Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri Bersama dengan Tekun dan Bersemangat untuk Melenyapkan Kegelapan Batin
“Di dalam sekuntum bunga terdapat satu alam semesta; di dalam sehelai daun terdapat satu Tathagata. Kami senantiasa memikirkan Tzu Chi dan membangkitkan pikiran murni. Bersungguh hati menjalankan Tzu Chi, saya bersedia, saya bersedia, saya bersedia.”
Cinta kasih kalian haruslah cinta kasih agung. Ada banyak orang yang berkata, "Master, saya mengasihi Master." Saya selalu menjawab, "Mengasihi orang yang saya kasihi, inilah cinta kasih agung yang tulus." Ini karena saya selalu berpikir dan berusaha untuk mengasihi semua makhluk. Bukan hanya mengasihi sesama manusia, melainkan semua makhluk. Lihatlah semut di jam saya ini.
Kita mungkin telah saling mengenal dalam waktu yang sangat lama dari berbagai kehidupan lampau. Mungkin dari kehidupan ke kehidupan selama berkalpa-kalpa, jalinan kasih sayang di antara kita tidak pernah terputus. Saya sering berkata bahwa selama berkalpa-kalpa lalu yang tak terhingga, kita telah menjalin jodoh baik.
“Master, anak Anda telah kembali. Tahun 1995, di Universitas Sains Malaysia, saya mengikuti kamp Tzu Ching. Dari mendengar ajaran Buddha, saya lalu menapaki jalan pelatihan diri. Setiap hari Minggu, saya dan anggota Tzu Ching lainnya mencurahkan perhatian ke panti wreda tanpa memandang cuaca,” kata Zhou Su-e, relawan Tzu Chi.
“Selama beberapa tahun itu, saya merasakan secara mendalam tentang cinta kasih dan pendampingan. Ini membuat saya makin teguh dalam mendengar, merenung, dan melakukan praktik nyata di Jalan Bodhisatwa. Bulan Maret tahun ini, saya dan tiga dokter pengobatan Tiongkok menjangkau tanah kelahiran Buddha untuk mengadakan baksos kesehatan selama 10 hari,” lanjut Zhou Su-e.
“Dengan bersungguh hati bersumbangsih, sesungguhnya kita mendukung pencapaian diri sendiri. Ini adalah perjalanan untuk mempraktikkan welas asih. Dari anggota Tzu Ching hingga relawan, saya telah melalui penderitaan penyakit dan perpisahan. Saya berikrar untuk menapaki Jalan Tzu Chi dengan tekad pelatihan yang teguh,” pungkas Zhou Su-e.

Belakangan ini, saya juga sering berkata bahwa lebih dari 2.000 tahun lalu, kita pernah berhimpun bersama. Kita pernah berada di Puncak Burung Nasar bersama Buddha. Buddha membabarkan Dharma, sedangkan saya dan kalian mendengarkan. Jadi, kita mendengar Dharma yang sama dan membangkitkan rasa sukacita.
Hanya saja, kita semua adalah makhluk awam sehingga tidak sepenuhnya memahami Dharma. Berhubung kalian belum sepenuhnya memahami kebenaran sejati, maka saya membimbing kalian dengan metode lain. Jika masih belum sepenuhnya paham, saya akan menggunakan berbagai metode. Namun, yang sangat langka ialah kita semua adalah makhluk berkesadaran yang tidak jauh tersesat.
Buddha memberi tahu kita bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Asalkan kita memiliki cinta kasih berkesadaran, meski masih di tataran awam, kita tetap dapat mendengar Dharma dan tercerahkan.
Buddha pernah datang ke dunia dan kita pernah hidup sezaman dengan-Nya. Beliau membabarkan Dharma dan kita menerima dengan sukacita. Kita belum tercerahkan, tetapi memiliki perasaan terhadap Buddha. Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki perasaan. Hanya saja, kita diliputi kegelapan batin yang sangat tebal dan berat.

Kita telah puluhan tahun mendengar Dharma, tetapi itu bukanlah waktu yang panjang. Buddha mengajari kita tentang "kalpa", bukan hanya puluhan tahun. Selama berkalpa-kalpa, dari kehidupan ke kehidupan, kita terus menumbuhkan kegelapan batin hingga tidak sempat untuk melenyapkannya.
Di setiap kehidupan, kita berkata, "Saya sudah melatih diri dan mendengar Dharma." Dengan mendengar Dharma, kita akan tercerahkan. Namun, jika hanya mendengar sedikit, pencerahan yang diperoleh juga sedikit. Sesungguhnya, segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari membuat kegelapan batin bertumbuh. Kita hanya memperoleh sedikit pencerahan, tetapi menumbuhkan banyak kegelapan batin.
Jadi, selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung, cinta kasih berkesadaran kita hanya bertumbuh sedikit, tetapi kegelapan batin bertumbuh sangat banyak. Karena itulah, sangat sulit bagi kita untuk memahami kebenaran. Namun, kita harus makin tekun dan bersemangat.
Setiap orang memiliki karma, jalinan jodoh, dan usia kehidupan yang berbeda-beda. Karma dan jalinan jodoh diciptakan oleh diri sendiri, panjang atau pendeknya usia kehidupan juga ditentukan oleh diri sendiri. Hanya saja, kita memiliki jalinan jodoh istimewa. Di kehidupan lampau, kita berjodoh satu sama lain.

“Bapak Li baru berusia 42 tahun. Pertama kali berkunjung ke rumahnya, kami bisa melihat penolakannya. Pada usia 16 tahun, dia mengidap diabetes, lalu diikuti dengan hipertensi dan hepatitis C. Pada usia 38 tahun, dia mulai menjalani cuci darah,” kata Huang Pei-qin, relawan Tzu Chi.
“Tahun 2020, kaki kanannya terluka dalam sebuah kecelakaan dan sejak itu, dia hanya bisa duduk di kursi roda. Melihat tubuhnya makin hari makin kurus, kami mulai mengajak anggota TIMA untuk membantunya dan menambahkan minuman dari produk Jing Si untuk meningkatkan staminanya,” lanjut Huang Pei-qin.
“Pada bulan April 2024, penerima bantuan ini akhirnya mengambil langkah pertama dengan bantuan tongkatnya dan menyatakan bahwa dia ingin berpartisipasi dalam pembagian bantuan akhir tahun kami. Dia ingin kembali menjadi orang yang berguna, seperti relawan Tzu Chi yang dapat membantu orang yang membutuhkan,” pungkas Huang Pei-qin.
Di kehidupan sekarang, kita juga berjodoh satu sama lain. Kita memiliki niat baik dan jalinan jodoh yang mendalam dengan Buddha. Bagaimana kita kembali pada jalan pencerahan Buddha? Jalan ini ada dalam diri setiap orang. Sesungguhnya, Buddha di Puncak Burung Nasar tidak perlu dicari jauh-jauh. Puncak Burung Nasar ada di hati sendiri.
Setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar. Kita tidak perlu berjalan terlalu jauh untuk mencarinya. Intinya, setiap hari, menit, dan detik, berlatihlah di dalam stupa Puncak Burung Nasar sendiri.
Melindungi semua makhluk dengan cinta kasih agung yang tulus
Melatih diri bersama dan menjalin jodoh baik selama berkalpa-kalpa
Tekun dan bersemangat mendengar Dharma untuk memperoleh pencerahan
Meyakini dan menerima Dharma dengan sukacita untuk melenyapkan kegelapan batin
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 03 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 05 Agustus 2025