Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Membawa Kebahagiaan dengan Aksi Nyata
Share
Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Membawa Kebahagiaan dengan Aksi Nyata
Buddha mengajarkan bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Jadi, Buddha ada di dalam hati setiap orang. Allah pun ada di dalam hati orang-orang. Ada yang belajar terlebih dahulu, ada yang belajar belakangan. Orang yang belajar akan tersadarkan. Bersungguh hati untuk belajar dan berfokus untuk berbuat baik, hendaklah kita bertekad seperti ini.
“Di depan altar orang Buddha ini kan ada altar sembahyang, saya bertanya, ‘Nyonya, saya ingin menjadi insan Tzu Chi, apakah bisa?’ Nyonya berkata, ‘Boleh’. Tapi saya nggak punya uang saya bilang gitu, lalu ia bilang ‘yang penting kamu punya hati’,” kata Ratna Pujiwati, relawan Tzu Chi Indonesia.
“Assalamualaikum, Shixiong, kata Shixiong ‘wa’alaikumsalam’. Shixiong bertanya. ‘Apakah kamu muslim?’ Saya menjawab, ‘Iya, saya muslim’. Di situ saya merasa bahagia sekali, oh ternyata ada orang muslim. Nah terus saya dikasih pengarahan sama beliau, dari situ lah tekad saya semakin bulat,” lanjut Ratna Pujiwati.
“Soalnya begini, ada orang yang fanatik. Mereka tidak mau menerima bantuan dari agama lain, karena takut. Karena ada orang awam yang merasa ketakutan setelah mereka dibantu mereka diajak pindah keyakinan ke agama yang membantu,” pungkas Ratna Pujiwati
Semua agama menunjukkan arah yang sama, yaitu cinta kasih yang murni tanpa noda. Inilah yang disebut agama. Islam adalah sebuah agama. Buddha pun adalah sebuah agama. Keduanya sama-sama adalah agama.
Sesungguhnya, Allah dan Buddha sama-sama membimbing orang menapaki jalan kebajikan dan cinta kasih. Jadi, saat ini, kita menapaki jalan yang sama, yaitu jalan kebajikan. Asalkan sesuatu itu benar, lakukan saja. Pilihlah sesuatu yang dunia ini butuhkan dan sesuatu yang dapat kita lakukan. Tujuan kehidupan dan pendidikan seumur hidup yang berlandaskan cinta kasih, inilah hal yang benar.
Saya sangat bersyukur kepada Tzu Chi Indonesia karena telah melihat perkembangannya selama ini. Di masa lalu, Kali Angke penuh dengan sampah. Bagaimana semua sampah itu tertumpuk di Kali Angke hingga kali itu menjadi begitu kotor? Kini, Kali Angke telah menjadi sungai yang jernih. Ini karena ada banyak orang baik yang bersama-sama mencurahkan cinta kasih.
Pertama kali saya melihat Kali Angke, kotornya sungguh tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Rumah-rumah di sana juga sangat bobrok. Bagaimana kondisi kehidupan warga setempat? Ada orang yang membuat tahu di sana. Mereka juga menggunakan air kali itu untuk mencuci dan membuat tahu. Segala sesuatu dilakukan di dekat kali itu.
Bapak Eka Tjipta Widjaja, ayah dari Franky O. Widjaja, adalah seorang umat Kristen. Namun, beliau membawa putranya, Franky, menemui saya dan berkata bahwa putranya akan berlindung kepada ajaran Buddha. Saat itu, beliau sudah terkenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Bapak Eka Tjipta juga membantu menyekop lumpur di tepi kali. Lihatlah, betapa beratnya. Saya menyemangatinya dari sini. Sungguh, momen itu selalu terbayang dalam benak saya. Saya sangat terharu. Beliau sudah berusia 80-an tahun saat itu, tetapi tetap membantu menyekop lumpur. Jadi, momen itu telah terukir dalam ingatan saya.
Siapakah yang saya kagumi di dunia ini? Bapak Eka Tjipta yang berani melakukan aksi nyata. Berkat beliau yang memberikan keteladanan, banyak pengusaha Indonesia yang terinspirasi. Tanpa dukungan para pengusaha, perkembangan Tzu Chi Indonesia tidak akan sepesat ini. Berhubung beliau memiliki pengaruh besar, kata-katanya bisa diterima oleh orang-orang. Jadi, beliau menginspirasi para pengusaha dan dengan cepat membawa perubahan di Indonesia.
Saya sering mengulas tentang memperbaiki kehidupan. Kini, saya juga memiliki harapan terhadap India dan Nepal. Saya harap kita dapat memperbaiki pendidikan setempat, mengembangkan misi amal di sana, dan menghimpun kekuatan pengusaha setempat. Inilah yang sangat ingin saya lakukan sekarang. Saya telah lanjut usia, tetapi tekad saya masih teguh.
Saat ini, saya ingin mengajak semua orang untuk bersama-sama berbuat baik bagi dunia dan memberikan ruang kepada orang yang menderita untuk memperbaiki kehidupan. Jangan membiarkan mereka selamanya hidup kekurangan dan tidak memiliki ruang untuk berkembang. Jika semua orang bisa bertekad seperti ini, kesulitan mereka akan perlahan-lahan teratasi.
Kini, Tzu Chi Indonesia memiliki kekuatan besar. Ini sungguh tidak mudah. Cinta kasih berawal dari sebutir benih. Saya sering berkata bahwa sebutir benih dapat menghasilkan benih yang tak terhingga. Jadi, benih sangatlah penting. Kini, setiap orang dari kita adalah sebutir benih. Tzu Chi adalah sebuah nama. Kita sama-sama berkesempatan untuk mendedikasikan diri di Tzu Chi. Kita semua berhimpun dengan cinta kasih agung tanpa memandang perbedaan agama.
Semua agama mengajarkan cinta kasih. Hendaklah kita tidak membeda-bedakan. Dengan cinta kasih agung, kita mengasihi tanpa syarat. Dengan welas asih agung, kita merasa senasib dan sepenanggungan. Saat orang lain terluka, kita turut merasa sakit. Kita turut merasakan kepiluan dan penderitaan orang lain. Inilah yang disebut cinta kasih universal atau cinta kasih agung.
Kita turut merasakan apa yang orang lain rasakan. Sangat mudah untuk mengucapkan kata-kata ini, tetapi tidak semua orang bisa benar-benar merasakan rasa sakit orang lain. Namun, orang yang memiliki hati akan merasakannya dan merasa tidak tega. Kita tidak tega melihat penderitaan orang lain. Saat orang lain terluka, bukan fisik kita yang merasa sakit. Namun, pikiran kita membuat kita merasa bahwa kita seharusnya mengerahkan tenaga untuk membantu mereka. Setelah melakukannya, kita merasa sukacita dan bisa berbagi kisah dengan orang lain.
Dengan membagikan kisah masing-masing, kalian telah menyebarkan kebenaran ke seluruh dunia. Entah disebut sebagai jalan Allah atau jalan Tuhan, semuanya akan bertemu di satu titik. Sutra Bunga Teratai juga membahas tentang "persimpangan bercabang empat". Kita harus memahami makna persimpangan ini. Persimpangan menggambarkan empat jalan yang berujung pada satu titik yang sama.
Setiap orang mungkin menapaki jalan kecil yang berbeda. Namun, berbagai jalan ini akan bertemu di titik yang sama. Inilah makna dari "persimpangan bercabang empat". Inilah yang harus kita kejar. Jangan hanya berpikir untuk mengejar pencapaian pribadi. Hanya tahu dan mengkaji ajaran tidak ada gunanya. Kita harus benar-benar mempraktikkannya.
Di atas meja saya, ada kerajinan tangan yang berbentuk sepasang kaki. Saat melangkah dengan kedua kaki kita, janganlah kita melekat dan berpikir, "Saya telah membantumu. Kamu harus mengingat saya." Jadi, saat satu kaki melangkah, kaki yang lain harus ikut melangkah. Jika kita melangkah maju, kaki yang tadinya berada di depan akan menjadi berada di belakang. Jadi, kaki di belakang harus ikut melangkah.
Jika ingin melangkah maju, kedua kaki kita harus terus melangkah secara bergantian. Jika tidak, kita tidak akan bisa berjalan maju. Jadi, kedua kaki kita harus terus melangkah secara bergantian. Hendaklah kita bersungguh-sungguh untuk melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan. Jadi, dengan welas asih, kita melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan. Kita harus terus mengejar kemajuan. Demikianlah kita menggenggam jalinan jodoh.
Menuju arah yang sama dengan cinta kasih yang murni tanpa noda
Belajar dan sadar untuk menciptakan aliran jernih dengan kebajikan dan cinta kasih
Berani memikul tanggung jawab untuk memperbaiki kehidupan
Melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan dengan aksi nyata
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 14 September 2025