut dengan tekun dan bersemangat. Ini sungguh merupakan sejarah hidup kita yang abadi. Saya juga ingin mengatakan bahwa kita bisa melakukan semua ini berkat adanya perpaduan sebab dan kondisi. Karena "sebab" yang kita tanam di masa lalu, barulah kita memiliki "kondisi" di kehidupan sekarang. Jika buah dari kondisi ini terus berlanjut, di kehidupan mendatang, kita pun akan tetap bersama.


Dalam ajaran Buddha, kita mengenal penderitaan, sebab penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan. Selain itu, kita juga mengenal prinsip kebenaran tentang fase terbentuk, berlangsung, berubah, dan lenyap. Ini sama seperti fase lahir, tua, sakit, dan mati. Manusia tidak terhindar dari fase lahir, tua, sakit, dan mati. Tentu saja, ada juga yang tidak sempat mengalami fase tua. Begitulah kehidupan di dunia.

Kita sangat beruntung karena sudah hidup di dunia ini selama puluhan tahun, dari masa kanak-kanak, muda, paruh baya, hingga lansia. Dalam perjalanan hidup ini, kita telah melalui masa kecil, masa remaja, masa paruh baya, dan masa tua. Inilah berkah yang kita miliki. Mungkin dahulu kita belum pernah mendengar Dharma dan tidak mengenal Tzu Chi. Namun, sekarang kita telah berada di dalam Tzu Chi dan sering mendengar Dharma. Kalian pun telah menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tindakan nyata.

Dunia ini penuh dengan penderitaan dan kita hadir untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk. Ketika ada yang menderita, kita memiliki kesempatan dan jalinan jodoh untuk membantu. Jadi, kita yang harus berterima kasih kepada mereka, bukan sebaliknya. Jika kita ingin disebut sebagai orang baik, tetapi tidak melakukan hal baik, bagaimana mungkin bisa disebut orang baik? Jika kita ingin berbuat baik, tanpa orang yang menderita, kita tidak akan berkesempatan untuk melakukannya.

Untuk berbuat baik pun, kita memerlukan sekelompok teman yang baik. Orang-orang yang baik akan mendengar hal baik, bertutur kata baik, dan berbuat baik. Ini perlu adanya kelompok. Kekuatan kita seperti kunang-kunang. Jika hanya seekor, cahayanya tidak akan terlihat. Jadi, harus ada sekumpulan kunang-kunang. Oleh karena itu, hendaknya kita mengajak lebih banyak orang untuk bergabung.


Sejarah harus dicatat. Di masa ini, hendaknya kalian mengambil pena dan mencatat sejarah. Contohnya, saat mengunjungi penerima bantuan, kalian bisa bertanya tentang putri mereka, bertanya tentang kakek mereka, atau jumlah anggota keluarga mereka.

Beberapa relawan Tzu Chi juga bisa menggenggam tangan sang nenek dan bertanya, "Bagaimana keadaan keluarga kalian dahulu?" Kalian bisa menggenggam tangan sang kakek dan bertanya, "Dahulu, apa pekerjaan Kakek?" Dengan begitu, semua kisah bisa digabungkan. Bagaimana dengan anak dan cucu mereka? Semua kisah mereka bisa digabungkan menjadi satu sehingga kita akan tahu masa lalu keluarga itu. Ini disebut dengan sejarah yang nyata.

Selama saya masih ada, sejarah-sejarah ini perlu kita susun menjadi buku demi buku agar dapat diwariskan. Saat ini, kita benar-benar tengah berada dalam momen bersejarah. Kita tidak tahu kondisi kita di kehidupan lampau. Jadi, marilah kita menuliskan dengan nyata sejarah kehidupan kita di masa ini. Inilah Dharma sejati yang mengandung kisah nyata tentang orang yang nyata. Ini disebut meninggalkan sejarah yang dapat menjadi pendidikan bagi semua orang.

Jadi, di dalam waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia, kita sungguh dipenuhi berkah. Dalam hubungan antarmanusia, kita memiliki saudara se-Dharma dan sahabat baik. Hendaknya kita bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa dan menggenggam jalinan jodoh dengan baik.

Membangun tekad untuk mencatat sejarah bagi dunia
Meninggalkan jejak sejarah dengan hati yang penuh cinta kasih dan welas asih
Menghimpun cinta kasih agung bagaikan cahaya kunang-kunang
Melangkah di jalan kebenaran dan mencapai Bodhi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 12 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 14 Agustus 2025
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -