Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri dengan Mempraktikkan Kekosongan Tiga Aspek Dana

“Ini merupakan wujud rasa syukur. Kita bersyukur itu tidak hanya dengan berkata, ‘Alhamdullilah’, harus ada aplikasinya. Wujud rasa syukur itu adalah aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Saya memanfaatkan rumah ini sebagai berkah, suatu kebaikan. Jadi, kita memanfaatkan sesuatu yang kecil yang kemudian bisa menjadi besar bagi orang lain dan diri kita sendiri. Bagi agama apa pun, pasti mengajarkan kebaikan dan dari pihak Tzu Chi sungguh luar biasa. Saya juga merasakan sendiri. Setelah saya dibantu Tzu Chi, segala sesuatunya menjadi lebih baik. Tzu Chi pun tidak mengharapkan imbalan apa pun,” ujar Iin Indarsih, warga.

Sebagai praktisi, kita harus bersungguh hati dalam melihat dan memahami kekosongan tiga aspek dana. Ketika mampu bersumbangsih, kita membantu semua makhluk berdasarkan kebutuhan mereka. Setelah bersumbangsih, kita tak memiliki kemelekatan dan tak mengingatnya di dalam hati. Yang penting lakukan saja. Terhadap hal yang perlu dilakukan, kita melakukannya dengan sukarela. Terhadap hal yang benar, lakukan saja. Jadi, hati kita tak memiliki kemelekatan dan pamrih terhadap sumbangsih yang telah kita lakukan. Karena tanpa pamrih, kita tak akan memikirkan untung atau rugi.

Ketika berdana, kita tak pernah mengharapkan imbalan apa pun. Jadi, kita tidak melekat pada siapa yang memberi. Kita tak boleh terus berpikir bahwa kita sedang membantu orang. Saya sering menyebutkan ini. Ketika kita membantu orang, sebenarnya kita juga memperoleh manfaat karena bisa melihat penderitaan.


“Saya pernah menerima selimut dari Tzu Chi pada 10 tahun yang lalu. Saya terus memakainya di ranjang saya. Saya melipatnya dan diletakkan di ujung ranjang saya. Setiap hari saya melihatnya. Saya masih ingat doa dari Master Cheng Yen pada saat itu. Namun, kali ini sudah terbakar. Kini saya kembali mendapat selimut lagi,” kata Donna Montgomery, warga korban bencana.

“Kalian tidak mengenal saya, tetapi memberi saya hadiah yang sangat besar dan membuat saya sangat terharu. Ini adalah hal di luar dugaan, saya tidak mengenal satu orang pun dari kalian, tetapi kalian telah menunjukkan cinta kasih kalian,” ungkap Cori Jackson, warga korban bencana.

Ketika menyadari berkah, kita harus menghargai berkah. Orang yang menyadari berkah harus banyak menciptakan berkah, lebih bersungguh hati, dan bersumbangsih dengan sukarela. Ketika kita melakukan itu, nilai kehidupan kita akan bertambah berapa banyak?

Jadi, kita tidak melekat pada siapa yang memberi, apa yang diberikan, dan berapa banyak yang diberikan. Inilah kekosongan tiga aspek dana. Kita tak melekat pada pemberi, penerima, dan materi, ini disebut kekosongan tiga aspek dana. Melatih diri harus hingga tahap seperti itu. Untuk itu, kita harus sangat tekun. Jadi, kita harus memahami bahwa dalam melatih diri, kita harus melakukan tindakan nyata. Dengan begitu, barulah kita bisa merasakan kebenaran sejati.

“Hari ini saya di sini mendapat sebuah bantuan dan hadiah yang sangat spesial dari Tzu Chi. Sebagai petugas pemadam kebakaran, kami merupakan orang yang menyediakan layanan untuk membantu orang lain. Jadi, kami sangat sulit untuk menerima bantuan dari orang lain. Kemarin dia terbang dari Seattle dan mengatur waktu untuk menjadi relawan dengan sukarela. Selain itu, dia menanggung semua biaya. Dia membayar sendiri biaya tiket pesawat dan biaya hotel. Yang menakjubkan adalah ada orang yang memberi perhatian pada kami,” ungkap Joe Tapia, Kepala Pemadam Kebakaran California.


Sungguh, banyak makhluk yang menderita. Dalam melatih diri, kita bukan mengembangkan cinta kasih individual, melainkan cinta kasih terhadap semua makhluk di dunia. Kita harus memiliki cinta kasih yang tidak memandang jalinan jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan yang tidak membeda-bedakan. Kita harus memperlakukan semua orang di dunia ini dengan cinta kasih tanpa memandang jalinan jodoh dan warna kulit.

Meski mereka tak memiliki hubungan apa pun dengan kita, kita juga harus bersukacita untuk mereka. Ketika mereka menjalani kehidupan dengan sangat baik dan hidup di antara orang-orang yang baik hati, kita harus memuji mereka. Ini disebut turut bersukacita. Meski kita tak berinteraksi dan tak ada hubungan apa pun dengan mereka, tetapi melihat mereka bahagia dan baik hati, kita semua turut bersukacita.

Namun, ketika mereka mengalami bencana dan menderita, kita harus segera bergerak dengan semangat senasib dan sepenanggungan. Kita turut merasakan penderitaan dan kepedihan orang lain. Dengan perasaan senasib dan sepenanggungan, kita segera bergerak memberi bantuan. Kita berusaha untuk memberikan bantuan semampu kita. Setelah bersumbangsih dan mengatasi kesulitan mereka, jika kita tidak memiliki pamrih, berarti kita terbebas dari rintangan.

Tak peduli siapa mereka dan berapa banyak bantuan yang dibutuhkan, kita memperlakukan semua orang dengan setara. Kita hanya perlu tahu berapa banyak orang yang membutuhkan bantuan dan segera memberikan bantuan. Setelah bersumbangsih, kita tak akan berkata, "Kamu adalah orang yang saya bantu, kamu harus mengingat saya."

Kita tidak seperti itu. Saat mereka tersenyum, mereka sudah membalas budi kita. Ketika mereka hidup dengan tenang, kekhawatiran mereka hilang, dan tersenyum, itu sudah merupakan hadiah terbesar bagi kita. Kita bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah yang harus kita capai dalam melatih diri.


Pada zaman Buddha, Buddha juga mengajarkan kepada kita untuk berdana seperti itu. Sekarang kita menapaki Jalan Bodhisatwa, kita juga harus berdana seperti itu. Hal yang benar, lakukan saja. Pada kehidupan mendatang dan dari kehidupan ke kehidupan, kita tetap membangun ikrar seperti itu, yaitu kekosongan tiga aspek dana. Kita bersumbangsih tanpa pamrih.

Seperti itulah kita bersumbangsih. Jika kita bisa melakukan ini, hati kita akan senantiasa dipenuhi sukacita terbesar. Jika memiliki kesempatan, saya sangat bersedia untuk melakukannya dari kehidupan ke kehidupan. Inilah ikrar saya. Jika dapat senantiasa menapaki Jalan Bodhisatwa, hati saya akan dipenuhi sukacita terbesar.

 

Bersumbangsih dengan tulus dengan semangat senasib dan sepenanggungan

Tidak melekat pada siapa yang memberi, siapa yang menerima, dan apa yang diberikan

Memberi bantuan dengan rasa syukur dan kekosongan tiga aspek dana

Membangun ikrar untuk berdana tanpa pamrih

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 Desember 2018

Editor: Stefanny Doddy

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -