Ceramah Master Cheng Yen: Melapangkan Hati untuk Menolong Sesama

“Lihatlah luka di wajah saya. Kemarin kami berkelahi demi berebut kayu. Setiap kali relawan membagikan makanan, kondisi menjadi kacau karena semuanya berebut. Setiap hari ada orang yang berkelahi,” ucap seorang pengungsi Suriah.

“Di sini tidak ada tempat untuk bermain. Anak-anak bermain di tumpukan sampah. Saya bahkan melihat mereka membakar plastik untuk menghangatkan tubuh,” jelas Babar Baloch, Juru bicara UNHCR tentang lokasi pengungsian.

Sementara itu relawan medis mengatakan, “Saya sangat khawatir timbul penyakit menular, seperti campak, kolera, polio, dan sebagainya. Namun, kini yang timbul adalah batuk, flu, nyeri pada tubuh, dan gastroenteritis.”

Para pengungsi sungguh menderita. Berhubung beberapa perbatasan telah ditutup, banyak pengungsi yang tertahan di perbatasan dan tidak ada tempat untuk berlindung dari guyuran hujan deras. Sesungguhnya, ke mana mereka harus pergi? Kini, di Serbia terdapat sekelompok insan Tzu Chi yang memberikan bantuan kepada para pengungsi. Akan tetapi, ada pengungsi yang tidak bisa kita jangkau, seperti para pengungsi di Makedonia.

Relawan kita berada di Serbia. Jika perbatasan Makedonia tidak dibuka, maka para pengungsi tak bisa menjangkau Serbia. Di Serbia, insan Tzu Chi sudah berinisiatif menjangkau tempat persinggahan pengungsi. Melihat ketulusan dan sumbangsih penuh cinta kasih insan Tzu Chi, pemerintah Serbia pun memberikan surat izin organisasi nonpemerintah kepada Tzu Chi. Karena itu, insan Tzu Chi dapat pergi ke tempat persinggahan pengungsi.

“Saat pertama kali bertemu, Kakak Chen Shu-wei mencium pipi saya bagaikan keluarga sendiri. Kedekatan seperti ini belum pernah saya rasakan dari organisasi lain. Kalian bukan hanya bersikap positif, tetapi juga mengikuti aturan setempat untuk menolong para pengungsi. Sumbangsih kalian mencerminkan rasa hormat kalian terhadap pengungsi dan Komisi Penanganan Pengungsi,” ujar Nadezda Grubar, Penanggung jawab Komisi Penanganan Pengungsi

Meski terdapat kendala bahasa, tetapi lewat bahasa isyarat, mereka dapat memahami perasaan satu sama lain. Relawan kita memahami penderitaan pengungsi dan para pengungsi juga tahu bahwa relawan kita datang dari jauh dengan membawa cinta kasih.

Setelah berinteraksi, mereka dapat saling memahami. Bagaimana cara menginspirasi semua orang untuk membangkitkan kekuatan cinta kasih serta melenyapkan noda dan kegelapan batin? Jika orang-orang dapat melapangkan hati, maka kesempatan orang yang menderita untuk terselamatkan akan semakin besar.

Kita bisa melihat bahwa Kanada bersedia menerima pengungsi Suriah dengan syarat tertentu. Kini, sudah ada lebih dari 20 ribu pengungsi yang memasuki Kanada. Karena itu, insan Tzu Chi di Kanada segera melakukan survei. Saat para pengungsi tiba di Kanada, mereka sudah tidak memiliki apa pun. Meski mereka sudah tiba di Kanada dan menyewa rumah untuk ditempati, tetapi dalam perjalanan mengungsi, semua tabungan mereka sudah habis. Jadi, meski sudah menyewa rumah, hidup mereka tetap bermasalah.

Saat mengunjungi mereka, relawan kita melihat bahwa mereka tidur di lantai, bahkan tidak memiliki alat masak. Karena itu, insan Tzu Chi mulai mengumpulkan barang-barang bekas, lalu membersihkan dan merapikannya. Baik panci, kompor, ranjang, kursi, maupun meja, semuanya merupakan barang bekas. Hingga kini, sudah ada enam keluarga yang menerima perabot rumah tangga, pakaian, dan lain-lain yang dikumpulkan insan Tzu Chi. Kita sudah melengkapi semua kebutuhan mereka.

Inilah insan Tzu Chi Kanada. Meski relawan kita hidup di Kanada yang merupakan negara makmur, tetapi saat berkesempatan untuk melayani para pengungsi, mereka segera bersumbangsih dengan giat. Jadi, saat kita melapangkan hati, hidup para pengungsi bisa lebih tenteram.

Setiap orang harus membuka pintu hati untuk bersumbangsih. Kita juga melihat seorang perempuan yang mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga tangannya mengalami patah tulang. Operasi untuk mengobati tangannya tidaklah mudah. Kini, dia datang ke Taiwan untuk menjalani pengobatan. Satu-satunya tujuan dan harapan kita adalah dapat mengatasi kesulitannya.

Di seluruh dunia dibutuhkan adanya Bodhisatwa. Semakin luas Bodhisatwa dunia tersebar, maka semakin banyak orang yang tertolong. Mengapa dalam agama Buddha terdapat sebutan Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu? Setiap orang memiliki sepasang mata. Jika 500 orang berkumpul bersama, maka akan ada seribu mata dan seribu lengan. Semakin banyak orang yang bekerja sama, maka semakin banyak orang yang tertolong.

Kita juga melihat seorang bapak yang istrinya meninggal dunia karena jatuh sakit dalam jangka panjang. Dia tidak bisa menerima kepergian istrinya dan terus bermabuk-mabukan. Suatu hari, Relawan Xiu-feng melihatnya saat melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk menyosialisasikan konsep daur ulang.

“Saat itu, dia berbaring di lantai. Di dekat bagian pinggulnya terdapat genangan yang entah air seni atau air biasa. Kami juga sungkan bertanya. Namun, saat saya melihatnya, dia berkata, ‘Kakak, tolonglah saya.’ Saya belum pernah mendengar orang lain berkata seperti itu pada saya. Saya tidak bisa tidur selama 2 hingga 3 hari,” cerita Cai Xiu-feng, relawan Tzu Chi

Apa yang harus kita lakukan untuk menangani kondisi seperti ini? Ini membutuhkan bimbingan jangka panjang karena berhenti mengonsumsi minuman keras bukanlah hal yang mudah.

Dengan welas asih dan kebijaksanaan, para insan Tzu Chi sering mengunjunginya untuk memperhatikan dan membimbingnya. Dari mengurangi minum minuman keras hingga berhenti minum minuman keras, benar-benar menghabiskan waktu yang panjang. 

“Sesungguhnya, saya pernah merasa putus asa. Mengapa? Karena saya tak bisa mengawasinya setiap hari. Namun, Master berkata bahwa setelah sebutir benih ditabur, ia membutuhkan waktu untuk bertumbuh besar. Dalam jangka waktu itu, kita harus memberikan pendampingan. Jadi, saya menyadari bahwa mendampingi orang lain membutuhkan waktu. Kita harus melakukannya dengan sepenuh hati, baru bisa melihat hasilnya beberapa waktu kemudian,” kata Cai Xiu-feng.

Akhirnya, bapak itu mulai melakukan daur ulang dan menjaga kebersihan bumi. Dia bukan hanya memilah barang daur ulang di rumahnya sendiri, tetapi juga pergi ke Posko Daur Ulang Ruisui.

Lihatlah, ini berkat para relawan kita yang mendampinginya dengan penuh cinta kasih dan ketulusan. Jika tidak, sulit baginya untuk berubah. Relawan kita tidak menyerah padanya dan terus melakukan hal yang benar. Singkat kata, kita harus menyucikan hati lebih banyak orang. Semoga antarmanusia dapat berinteraksi denan tulus dan saling menyemangati dengan cinta kasih. Dengan begitu, tidak peduli betapa jauh jaraknya, kita tetap dapat menolong sesama.

Merangkul dan menolong para pengungsi dengan penuh rasa hormat

Melapangkan hati untuk menolong sesama

Mengumpulkan barang bantuan serta menenangkan fisik dan batin para pengungsi

Mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan untuk menolong orang yang menderita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Maret 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Maret 2016

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -