Ceramah Master Cheng Yen: Melatih Kesabaran di Tengah Masyarakat

Pernah ada sebuah kasus seperti ini di Malaysia. Seorang ibu yang sudah berusia lanjut masih harus merawat putranya. Keluarga ini hidup dalam kondisi sulit dan sangat membutuhkan bantuan. Setelah menerima laporan, relawan kita pun mengunjungi mereka. Di dalam kamar dengan cahaya remang-remang, terlihat setumpuk sampah. Setelah dilihat lebih jelas, ada orang yang bergerak dan duduk di sana. Para relawan kita tidak takut mencium aroma tidak sedap dan menginjak sampah-sampah di dalamnya. Ada sisa makanan dan benda lainnya yang basah dan kotor. Insan Tzu Chi terus memberi pendampingan dan mengantarkan makanan bagi mereka.

Setelah setahun lebih, sang ibu meninggal dunia. Yang paling dikhawatirkannya adalah putranya. Siapa yang akan merawat putranya? Anggota Tzu Cheng dan komite kita terus-menerus berinteraksi dengannya dan mengantarkan makanan untuknya. Kemudian, setelah setahun lebih, relawan kita berkata padanya, “Kami memutuskan untuk menggunting rambut Anda agar bisa melihat wajah Anda dengan jelas.” “Kami juga ingin membersihkan rumah Anda dan membantu Anda memulai hidup baru.” “Inilah harapan kami.” Akhirnya, dia tidak menolak relawan kita membersihkan rumahnya. Relawan kita pulang dengan penuh sukacita untuk menyiapkan ember, baskom, kain, dan lain-lain untuk membersihkan rumahnya keesokan harinya. Mereka juga menyiapkan gunting. Rambutnya sangat kaku karena sudah bertahun-tahun tidak keramas. Relawan kita terlebih dahulu menggunting rambutnya.


Pada saat yang sama, relawan lain membersihkan rumahnya. Akhirnya, penampilannya berubah. Tubuhnya menjadi bersih, tempat tinggalnya juga menjadi bersih. Dengan cinta kasih, relawan kita menggerakkan hatinya. Dia juga menjadi relawan dan mulai melakukan daur ulang. Kabar terakhir yang saya dengar adalah dia telah meninggal dunia. Ini adalah kasus pada belasan tahun yang lalu. Saat ini, saya kembali teringat akan kasus ini dan relawan kita yang bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus bagi orang tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka dan dalam jangka panjang bersabar menghadapi aroma yang tidak sedap dan lingkungan yang kotor.

Inilah yang disebut kesabaran makhluk hidup. Kesabaran ini juga mengandung Dharma. Tanpa Dharma di dalam hati, kita akan berpikir bahwa orang lain tidak punya hubungan apa pun dengan kita. Namun, dengan adanya Dharma di dalam hati, kita bisa bersumbangsih bagi sesama. Inilah yang disebut Bodhisatwa.


“Sangat sulit untuk membayangkan bahwa ada yang tinggal di rumah ini,” ucap Huang Zhi-jie, Relawan Tzu Chi.

“Saya tidak tahu harus memulai dari mana. Kita tidak tahu ada apa di dalamnya, harus memulainya dari mana?’ ucap Li Yuan-wen, Relawan Tzu Chi.

“Pada hari pertama, karena terlalu banyak barang, maka kami membersihkannya terlebih dahulu. Kami mendaur ulang yang bisa didaur ulang dan membuang yang tak bisa didaur ulang. Setelah membersihkan rumahnya, kami baru akan memperbaiki rumahnya,” ucap Chen Shu-li, Relawan Tzu Chi.


“Kami membersihkan rumahnya agar dia tidak terkena infeksi. Inilah tujuan utama kita karena dia menderita luka. Sebelumnya, ruang tamu penuh barang sehingga sangat sempit. Kini, setelah kita membersihkan dan mengeluarkan barang yang tidak penting, setidaknya dia memiliki ruang untuk mencoba berjalan,” ucap Yang Xiu-mei, Relawan Tzu Chi

“Berhubung kini kita masih bertenaga, kita harus lebih banyak bersumbangsih dan menolong orang lain. Perasaan setelah menolong orang lain sulit dideskripsikan. Kita harus bersumbangsih secara langsung, baru bisa merasakandan memahaminya,” ucap Chen Si-long, Relawan.


Demi membawa manfaat bagi semua makhluk dan menyebarkan ajaran Buddha di dunia, Bodhisatwa harus banyak melatih diri. Salah satunya adalah melatih kesabaran. Jadi, kesabaran Dharma tidak terpengaruh oleh kondisi luar di luar perbuatan manusia, seperti angin, dingin, panas, dan lain-lain yang merupakan kondisi cuaca. Selain itu, juga ada usia tua, penyakit, dan lain-lain yang merupakan hukum alam, bukan perbuatan manusia. Kita harus bersabar hingga bisa mengendalikan kebencian dan emosi di dalam hati dan diri kita terbebas dari rintangan batin. Inilah yang disebut kesabaran Dharma.

Jadi, bukan hanya sesama manusia, kondisi alam juga bisa dijadikan sebagai bahan pelatihan diri kita. Selain itu, saat kita telah bersumbangsih dengan sepenuh hati, mungkin ada orang yang tidak memuji, malah meremehkan kita. Ada kondisi seperti ini. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Saat ada orang yang meremehkan kita, apakah pikiran kita bergejolak? Bisakah kita menjaga ketenangan pikiran dalam menghadapi kondisi seperti ini? Kita harus berintrospeksi diri. Kita harus menghadapi semuanya dengan tenang. Dengan demikian, kita baru benar-benar melatih kesabaran. Jadi, kita bisa melatih kesabaran dalam kehidupan sehari-hari, baik terhadap kondisi alam maupun sesama manusia.


Adakalanya, kita tidak terpengaruh. Adakalanya, kita sedikit banyak terpengaruh. Adakalanya, berhubung sudah bertekad, kita bisa mengatasi semua rintangan untuk mencapai tujuan. Kondisi luar tidak bisa memengaruhi dan merintangi kita. Jika mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita harus melakukannya dengan sabar hingga tujuan kita tercapai. Tidak terpengaruh oleh kondisi luar, inilah kesabaran yang sesungguhnya, baik terhadap kondisi lingkungan maupun sesama manusia. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus sabar dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan menjalankan ikrar.

Kita telah berikrar untuk melakukan hal yang benar. Kita harus menjalankan ikrar untuk melakukan hal yang benar. Dalam menjalankan ikrar kita, apakah kita membiarkan tekad kita mundur? Ini sangatlah penting. Ini semua disebut kesabaran. Jadi, kesabaran harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Saat dipuji orang lain, apakah kita merasa gembira dan sombong? Kita harus bertanya pada diri sendiri. Saat orang lain tidak memuji kita, apakah pikiran kita bergejolak? Ini bergantung pada pola pikir kita. Marilah kita lebih bersungguh hati dalam menghadapi semua orang, hal, dan benda dalam kehidupam sehari-hari.

Membersihkan rumah penerima bantuan tanpa takut kotor

Memberi pendampingan jangka panjang dengan cinta kasih dan pikiran yang tenang

Terjun ke tengah masyarakat untuk melatih kesabaran

Mengendalikan kesombongan dan melangkah menuju kesadaran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 April 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 April 2018

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -