Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Diri untuk Menjadi Murni dan Tanpa Konflik


Semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Saya selalu percaya bahwa dengan adanya hakikat kebuddhaan, kita dapat menjadi murni. Dengan batin yang murni, kita tidak akan memiliki nafsu keinginan, ketamakan, dan kemelekatan. Sepanjang hidup ini, saya tidak memiliki konflik dengan orang lain, tidak bertikai atas hal, dan tidak berseteru dengan dunia. Tanpa adanya konflik dengan orang lain, saya mendapatkan dukungan dari banyak orang di dunia. Begitulah hukum sebab akibat.

Hal terpenting dalam hidup ialah tidak memiliki konflik dan perselisihan dengan orang lain. Dengan begitu, kita akan mendapatkan hati setiap orang dan mereka akan menyukai kita sehingga terbentuklah jalinan jodoh yang baik. Hendaknya kalian mendengarkan ini dengan baik. Dengan prinsip tidak bertikai atas hal, saya tidak pernah memaksakan kehendak saya untuk melakukan suatu hal. Namun, dengan sikap ini, kita harus memikul banyak tanggung jawab.

Setiap hari, ketika melihat peta dunia, saya melihat ada banyak hal yang harus kita kerjakan karena banyak peristiwa yang terjadi di dunia. Peristiwa yang terjadi di dunia sangatlah banyak. Hendaknya kita membangun tekad dan ikrar untuk meringankan penderitaan dunia. Inilah tanggung jawab kita.

Penderitaan dunia terjadi di mana-mana. Pada dasarnya, dunia memang dipenuhi oleh penderitaan. Ajaran Buddha dimulai dengan Empat Kebenaran Mulia, yaitu penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan untuk mengakhiri penderitaan. Ke mana pun kita pergi, semuanya tidak terlepas dari Empat Kebenaran Mulia. Setelah memahaminya, janganlah kita hanya peduli pada diri sendiri. Hendaknya kita mempraktikkan Enam Paramita.

Kehidupan adalah penderitaan. Bagaimana kita melenyapkan penderitaan ini? Sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik. Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk. Namun, Beliau tidak dapat membimbing orang yang tidak memiliki jalinan jodoh dengan-Nya. Tanpa jalinan jodoh, seseorang tidak akan mendengarkan kata-kata kita dan tidak akan mau mendengarkan Dharma.

Jadi, untuk dapat membimbing orang lain, kita harus terus menjalin jodoh baik tanpa henti. Ladang pelatihan ini adalah tempat kita untuk menjalin jodoh baik. Di Griya Jing Si, semua orang harus tahu bagaimana membina dan menghargai jalinan jodoh. Jadi, hendaknya kita yang berada di tempat ini dapat menyemangati satu sama lain.


“Saat keluar untuk berladang, saya mendapat bagian untuk memetik bunga kamperfuli. Pada putaran pertama, kami keluar memetik bunga di pagi hari pukul 9 lewat dan kembali untuk beristirahat. Kemudian, kami mulai memetik lagi pada pukul 10 pagi. Saat kedua kali kami pergi memetik, saya berpikir bahwa saya bisa memetik tanaman obat lainnya. Namun, Bhiksuni De Pei berkata, ‘Hendaknya kalian berkeliling sekali lagi dan petiklah bunga kamperfuli lebih banyak’,”
kata Ma Qing-hua relawan Tzu Chi Singapura.

“Saat melakukan putaran kedua, kami benar-benar mendapatkan lebih banyak bunga kamperfuli. Mengapa demikian? Pertama kali memetik, kami hanya memetik bunga yang terlihat oleh kami. Pada putaran kedua, kami memetik hingga ke bagian yang tersembunyi. Banyak bunga yang tersembunyi di balik dedaunan yang lebat. Ini membutuhkan usaha kita untuk membungkuk dan mengulurkan tangan lebih jauh sehingga kita harus lebih bersusah payah. Ini mengingatkan saya tentang bagaimana kami menggalang relawan di tengah masyarakat,” lanjut Ma Qing-hua.

“Para ketua Heqi dan semua anggotanya sama seperti kami yang memetik bunga pada putaran kedua. Semuanya berusaha sangat keras dan sepenuh hati untuk menyingkirkan dedaunan yang lebat demi menemukan relawan di komunitas yang bersedia untuk bersumbangsih. Kemudian, tim Heqi akan menyemangati mereka dan mendampingi mereka untuk mengikuti pelatihan sehingga mereka dapat turut mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan menjadi murid Master,” pungkas Ma Qing-hua.

Sesungguhnya, membimbing orang lain bukanlah hal yang sulit. Dengan apa kita membimbing orang lain? Dengan cinta kasih.


“Baru saja, Kakak Qing-hua bercerita tentang bunga kamperfuli. Saya adalah salah satu orang yang berada di kelompok itu. Satu kelompok terdiri atas 5 orang. Pada putaran kedua, kami melihat apakah ada bunga yang tertinggal. Saat itu, saya ada di barisan kedua. Saat berjalan, saya tidak mengerti mengapa relawan di depan saya melewatkan beberapa bunga dan tidak memetiknya. Saya berpikir mungkin karena tinggi badannya atau karena ada dedaunan yang menghalangi sehingga dia tidak melihat bunga itu. Jika memang begitu, tidak masalah, saya akan memetiknya,”
kata Guo Zhu-ming relawan Tzu Chi Singapura.

“Hal ini menunjukkan bahwa dalam tim 4 in 1, kami benar-benar melengkapi satu sama lain. Tidak perlu bersikap perhitungan dengan berkata, ‘Ini milik saya. Ini milik Anda. Mengapa Anda yang di depan tidak memetik bunga itu? Mengapa Anda tidak sepenuh hati?” pungkas Guo Zhu-ming.

Selama memiliki cinta kasih yang tulus, kita tidak perlu bersaing. Hendaknya kita menjadi orang baik yang tulus, yaitu menjadi Bodhisatwa. Orang yang baik akan bertutur kata baik, melakukan perbuatan baik, dan menghargai orang lain dengan cinta kasih. Jika kita bersaing untuk mendapatkan sesuatu, kita belum tentu mendapatkannya. Kalaupun kita mendapatkannya, orang lain akan membenci kita.

Jika kita terus bersaing, tidak akan ada orang yang mau mengalah. Kalaupun mereka mengalah, mereka tetap akan menyimpan dendam dan menjauhi kita. Sesungguhnya, siapakah pemenangnya? Orang yang mendapatkan ataukah orang yang mengalah? Sulit untuk menentukannya.


Pihak ketiga yang melihat situasinya secara langsung akan memahaminya dengan lebih jelas. Inilah prinsip kebenaran. Jika kita bersikeras ingin mendapatkan sesuatu, orang lain akan memandang rendah dan membenci kita. Jika kita mau mengalah, mereka justru akan terkesan dengan kita. Pihak ketiga dapat menilainya dan mungkin tersentuh oleh kita. Mereka dapat menilai mana yang baik dan mana yang buruk.

Jadi, ketika kita melakukan sesuatu, ingatlah bahwa di sekeliling kita ada banyak orang yang memperhatikan tingkah laku kita dan melihat apakah hidup kita bernilai. Bukan berarti jika kita merasa kehidupan kita bernilai berarti ia benar-benar bernilai. Jika kita selalu berpikir bahwa kita bernilai, nilai yang kosong adalah kesombongan. Jika kita menganggap diri kita lebih baik dari orang lain tanpa ada seorang pun yang mengakuinya, itu adalah pemikiran yang kosong. Jadi, hendaknya kita memahami konsep kekosongan sejati dan eksistensi ajaib.

Ketika bersumbangsih, janganlah kita bersikap perhitungan. Apakah orang lain ingat atau tidak, itu tidak menjadi masalah bagi kita. Hendaknya kita terus bersumbangsih. Saya bersyukur karena memiliki kesempatan untuk dapat bersumbangsih. Saya merasa damai dan tenteram. Saya sering mengatakan kepada kalian bahwa saya merasa tenang dan damai setiap hari. Tentu saja, saya juga memiliki banyak kekhawatiran.

Saya tidak memiliki noda batin, hanya kekhawatiran. Kekhawatiran dan noda batin adalah hal yang berbeda. Kekhawatiran yang saya miliki adalah kekhawatiran terhadap semua orang di dunia. Noda batin adalah keegoisan yang selalu memikirkan keuntungan dan kerugian diri sendiri. Ketika menang, kita akan merasa puas; ketika kalah, kita akan merasa kehilangan. Inilah pemikiran untung rugi. Jadi, ada suatu hal mudah yang harus kita pelajari, tetapi membutuhkan keterampilan, yaitu tidak bersaing dengan orang lain.

Namun, kita harus tetap tekun dan bersemangat. Tekun dan memperjuangkan nafsu keinginan adalah hal yang berbeda. Ketika kita mengalah, hati dan pikiran kita akan terbuka sehingga menciptakan ruang bagi orang lain. Dengan begitu, kita tidak akan merasa tersakiti dan memberikan kemudahan bagi orang lain. Ini adalah prinsip kebenaran yang sederhana dan metode pelatihan diri yang mudah. 

Membawa manfaat bagi semua makhluk dengan hati yang murni dan tanpa konflik
Melatih diri dalam Empat Kebenaran Mulia dan mempraktikkan Enam Paramita
Menghargai jalinan jodoh berkah di ladang pelatihan yang bajik
Membina hati di mana pun berada demi mencapai Bodhi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Maret 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 27 Maret 2024 
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -