Ceramah Master Cheng Yen: Melepaskan Kemelekatan demi Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan

Para Bodhisatwa senior yang hadir saat ini, saya sudah melihat kesungguhan tekad kalian untuk terus berjalan di jalan ini. Kita semua tentu masih makhluk awam. Makhluk awam tentu memiliki noda dan kegelapan batin. Kadang, setiap orang memiliki pandangan dan kemelekatan masing-masing. Inilah kondisi makhluk awam. Ini tentu sulit dihindari.

Dari kehidupan ke kehidupan, kita masih membawa benih karma. Namun, berhubung sudah mengetahui dan memahami hal ini, kita seharusnya melepaskan kemelekatan. Kemelekatan atas pandangan pribadi hendaknya dilepaskan.

Sesungguhnya, di Filipina, setiap kali terjadi bencana alam, saya melihat kalian mampu melepaskan ego dan saling bekerja sama dengan baik. Bencana Topan Haiyan masih segar dalam ingatan saya. Janganlah melupakan tahun itu. Tahun itu, semua orang bergerak dengan semangat Bodhisatwa tanpa mementingkan kepentingan pribadi, hanya memikirkan manfaat bersama. Para relawan pergi ke daerah bencana. Aroma yang tercium adalah aroma tidak sedap. Segala yang terlihat adalah kerusakan.


Mengingat masa itu, Bapak Henry Yunez juga mengatur transportasi untuk truk dan alat-alat berat. Setiap truk dipasangi bendera Tzu Chi. Setelah diturunkan dari kapal, truk-truk dan alat berat itu berbaris rapi. Pemandangan itu sangat berkesan di dalam ingatan saya.

Saat akan membagikan bantuan uang tunai, perjalanan harus ditempuh lewat laut dan kapal hampir kehilangan arah. Saat itu orang-orang juga panik. Relawan yang ikut sangat banyak dan berasal dari beberapa negara. Banyak dokter harus tidur di tanah. Mereka bertahan dalam kondisi yang serba terbatas. Namun, hati semua orang tak lagi memikirkan materi dan pandangan pribadi. Mereka sudah membuang keinginan terhadap kenikmatan materi. Mereka turut merasakan penderitaan korban dan bersama-sama mendampingi warga. Semua ini masih saya ingat dengan jelas. Jadi, di Tacloban, Ormoc, dan Palo, dapat kita lihat, kondisinya sudah pulih dan penuh harapan.

Pemulihan ini memerlukan berbagai tahapan. Tanggung jawab setiap orang sangat berat. Semua tidak membeda-bedakan siapa yang bertanggung jawab besar dan siapa yang bertanggung jawab kecil. Semua tidak membeda-bedakan. Semua bersumbangsih tanpa keakuan.

Siapa pun penanggung jawabnya, semua orang bersatu untuk mendukung. Semua orang selalu bekerja sama. Berkat hal ini, kita dapat melihat kota-kota itu kini telah pulih kembali. Jadi, setelah bersumbangsih, saat mengenang kembali masa-masa itu, kita bisa melihat senyuman terindah. Setiap wajah kini menampilkan senyuman yang indah.


Setelah lima tahun berlalu, anak-anak yang dahulu berusia 2 tahun, kini sudah berusia 7 tahun. Ada seorang ayah membawa putrinya yang berusia 7 tahun ke tempat pameran. Mulanya, kami tidak tahu apa yang dipeluknya. Kemudian, relawan mencari tahu. Ternyata, anak itu membawa banyak koin. Ayahnya berkata kepada saya bahwa 5 tahun lalu, dia mendapat bantuan Tzu Chi dan mendengar bahwa Master selalu menyebarkan semangat celengan bambu agar orang-orang melakukan satu kebajikan setiap hari.

Saat berusia lima atau enam tahun, putrinya mulai masuk sekolah. Ayahnya menceritakan kisah ini kepadanya. Dengan niat yang polos dan tulus, sebelum berangkat sekolah, putrinya ini setiap hari berkata kepada ayahnya bahwa dia ingin memasukkan koin ke dalam celengan. Ini terwujud berkat bimbingan penuh cinta kasih. Jadi, saya sungguh bersyukur.

Kita melihat anak-anak juga terus bertumbuh besar. Anak yang saat itu duduk di bangku SD, kini sudah duduk di sekolah menengah. Anak yang saat itu duduk di bangku SMP, kini sudah masuk perguruan tinggi. Waktu terus berlalu. Kita sungguh harus menggenggam waktu yang ada dalam kehidupan ini. Kita tidak ada waktu lagi untuk terus melekat pada pandangan pribadi.


Kita melihat relawan Tzu Chi di Mozambik. Lihatlah, mereka menhargai jalinan jodoh. Kantong dari beras yang kita bagikan, mereka daur ulang menjadi benang dan mereka anyam menjadi tikar. Tikar itu mereka jual dan hasilnya mereka sumbangkan bagi korban bencana di Indonesia. Cinta kasih ini selamanya tak akan habis. Inilah kebijaksanaan mereka.

Saudara sekalian, mereka hidup kekurangan, tetapi bersedia untuk menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih. Inilah mengapa saya mengasihi mereka. Mereka semua bagaikan mutiara yang bersinar cemerlang. Mereka tidak membedakan Anda, saya, atau dia. Hati mereka begitu murni tanpa noda. Jadi, melepas pandangan pribadi tidaklah sulit. Itu pasti tidak sulit. Itu pasti bisa dilakukan saat kalian berusaha mengatasi berbagai kesulitan.

Dahulu, bukankah kalian pernah mengatasi berbagai kesulitan? Kalian bisa melakukannya. Semangat ini harus terus dipertahankan. Inilah keistimewaan Filipina. Setiap kali terjadi bencana besar, kalian semua bergerak dengan segera. Ini bukan hanya pada bencana Topan Haiyan. Dahulu, Filipina juga sering dilanda bencana. Dalam beberapa kali bencana besar, kalian juga segera bergerak. Inilah pentingnya persatuan. Jika setelah melewati semua ini, kalian malah melepaskan Dharma dan kembali melekat pada keakuan, maka tidak akan ada kemajuan.


Dharma tidak boleh ditinggalkan. Kalian harus mulai melepaskan kemelekatan. Genggamlah waktu saat ini. Satukan kembali hati semua orang, seperti tali rumput atau benang dari karung beras yang terpisah-pisah, tetapi dapat dibuat menjadi anyaman. Prinsipnya sama.

Singkat kata, saya juga sangat mempertaruhkan hidup saya. Kalian harus memperjuangkan jiwa kebijaksanaan kalian. Waktu terus berlalu. Manusia terus menua dan bertambah usia. Kita harus menggenggam saat ini untuk berjuang demi Filipina. Ingatlah untuk membawa ketenteraman bagi daerah setempat. Kalian seharusnya mampu mewujudkannya. Bimbinglah generasi mendatang. Jika diri sendiri tidak bisa melepas ego, kita tak bisa membimbing generasi penerus.

Saya berterima kasih atas cinta kasih kalian. Jadilah guru yang tak perlu diundang. Tzu Chi adalah milik kita sendiri. Segala yang kalian lakukan ialah demi Tzu Chi. Ini sama dengan membentangkan dan membuka jalan bagi diri sendiri di kehidupan mendatang. Semua ini bergantung pada apakah kalian telah benar-benar membuka dan membentangkan jalan itu. Semua bergantung pada kehidupan sekarang. Berapa banyak yang kalian lakukan saat ini, sebanyak itulah yang kalian peroleh di kehidupan mendatang. 


Memahami bahwa makhluk awam terbelenggu karma

Melepaskan kemelekatan pada ego demi keharmonisan

Relawan di Afrika bagai mutiara yang bersinar

Mewariskan jiwa kebijaksanaan kepada generasi mendatang

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 3 Maret 2019

Editor: Metta Wulandari

Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -