Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri dari Waktu ke Waktu

“Setiap hari, Master bangun sekitar pukul 3 pagi. Sepanjang hari, jadwal kegiatan Master sangat padat. Kita harus sering mengingatkan diri sendiri untuk membalas budi dengan rasa syukur, bertanggung jawab, dan bersungguh hati,” kata Yang Ci Yi relawan Tzu Chi Long Island.

“Saya harus bersungguh-sungguh memahami kebenaran. Saya juga berharap

saat menjalankan Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa, semua orang dapat saling mendukung. Jadi, kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma di Jalan Bodhisatwa,” kata Chen Jian-fa relawan Tzu Chi Boston.

“Di Tzu Chi, saya belajar terjun ke tengah masyarakat tanpa rasa takut. Dharma harus diserap ke dalam hati dan dipraktikkan secara nyata,” kata Su Lü Yun relawan Tzu Chi New York.

Demikianlah relawan kita melatih diri dan menapaki jalan kebenaran. Kita telah mempelajari Sutra Bunga Teratai dari berbagai perumpamaan di bagian pertama hingga kini memasuki bagian kedua.

 

Setelah memasuki bagian kedua, kita tahu bahwa kita sudah mendekati tujuan. Dengan terus melangkah maju, kita bisa memasuki pintu yang kita inginkan. Jadi, kita harus sanggup menerima ujian. Setelah pintu ini terbuka, jika tidak melangkah masuk, kita tidak akan tahu bagaimana kondisi di dalamnya.

“Dahulu, saat mengemban misi pelestarian lingkungan, saya suka menghadapi barang daur ulang karena itu lebih mudah bagi saya. Namun, lebih sulit bagi saya untuk berinteraksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain, saya baru menyadari bahwa Dharma yang saya pelajari tidak cukup,” kata Xu Jia-ming relawan Tzu Chi.

“Kita belajar berinteraksi dengan sesama, bukan hanya menjalankan tugas. Semua orang bisa menjalankan tugas. Namun, tidak mudah bagi orang-orang untuk bekerja sama melakukan sesuatu. Di Tzu Chi, saya belajar mengecilkan ego,” Tong Wei-jing relawan Tzu Chi.

Kita mungkin memiliki berbagai simpul di dalam hati yang tidak bisa dibuka dan mengalami berbagai rintangan dalam menapaki Jalan Tzu Chi. Meski demikian, kita telah berhasil membuka semua simpul dan mengatasi semua rintangan itu. Apakah kita masih bisa terus membuka simpul di dalam hati dan mengatasi semua rintangan kelak?

 

Kita tetap harus bersungguh hati dalam hal ini. Dibutuhkan kerja keras untuk membuka setiap simpul di dalam hati dan mengatasi setiap rintangan. Kita harus sangat bersungguh hati. Setiap orang hendaknya dapat membuka simpul di dalam hati satu per satu dan mendalami Dharma yang didengar. Kita harus melenyapkan kegelapan batin.

Setiap halaman Sutra yang pernah kita baca hendaknya diingat di dalam hati. Ini termasuk cara untuk membuka simpul di dalam hati. Saat kegelapan batin lenyap, barulah kita bisa terbebaskan. Tanpa melenyapkan kegelapan batin
dan membuka simpul di dalam hati, sulit bagi kita untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Jadi, kita harus bersungguh hati. Dengan berpegang teguh pada tekad dan prinsip kebenaran, jalan kita akan sangat lapang.

Kita harus menggenggam waktu untuk mempelajari Dharma setiap hari.  Akumulasi detik demi detik dapat membentuk waktu yang panjang. Saya berharap setiap orang dapat mengingatnya di dalam hati. Jika bisa demikian, meski setelah waktu yang lama, kalian akan tetap mengingat Dharma yang pernah dipelajari. Contohnya dalam pertemuan pagi relawan kemarin, saya mengulas tentang Serangan 11 September 2001 di AS.

Demi para korban di sana, Tzu Chi Taiwan dan AS yang berjarak begitu jauh mengadakan acara doa bersama. Saat matahari terbit di New York, matahari di Taiwan sudah terbenam. Jadi, pagi hari di sana adalah malam hari di Taiwan. Meski sudah berlalu sangat lama, kita tetap bisa mengingat kebenaran yang terkandung dalam Dharma. Setiap kalimat dari ajaran Buddha mengandung banyak kebenaran. Kita harus melapangkan hati.

 

Saya sering berkata bahwa kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta. Dharma dapat melampaui waktu dan ruang. Apa sebutan jangka waktu yang panjang dalam ajaran Buddha? Kita menyebutnya “berkalpa-kalpa yang tak terhingga”, bagai butiran pasir di tepi Sungai Gangga yang jumlahnya tak terhitung.

Mengenai waktu saja, banyak kebenaran yang bisa kita ulas. Inilah Dharma yang mendalam. Dharma harus dipelajari dalam jangka panjang dan sungguh-sungguh didalami. Kita harus mengakumulasi pengetahuan tentang Dharma dari waktu ke waktu. Sesungguhnya, perbedaan waktu dan tempat bukanlah masalah. Contohnya saat itu, insan Tzu Chi AS berdoa dengan tulus, Gema doa semua orang menyatu meski terdapat perbedaan waktu. Semua orang beranjali secara bersamaan untuk berdoa bersama. Ini berkat kecanggihan teknologi.

Dengan kecanggihan teknologi sekarang, kita bisa memahami Dharma dengan cepat. Jadi, Puncak Burung Nasar terdapat di dalam hati masing-masing. Buddha di Puncak Burung Nasar tidak perlu dicari jauh-jauh. Puncak Burung Nasar ada di dalam hati setiap orang. Setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar. Melatih diri di bawah stupa Puncak Burung Nasar.

Semoga setelah mengenal Dharma, membuka pintu Dharma, mengembangkan kebijaksanaan, dan memahami kebenaran sejati, kita senantiasa dipenuhi sukacita dalam Dharma dan jiwa kebijaksanaan kita senantiasa bertumbuh.

Manusia memiliki banyak rintangan hidup dan simpul di dalam hati
Terjun ke tengah masyarakat untuk melenyapkan kegelapan batin
Melatih diri dari waktu ke waktu
Melenyapkan kegelapan batin selapis demi selapis

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Oktober 2019

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -