Ceramah Master Cheng Yen: Melenyapkan Penderitaan Semua Makhluk dan Memahami Prinsip Kebenaran

Relawan yang tekun dan bersemangat selalu membawa keyakinan yang besar bagi saya dan membuat saya merasa dunia ini penuh harapan. Saya sungguh berterima kasih atas hal ini. Organisasi Tzu Chi ini bukan hanya mengemban misi amal, tetapi juga didasari semangat religius (zong jiao). “Zong” berarti tujuan kehidupan manusia. Di dalam Tzu Chi, tujuan kehidupan kita adalah bersumbangsih bagi masyarakat. “Jiao” berarti pendidikan seumur hidup. Hal-hal di dunia ini tak habis kita pelajari, terlebih lagi prinsip kebenaran. Prinsip kebenaran ini berhubungan erat dengan kehidupan kita. Di dunia ini ada prinsip kebenaran yang tak pernah habis kita pelajari. Karena itu, kita harus belajar sepanjang hidup. Inilah cara pandang religius yang dipegang Tzu Chi. Apa pun agama yang kalian anut, saya selalu menghormatinya. Saya hanya berharap semua orang di dalam organisasi Tzu Chi ini dapat memiliki semangat religius yang sama. Kita juga harus melatih diri. Jika semua orang di dunia ini dapat melatih diri, maka kehidupan masyarakat dan keluarga akan harmonis. Melatih diri bukan berarti kita harus meninggalkan keduniawian. Bukan. Melatih diri berarti membina batin dan meluruskan perilaku. Kita harus senantiasa menjaga pikiran dan cara pandang kita. Kita harus tahu dengan jelas apakah pikiran dan cara pandang kita benar atau salah. Inilah tujuan dari membina batin.

Kita harus senantiasa membangun keyakinan dan menyemangati diri sendiri untuk tidak berjalan menyimpang. Dengan senantiasa membina batin, maka akan terbentuk sebuah kebiasaan. Dahulu, mungkin kita pernah berjalan menyimpang atau berbuat keliru. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, ada sekelompok besar relawan yang selalu mendampingi dan mengingatkan kita di saat kita berbuat keliru. Dengan demikian, secara alami, kita senantiasa membina batin dan membangun kebiasaan baik. Relawan Tzu Chi sering saling bercanda dengan berkata, “Meski awalnya berpura-pura, lama-kelamaan menjadi sungguhan juga.” Awalnya berpura-pura, lama-kelamaan menjadi sungguhan. Meski awalnya harus berusaha keras untuk menjadi baik, tetapi lama-lama akan menjadi kebiasaan. Jika kita dapat berusaha bersikap baik pada saat berinteraksi dengan orang dan menangani suatu masalah, maka lama-kelamaan, kita akan memiliki cara hidup benar yang tidak menyimpang sedikit pun. Inilah yang disebut pembinaan batin untuk melatih kebiasaan dan kepribadian. Semua itu dapat terbentuk jika kita senantiasa melatih diri di organisasi ini.

http://www.tzuchi.or.id/inliners/201605/cm22mei16(1).jpg

Perilaku yang lurus berasal dari pelatihan diri dalam keseharian. Di dalam organisasi besar seperti Tzu Chi, lebih mudah bagi kita untuk melatih diri. Kita harus senantiasa bersungguh hati. Setelah bergabung dengan organisasi ini, kita harus menaati ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Ajaran Jing Si bagaikan darah di dalam tubuh kita. Darah di dalam tubuh kita dihasilkan oleh sumsum tulang. Sumsum tulang dapat menghasilkan darah. Sama seperti sumsum tulang, ajaran Jing Si bagaikan air jernih yang dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Saya berharap setiap orang dapat mendengar Dharma, menyerap Dharma ke dalam hati, dan mempraktikkannya lewat tindakan agar Dharma dapat menjadi “sumsum tulang” yang dapat memproduksi darah setiap hari. Tubuh kita membutuhkan darah. Jiwa kebijaksanaan kita juga membutuhkan Dharma. Ajaran Jing Si bagaikan air jernih yang dapat membasahi benih kebajikan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan setiap orang.

Di dalam hati setiap orang terdapat sebutir benih kebajikan. Kita harus menjaganya agar ia berkesempatan untuk bertunas dan bertumbuh. Kita harus menumbuhkan benih sendiri sekaligus menumbuhkan benih di dalam hati orang lain. Untuk itu, kita sungguh harus menerima dan mempraktikkan Dharma. Mazhab Tzu Chi bagaikan sebidang lahan luas dengan banyak nutrisi. Dengan adanya nutrisi Dharma yang terhimpun ini, mazhab Tzu Chi bagaikan sebidang lahan luas. Di mana pun ada lahan, kita dapat menebarkan benih cinta kasih, lalu mengairinya dengan air Dharma. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Kita harus terjun ke tengah umat manusia untuk mewujudkan pelatihan diri kita. Sejak mencapai pencerahan, Buddha terus membimbing kita agar memahami makna dari kehidupan ini. Karena itu, Buddha terus membabarkan Dharma agar orang-orang dapat mendengarnya. Setelah mendengar Dharma, kita hendaknya menyerapnya ke dalam hati agar dapat mengubah tabiat buruk serta melenyapkan kegelapan dan noda batin satu per satu. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, seiring dengan berbagai hal yang ditemui, kita dapat menyaksikan, memahami, dan menyadari prinsip kebenaran dalam hidup ini. Namun, tidaklah cukup jika hanya sekadar memahaminya karena kehidupan ini penuh dengan penderitaan.

Di tengah kehidupan yang penuh penderitaan ini, siapa yang dapat menyelamatkan orang yang membutuhkan? Hanya orang yang sudah mendengar Dharma dan sudah memahami prinsip kebenaran. Mereka harus membangun tekad dan ikrar untuk terjun ke tengah umat manusia. Kini kekuatan baik dan buruk tengah tarik-menarik. Jika orang di sisi kebaikan lebih banyak, maka orang di sisi buruk akan tertarik. Terhadap orang-orang yang pernah hidup dalam ketersesatan dan terhadap orang-orang yang pernah membangkitkan niat tidak baik, kita dapat menarik mereka satu per satu untuk membantu mereka melenyapkan kegelapan dan noda batin. Dengan begitu, mereka dapat membuka hati dan menjalani kehidupan yang damai. Kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk melenyapkan penderitaan agar orang-orang dapat hidup tenang dan damai. Kita sungguh harus mendalami ajaran Buddha dan bergerak secara nyata untuk menolong semua makhluk. Inilah ajaran Buddha.

Agama berisi tujuan kehidupan dan pendidikan seumur hidup

Melatih diri berarti membina batin dan meluruskan perilaku

Ajaran Jing Si bagaikan air jernih yang dapat membasahi benih kebajikan

Mazhab Tzu Chi bagaikan sebidang lahan luas yang menyimpan banyak nutrisi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Mei 2016

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  23 Mei 2016

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -