Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dan Membawa Kebahagiaan dengan Empat Kebijaksanaan

“Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk melindungi anak-anak pengungsi. Pendidikan adalah fondasi untuk masa depan kalian. Yang lebih penting, pendidikan memberi kalian persahabatan, pengetahuan, kekuatan, dan perlindungan,” kata Maja, Deputi perwakilan UNHCR.

“Mewakili teman-teman di kelas saya, saya menyampaikan rasa syukur terdalam kepada Tzu Chi dan UNHCR. Tanpa kalian, semua ini tak akan terwujud,” ujar Norlail, murid lulusan sekolah Tzu Chi untuk pengungsi di Selayang.

“Saya berterima kasih kepada relawan Tzu Chi dan guru-guru saya yang mendidik saya menjadi orang yang lebih baik. Saya akan berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik dari sekarang,” Kata Mubarak, murid lulusan sekolah Tzu Chi untuk pengungsi di Ampang.

Dunia Saha ini penuh dengan penderitaan. Buddha datang ke dunia ini demi membimbing semua makhluk yang menderita. Karena itu, Buddha memberikan bimbingan sesuai kemampuan setiap makhluk. Karena itu, Buddha memberikan bimbingan sesuai kemampuan setiap makhluk.

“Kami berharap bisa membantu Ibu Amandina agar dia dan keluarganya dapat memulai hidup baru.” ujar Wu Hui-lan, relawan Tzu Chi.

“Bagaimana kami membalas kebaikan kalian?” tanya ibu Amandina.

“Saat kelangsungan hidup kalian terjaga, ingatlah untuk menolong orang lain. Ini satu-satunya permintaan kami.” jawab Wu Hui-lan.


Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa dan kita harus menjalankannya. Sutra mengajarkan kita untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk. Para relawan kita telah mempraktikkannya untuk melenyapkan penderitaan orang-orang. Relawan kita bukan hanya menjangkau orang-orang di sekitar mereka, tetapi juga menjangkau tempat yang jauh, bahkan melewati perbatasan negara.

Asalkan ada orang yang membutuhkan, relawan di sekitarnya akan bergerak. Jika dibutuhkan lebih banyak tenaga, relawan dari tempat yang jauh juga akan pergi untuk membantu dengan semangat dan filosofi Tzu Chi. Ke mana pun mereka pergi, mereka bisa menyentuh hati orang-orang. Saat memberikan bantuan, mereka juga bisa menginspirasi warga setempat untuk turut bersumbangsih dan menjadi benih Tzu Chi. Inilah yang disebut menyebarkan Dharma dan memberikan bimbingan.

“Kami ingin menyebarkan cinta kasih dan kemanusiaan. Karena itulah, kami datang ke sini. Meski merasa takut saat keluar rumah, kami tetap datang ke sini demi kemanusiaan,” kata Ali, seorang relawan.

“Saya sudah bertahun-tahun menjadi relawan di sini. Saya menguasai bahasa Thai dan Inggris. Karena Tzu Chi pernah membantu saya, maka saya dating untuk membantu baksos kesehatan,” lanjut Ayesha, relawan lainnya.

Inilah praktik Bodhisatwa. Jadi, kita harus tahu jelas bahwa kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing semua makhluk. Tempat yang dilanda penderitaan adalah ladang pelatihan dan Jalan Bodhisatwa bagi kita. Kita menjangkau makhluk yang menderita. Insan Tzu Chi telah melakukannya.

Dengan menganggap suatu tempat sebagai ladang pelatihan, kita bisa menjangkau setiap tempat yang dilanda penderitaan dengan pikiran terbuka tanpa takut pada aroma tidak sedap dan kotor. Kita menganggap orang yang menderita sebagai keluarga kita sendiri. Dengan kelapangan hati yang bisa merangkul semua makhluk, kita bisa bersumbangsih tanpa melekat pada tiga aspek dana.

Contohnya Buddha Sakyamuni yang berulang kali datang ke Dunia Saha demi membimbing semua makhluk. Saha berarti “butuh ketahanan”. Buddha berulang kali datang ke dunia yang butuh ketahanan ini. Mengapa disebut dunia yang butuh ketahanan? Karena dunia ini penuh dengan penderitaan. Bodhisattva harus bisa bertahan di lingkungan seperti ini untuk membimbing semua makhluk. Ini tidaklah mudah. Hingga selamanya, Buddha akan kembali ke dunia ini untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk.


Kita harus meneladani Buddha, berempati pada semua makhluk, dan turut merasakan penderitaan orang lain. Banyak orang menderita yang sudah lansia, hidup sebatang kara, dan tidak memiliki sandaran. Dengan menjadi sandaran mereka dan menolong mereka, berarti kita bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita harus menghapus noda batin, berpikiran terbuka, tidak bersikap perhitungan, dan tidak melekat pada tiga aspek dana.

Setelah bersumbangsih, kita bersyukur dan tidak memiliki pamrih. Hati kita merasa lega dan dipenuhi sukacita karena telah mengatasi kesulitan orang lain. Kita bersukacita atas ketenteraman semua makhluk. Kebijaksanaan Bodhisatwa setara dengan kebijaksanaan Buddha karena telah memahami jalan kebenaran. Bodhisatwa menyelami lautan kebijaksanaan dan memahami kebijaksanaan Buddha. Beberapa waktu yang lalu, saya terus mengulas tentang mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan.

Kita harus mengubah kondisi luar yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebijaksanaan. Kita harus mengubah kesadaran yang timbul saat 6 indra bersentuhan dengan 6 objek menjadi kebijaksanaan dalam mengamati. Saat melihat materi, jangan membangkitkan nafsu keinginan. Saat melakukan yang harus dilakukan, jangan melekat pada ketenaran. Dengan bersumbangsih tanpa melekat pada kekuasaan, keuntungan, dan ketenaran sekaligus mengucap syukur, hati kita akan dipenuhi sukacita. Inilah kebijaksanaan dalam mengamati. Jika bisa melakukannya, barulah kita bisa mengembangkan kebijaksanaan yang tidak membeda-bedakan dan kebijaksanaan yang bulat dan jernih bagaikan cermin.

Jadi, kita bisa melakukannya selangkah demi selangkah. Kita harus bersungguh hati mengembangkan kebijaksanaan dalam mengamati, Kita harus bersungguh hati mengembangkan kebijaksanaan dalam mengamati, kebijaksanaan yang mendukung pencapaian segala aktivitas, kebijaksanaan yang tidak membeda-bedakan, dan kebijaksanaan yang bulat dan jernih bagaikan cermin.

Demikianlah tahap-tahap kebijaksanaan. Dengan menyelami lautan kebijaksanaan dan memahami kebijaksanaan Buddha, kita telah mengembangkan kebijaksanaan yang bulat dan jernih bagaikan cermin dan akan memperoleh sukacita Dharma darinya. Saat melihat semua makhluk terselamatkan, kita akan dipenuhi sukacita. Kita turut bersukacita melihat orang lain terselamatkan. Yang harus kita lakukan di dunia ini adalah berpegang pada ajaran Buddha dan menyebarkan praktik Bodhisatwa.


Saudara sekalian, kita harus mengembangkan cinta kasih dan bersungguh hati. Yang terpenting dalam mendengar Dharma adalah menggenggam waktu. Kita tidak memiliki banyak waktu. Kita hanya bisa menggenggam saat ini untuk menjalankan praktik Bodhisatwa. Kita telah menjalankan praktik Bodhisatwa.

Ini tidak bisa dilakukan oleh segelintir orang. Ini membutuhkan kerja sama banyak orang. Ini bukanlah hal yang mustahil. Kita bisa menciptakan pahala besar dengan menjalankan praktik Bodhisatwa. Mari kita senantiasa lebih bersungguh hati.

 

Buddha berulang kali datang ke Dunia Saha demi membimbing semua makhluk

Meneladani hati Buddha dan memberikan bimbingan sesuai kemampuan.

Melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan dengan empat kebijaksanaan.

Menyelami lautan kebijaksanaan dan menghimpun pahala bersama.

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 Desember 2018

Editor: Alwing Low
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -