Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan dengan Cinta Kasih Tanpa Pamrih


“Saya sangat bersyukur hari ini berkesempatan untuk mengikuti upacara pemandian rupang Buddha di Kantor Cabang Tzu Chi California Utara. Dalam pemandian rupang Buddha ini, kita berdoa semoga pandemi segera berlalu. Peperangan yang terjadi belakangan ini juga membuat banyak orang merasa tidak tenang. juga membuat banyak orang merasa tidak tenang. Kita juga berharap upacara seperti ini dapat membawa keharmonisan bagi masyarakat,” kata Jackson Chen, relawan Tzu Chi.

“Kami mempersembahkan sayuran karena kami berharap semua orang di seluruh dunia dapat aman dan tenteram. Jangan makan daging lagi. Kita harus bervegetaris,” tutur Cai Yun-jing, murid.

Agar hidup aman dan tenteram, kita harus memulainya dari diri sendiri. Ini bagai memupuk pahala bagi diri sendiri. Setiap orang berdoa semoga diri sendiri aman, tenteram, dan sehat. Jika setiap orang dapat mengasihi diri sendiri dan mengingatkan diri sendiri untuk membina pikiran benar, tentu semua orang dapat hidup aman dan tenteram.

Bagi Anda, dia, dan saya, diri sendiri adalah "saya". Kita mungkin menyebut seseorang dengan "dia", sedangkan dia menyebut diri sendiri dengan "saya". Jadi, kata ganti orang yang digunakan bisa berubah-ubah sesuai posisi masing-masing.


Semua orang hendaklah membangkitkan cinta kasih untuk mengasihi satu sama lain. Kita harus melindungi setiap orang karena saat setiap orang sehat, secara alami kita juga akan sehat. Jadi, saat kesehatan orang lain terjaga, barulah keselamatan kita bisa terjaga.

Kita harus sungguh-sungguh melindungi diri sendiri karena kita mengasihi orang lain dan enggan menularkan penyakit pada orang lain. Cinta kasih seperti ini adalah cinta kasih agung. Mengasihi satu sama lain tanpa pamrih, inilah cinta kasih agung.

Kita harus meneladan Bodhisatwa yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Sejak dahulu hingga kini, manusia memiliki cinta kasih berkesadaran seperti ini. Para orang tua dan leluhur selalu mengasihi anak cucu mereka. Anak cucu juga selalu bangga pada leluhur mereka. Leluhur yang baik pasti memberi teladan. Pikiran benar, pandangan benar, dan perbuatan benar mereka merupakan teladan bagi dunia. Saat ini, kita hendaklah kembali pada kebenaran ini.

Selama beberapa waktu, hubungan antarmanusia telah merenggang. Saat ini, sangatlah penting untuk memulihkan hubungan antarmanusia dan kembali membangkitkan pikiran benar. Selain harus merenung dengan tenang, kita juga harus berpikiran benar. Baik pikiran, niat, maupun perbuatan, semuanya harus benar. Kita juga harus bertutur kata benar. Kita harus mengucapkan kata-kata yang bermanfaat bagi dunia dengan mengimbau orang-orang berbuat baik dan menuju arah yang benar. Kita harus menginspirasi lebih banyak orang untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan dan bermanfaat bagi masyarakat. Inilah resep mujarab untuk memperbaiki perilaku orang-orang.


Kita harus membimbing orang-orang untuk melakukan perbuatan benar serta membina pikiran dan pandangan benar. Belakangan ini, saya sering mengulas pelajaran besar. Apa isi pelajaran besar ini? Perkara makan sangatlah krusial. Lihatlah, anak-anak bisa memetik hikmah darinya. Sejak berusia dini, mereka diajari perspektif global dan nilai kemanusiaan serta dibimbing untuk mengasihi semua makhluk sehingga mereka dapat menghargai kehidupan semua hewan. Mereka tahu apa yang seharusnya mereka konsumsi karena sejak kecil, mereka sudah diajari bahwa tanaman pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka.

Kita juga membimbing mereka untuk bersyukur atas makanan yang mereka peroleh. Ini merupakan pelajaran besar. Sejak usia dini, mereka diajari untuk makan, berpakaian, duduk, berbicara, berpikir, dan berperilaku benar, sopan terhadap orang tua, dan mengasihi teman. Kita mengajarkan semua itu sejak mereka berusia dini agar masyarakat yang harmonis dapat terwujud. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus bisa membedakan antara tutur kata baik yang bisa mendatangkan berkah bagi dunia dan tutur kata buruk yang bisa mendatangkan bencana. Semua itu keluar dari mulut. Dengan mulut ini, kita juga dapat membimbing orang-orang menjadi makhluk suci. Jadi, baik dan buruk terus tarik-menarik.


Kita harus membangkitkan pikiran benar Kita harus membangkitkan pikiran benar serta senantiasa bersungguh hati. Kekuatan segelintir orang sangatlah kecil. Kita semua hendaklah bekerja sama dengan kesatuan hati untuk bertutur kata baik guna mengimbau orang-orang berbuat baik. Dengan demikian, baru akan terbentuk kekuatan besar yang dapat membebaskan dunia dari bencana, menciptakan berkah bagi dunia, dan membuat unsur alam kembali selaras. Ini membutuhkan partisipasi setiap orang.

Bodhisatwa sekalian, prinsip kebenaran sangatlah banyak. Kita harus menyerap kebenaran ke dalam hati. Dengan memahami satu kebenaran, kita bisa memahami semua kebenaran. Dengan bersungguh hati mempelajarinya, pintu hati kita akan terbuka dan kita dapat memahami semua kebenaran. Jika pintu hati kita tidak terbuka, kebenaran yang kita dengar tidaklah berarti karena kita tidak dapat menyerapnya ke dalam hati. Dengan menyerapnya ke dalam hati, barulah kita bisa memperoleh manfaat. Inilah prinsip kebenaran.

Prinsip kebenaran membimbing orang-orang menapaki jalan kebenaran. Ini sangatlah penting. Saya berharap setiap orang dapat bersungguh hati.

Melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan dengan cinta kasih tanpa pamrih
Mewariskan jiwa kebijaksanaan dan cinta kasih berkesadaran
Membimbing anak dari usia dini dan memberi teladan
Mengimbau orang-orang untuk berbuat baik, melindungi kehidupan, dan berpikiran benar

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Mei 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 16 Mei 2022
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -