Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri di Tengah Masyarakat

“Dahulu temperamen saya sangat buruk. Jika ada yang mengatakan sesuatu tentang saya, saya akan sangat marah dan tidak senang. Kini, setelah melakukan daur ulang, sepertinya saya lebih bisa memaafkan. Saya melakukannya dengan sangat gembira. Selain itu, setiap hari saya punya aktivitas,” kata Lam Oi Thye, relawan daur ulang.

“Kita setiap orang memiliki tabiat buruk, tetapi kita sendiri tak menyadarinya. Jika hanya berada di rumah saja dan tak berinteraksi dengan orang, kita selamanya tak akan mengubahnya. Jadi, kita harus keluar untuk berinteraksi dengan orang,” tambahnya.

“Awalnya, kami mengajarkan Kata Renungan Jing Si. Kemudian, kami menyadari bahwa selain Kata Renungan Jing Si, juga bisa menggunakan isyarat tangan, seperti lagu "Satu Keluarga". Semua orang melakukan daur ulang dengan sangat gembira dan dipenuhi sukacita dalam Dharma,” tutur Lieu Aui Mey, Relawan Tzu Chi.

“Melepaskan noda batin merupakan cara terbaik untuk mengatasi masalah. Segala masalah pasti bisa dilalui. Jika bisa berpikiran terbuka dan melakukan tindakan nyata, barulah kita bisa menginspirasi orang lain. Terkadang, saat marah, saya akan mengeluarkan kertas ini untuk dibaca agar kemarahan saya reda,” imbuhnya.

 

Untuk melepaskan noda batin, kita harus memiliki keberanian. Dengan keberanian, saat kita berpikir untuk melepaskannya, kita harus segera melakukannya karena noda batin ini telah membebani kita. Jadi, kita harus segera melepaskan noda batin. Bagaimana kita melepaskannya? Kita jelas-jelas sudah bertekad untuk terjun ke tengah masyarakat dan harus berinteraksi dengan orang lain. Lalu, bagaimana kita bisa melepaskannya? Itu sangat sulit.  Namun, ketika kita berbicara tentang melepaskan noda batin kita, itu merupakan arah bagi kita untuk terhindar dari penderitaan.

Bagaimana kita menghindarinya? Dengan pikiran kita. Pikiran kita memberi kita ruang untuk menjauhkan diri dari noda batin. Dengan begitu, noda batin akan jauh dari pikiran kita.

“Dahulu, kehidupan saya hanya berada dalam lingkup yang kecil, yaitu dengan teman-teman lama saya. Kami merasa tak memiliki harapan apa pun dan terus merasa sangat terpuruk. Kami menjalani kehidupan bagaikan mayat hidup yang sangat tak bermakna. Setelah mengenal Tzu Chi, saya menjalani kehidupan yang sangat berbeda. Meski tahun ini saya sudah berusia 85 tahun, saya telah mendapat air Dharma dari Master. Saya merasakan kehidupan yang dipenuhi sukacita dalam Dharma sepanjang hidup saya,” kata Tang Feng-mao, Relawan Tzu Chi.

“Datang ke sini untuk mendengar ceramah pagi Master sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup saya. Setiap hari, dalam ceramah paginya, Master menggunakan dialek Taiwan. Awalnya, karena saya tak bisa mengerti dialek Taiwan, saya jadi tak ingin datang. Setelah sekian lama mendengar ceramah Master, saya maksimal hanya mengerti 80 persen dan untuk mengerti 20 persennya lagi, saya akan terus berusaha hingga hari terakhir dalam hidup saya,” sambungnya.

“Mendengar ceramah pagi Master selama bertahun-tahun telah mengubah kebiasaan hidup saya yang hanya menunggu waktu untuk makan, tidur, dan mati. Kini, itu semua sudah berubah total. Kehidupan saya yang dahulu tidak memiliki semangat kini sudah bangkit kembali,” pungkasnya.

 

Kita harus belajar Dharma dan terjun ke tengah masyarakat dengan Bodhicitta. Jika kita terjun ke tengah masyarakat dengan Bodhicitta, noda batin akan jauh dari pikiran kita. Begitu kita kehilangan Bodhicitta, noda batin akan segera datang lagi. Bagaimana kita bisa menjaga Bodhicitta berada dalam pikiran kita selamanya? Seperti yang saya katakan tadi, tekun dan bersemangat dengan berani. Itu membuat kita sehat secara batin dengan antibodi melawan noda batin.

Dalam dunia medis, ini disebut kekebalan. Jika kekebalan kita kuat, dengan sendirinya kita bisa melawan kuman penyakit. Jika kekebalan kita lemah, kita akan mudah terinfeksi bakteri atau virus. Demikian pula halnya, noda batin merupakan penyakit di dunia dan sudah membuat dunia ini penuh dengan kekeruhan. Kekeruhan pandangan, noda batin, dan makhluk hidup sudah menyebabkan kekeruhan usia dan mengancam kehidupan manusia.

Saudara sekalian, di dalam lima kekeruhan, ada kekeruhan kalpa. Dalam kekeruhan kalpa atau zaman ini, dalam waktu yang lama kita telah kehilangan arah. Kita tak tahu berapa lama kita telah menjalani kehidupan di masa lampau. Kita hanya bisa menggenggam saat ini. Kita harus segera meninggalkan noda batin dan menuju Bodhi. Meski masih harus melatih diri di tengah masyarakat, kita sudah memiliki arah.

Kita berada di ladang pelatihan menuju Bodhi. Bodhi adalah kesadaran hakiki kita. Di dalam dunia yang penuh kekeruhan ini, kita harus kembali pada kesadaran hakiki kita. Caranya, kita harus memurnikan batin agar selalu mengarah pada hakikat sejati. Inilah arah kita. Meski kita tak tahu masa depan, tetapi kita bisa menggenggam saat ini. Apakah saat ini kita memiliki noda batin? Jika ada noda batin, kita harus segera mengubah pola pikir. Jika setiap saat kita memiliki noda batin, kita harus setiap saat mengubahnya. Ini disebut memutar roda Dharma.


Kita harus terus mengubah delusi menjadi kesadaran. Delusi berarti noda batin. Saat delusi berubah menjadi kesadaran, itulah Bodhi. Dengan begitu, kita baru bisa melepaskan kegelapan dan noda batin. Tak hanya mengubah pola pikir sendiri, kita juga harus menolong orang lain. Di dunia yang penuh lima kekeruhan ini, kita harus memiliki pandangan benar dan pikiran yang bersih.

Kita harus mempertahankan arah kita dalam kehidupan di tengah masyarakat. Tujuan kita adalah membimbing semua makhluk. Ini berarti kita memanfaatkan kehidupan kita untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Kita datang ke dunia dengan membawa karma. Kini kita harus belajar untuk tidak semata-mata mengikuti karma, melainkan mengubah kehidupan kita dengan menumbuhkan kebijaksanaan.

Jadi, saya sering berkata bahwa kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan. Seiring berjalannya waktu, jiwa kebijaksanaan kita harus bertumbuh. Seperti inilah kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita di tengah kekeruhan usia, bagaikan bunga teratai yang tumbuh di air berlumpur. Meski tubuh kita tidak bersih, tetapi kita bisa memanfaatkan tubuh kita untuk melatih batin guna menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Meski kita bersumbangsih di dalam masyarakat yang penuh kekeruhan, kita harus memiliki pikiran yang tak tercemar bagaikan bunga teratai yang bermekaran di tengah air berlumpur. Kita harus lebih bersungguh hati untuk ini.

Bertekad untuk bersumbangsih di tengah masyarakat guna melatih diri

Mengubah noda batin dan menuju Bodhi

Bagaikan bunga teratai yang bermekaran di tengah air berlumpur

Kembali ke sifat hakiki yang murni untuk selamanya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 6 November 2018

 

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -