Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri dan Membawa Manfaat bagi Makhluk Lain di Jalan Bodhisatwa


“Hukuman terbesar dalam kehidupan ialah hidup dalam penyesalan. Akibat tidak mendengarkan nasihat Ayah, jalan saya makin hari makin menyimpang. Dahulu, saya memiliki temperamen yang sangat buruk, baik di dalam penjara maupun di tengah masyarakat. Saat saya berkelahi dan melanggar aturan, ayah saya tengah menderita kanker stadium akhir. Saya meneleponnya dan dia sangat kesakitan. Namun, dia masih tetap mengkhawatirkan saya. Ayah saya berkata, ‘Saya tidak bisa menunggu kamu pulang. Saya harap ketika keluar dari penjara, kamu dapat menjadi orang yang baik’. 
Ajaran Master telah mengubah saya. Kehidupan saya yang dahulu telah berubah perlahan sehingga tidak membuat ibu saya khawatir lagi. Saya ingin membuat anak dan ibu saya bangga terhadap saya," kata Cao Zhi-cheng relawan.

"Saat ada waktu luang di hari Kamis, kami akan pergi melakukan daur ulang. Setiap hari, saya akan menyisihkan uang ke dalam celengan bambu," 
kata salah seorang relawan Pelestarian Lingkungan.

"Apakah saat ini Ibu masih menyisihkan uang?” tanya Cao Zhi-cheng.

“Ada, menyisihkan 1 dolar (500 rupiah), 5 dolar (2.500 rupiah), bahkan 10 dolar NT (5 ribu rupiah)'," jawab relawan Pelestarian Lingkungan.

Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita selalu berusaha untuk menaati norma yang ada, itu disebut dengan melatih diri. Inilah yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita tidak sampai hati melihat orang lain keluar jalur dan menderita. Ini juga merupakan pengingat bagi diri sendiri. Hendaknya kita bersikap tegas pada diri sendiri.

Saya selalu berkata bahwa saya senantiasa menginventarisasi kehidupan. Selama 80 tahun bahkan hampir 90 tahun, sejak kecil hingga saat ini, setiap kali saya menginventarisasi kehidupan, saya selalu merasa tenang. Begitulah seharusnya kita menginventarisasi diri. Jika semua orang menginventarisasi diri dengan mata hati, kita dapat mengingatkan diri sendiri untuk mengikuti aturan dan berjalan di arah yang benar.


Saat ini, ketika berjalan di sini setiap pagi, saya harus memperhatikan langkah kaki saya untuk mengambil langkah yang besar. Langkah kaki para lansia biasanya kecil. Namun, saya harus mengerahkan kekuatan untuk mengambil langkah yang besar, bukan langkah kecil. Begitulah saya menaruh perhatian pada setiap gerakan tubuh saya. Inilah yang dinamakan melatih diri. Saya berharap insan Tzu Chi juga dapat seperti saya. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang telah melihat dan mendengarkan saya hingga melayani bersama-sama.

Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa saya merasa bersyukur atas jalinan jodoh baik yang saya miliki dalam hidup saya. Sejak puluhan tahun yang lalu, semuanya telah mengenal, mendengarkan, dan mengikuti saya. Setiap hari, saya mendengar orang-orang berkata, "Kami akan mendengarkan perkataan Master. Kami akan mengikuti Master untuk melayani dunia." Inilah jalinan jodoh baik terbesar yang saya miliki. Namun, saya juga merasa ini adalah tanggung jawab saya.

Ketika banyak orang melihat dan mendengarkan saya, bagaimana bisa saya tidak berjalan dengan benar? "Berjalan" bukan hanya sebuah kata, melainkan hal yang harus kita lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, saya baru saja berkata bahwa saya selalu memperhatikan setiap langkah saya dan perilaku saya karena itulah yang akan dilihat oleh banyak orang. Ini bukanlah menyombongkan diri, melainkan merupakan wujud tanggung jawab. Dengan menjalankan kewajiban diri dengan baik, barulah kita dapat menginspirasi orang lain.

Hendaknya kita bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa masih harus mencari ajaran Buddha karena belum mencapai kebuddhaan. Oleh karena itu, hendaknya kita mencari Dharma tanpa henti. Inilah yang kita lakukan saat ini. Saya pun demikian. Setiap hari, baik pagi maupun malam, ketika memiliki waktu luang, saya akan duduk di depan meja untuk membaca tentang Dharma. Saya telah membaca kalimat dan bagian yang sama hingga ratusan bahkan ribuan kali. Saya akan terus membaca dan mengintrospeksi diri. Ini sama halnya dengan kita becermin.


Terkadang, saat becermin dan berfokus melihat diri sendiri di dalam cermin, saya akan berpikir, "Ya, orang yang ada di cermin puluhan tahun lalu sangat berbeda dengan yang sekarang." Saya becermin setiap hari tanpa pernah mengingatkan diri sendiri apakah diri ini telah berubah. Saya lupa mengingatkan diri saya. Namun, saat ini saya akan memikirkannya. Ketika becermin di kamar kecil, saya akan selalu merasa diri sendiri telah berubah dibandingkan dengan beberapa puluh tahun yang lalu.

Jadi, hendaknya kita mengingatkan diri sendiri untuk menyadari apa perbedaan yang terjadi. Jika penampilan fisik kita terlihat berbeda, bagaimana dengan hati dan pikiran kita? Apakah masih sama? Saya juga selalu berpikir bahwa pergerakan saya yang dahulu dan sekarang sudah berbeda. Dahulu, saya dapat bergerak dengan bebas; saya dapat naik dan turun tangga tanpa perlu sangat berhati-hati. Saya hanya perlu menentukan arah yang dituju. Namun, tidak demikian untuk saat ini.

Saat ini, ketika akan masuk pintu, akan ada orang yang mengingatkan saya, "Master, ada tangga kecil, ada pembatas pintu." Saya akan menunduk ke bawah dan berkata, "Ya, ada pembatas pintu." Saat berjalan, tangan saya pun harus bersandar pada dinding atau pintu agar dapat melewati pembatas pintu. Pergerakan saya sudah berbeda.

Dalam kehidupan ini, banyak hal yang tak pernah terpikirkan. Detik demi detik berlalu, kita melupakan diri sendiri; tahun demi tahun berlalu, kita pun melupakan diri sendiri. Saat ini, saya selalu berpikir berapa lama waktu yang tersisa untuk saya hidup. Ketika tiba saatnya nanti, bagaimana saya akan pergi? Bagaimana caranya saya pergi dengan tenang? Ke mana saya akan pergi? Jadi, hendaknya kita melewati hari-hari dengan sepenuh hati.


Orang-orang sering kali melafalkan nama Buddha. Sesungguhnya, yang harus kita lakukan ialah mengingat dan membangkitkan hakikat kesadaran kita. Saya berharap semuanya dapat bersungguh hati. Jalan Bodhisatwa ada di hadapan kita. Hendaknya kita melangkah dengan langkah yang mantap, bukan dengan sesuatu yang hanya menyerupai Dharma.

Kita harus mempraktikkan Dharma di jalan yang benar. Oleh karena itu, saya sering berkata bahwa ketika menginventarisasi diri, saya tahu saya telah berjalan di arah yang benar dan saya kagum terhadap diri saya sendiri. Dengan demikian, ketika membimbing orang lain, saya tidak akan membawa mereka ke arah yang salah. Saya ingin semua orang menghabiskan waktu dengan hal yang benar. Jadi, hendaknya kita memanfaatkan waktu untuk sungguh-sungguh mempraktikkan ajaran Buddha dan menyemangati satu sama lain.

Jangan pernah berkata, "Masih ada banyak orang. Ada atau tidaknya saya tidak akan berpengaruh." Ya, masih ada banyak orang yang penuh dengan ketakutan, noda batin, dan kegelapan batin. Orang-orang ini tidak memiliki hubungan dengan Anda, begitu pun sebaliknya. Namun, ini berhubungan dengan diri kita sendiri. Kita akan menuai apa yang kita tabur.

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa kita akan menuai apa yang kita tabur. Setiap orang memiliki dunia batin masing-masing. Anda mungkin memiliki ketakutan, noda batin, dan kegelapan batin Anda sendiri. Begitu pula, Anda dapat memiliki arah yang membawa pada kedamaian. Ini semua bergantung pada apa yang kita pupuk dalam kehidupan sehari-hari kita. 

Mempertimbangkan segala sesuatu dan mematuhi aturan
Membawa manfaat bagi orang lain dan menghimpun berkah
Membangkitkan kesadaran diri saat melihat cermin
Melatih diri untuk menuju kedamaian di Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 03 Maret 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 05 Maret 2024
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -