Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Dunia demi Masyarakat yang Aman dan Tenteram
“Komunitas Tzu Ching di Cardinal Tien College adalah rumah pertama saya di Tzu Ching. Saat awal bergabung, semuanya terasa sangat sulit karena hanya ada 3 pengurus, termasuk saya, dan tidak ada anggota lainnya. Saat itu, terlintas niat untuk mundur. Namun, saya merasa bahwa Kakek Guru membutuhkan kekuatan saya, ditambah lagi dorongan dari Mama Mei-yu. Meski usianya sudah lanjut, beliau tetap setia mendampingi Tzu Ching. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tetap bertahan,” kata Zhong Xin-zhen, Tzu Ching.
“Saat ini, saya menjadi pengurus Tzu Ching di Universitas Hungkuang dan menjadi pendamping bagi anggota Tzu Ching di Cardinal Tien College. Saya ingin berikrar kepada Master bahwa saya akan terus mendampingi Tzu Ching selama saya mampu, mewariskan cinta kasih Mama Mei-yu, dan mewariskan semangat Tzu Ching. Terima kasih,” pungkas Zhong Xin-zhen.
“Tzu Ching, Tzu Cheng, dan Yi de akan menjadi teladan. Alumni Tzu Ching berani memikul tanggung jawab untuk terjun ke tengah masyarakat demi menyucikan hati manusia, menyadari berkah dengan melihat penderitaan, dan mempraktikkan kebajikan bersama.”
Sepanjang hidup ini, saya merasa sangat bersyukur. Ada begitu banyak hal yang patut disyukuri. Pertama, saya ingin berterima kasih pada diri sendiri karena memiliki hati yang penuh cinta kasih. Sejak saya muda hingga berusia lanjut saat ini, waktu terus berlalu, tetapi cinta kasih saya tidak pernah pudar. Setiap detik dan menit, cinta kasih itu ada dalam hati saya dan terus mengelilingi saya. Saya akan terus menabur benih cinta kasih ini hingga ke seluruh dunia.

“Tiga puluh tahun yang lalu, saya sangat beruntung bisa menjadi bagian dari Tzu Ching. Saat ini, saya menjadi penghubung untuk Tzu Ching, Tzu Cheng, dan Yi De di Changhua. Saya ingin melaporkan kepada Master bahwa hari ini telah hadir paman dan bibi yang mendampingi kami bertumbuh. Mereka tidak hanya menyaksikan kami bertumbuh, melainkan juga melihat kami membangun keluarga dan karier,” kata Xiao Yi-jin, Asosiasi Tzu Cheng Yi De.
“Anak-anak kami pun kini sudah tumbuh besar. Saya ingin melaporkan kepada Master bahwa anak sulung saya kini menjadi ketua Tzu Ching di Universitas Nasional Chung Hsing. Ini hal yang sangat membahagiakan bagi saya. Dia adalah generasi ketiga Tzu Chi. Saya berharap dia berani memikul tanggung jawab,” lanjut Xiao Yi-jin.
“Master, anak-anak Anda tidak pernah lupa akan janji yang dibangun saat muda di hadapan Master sambil memegang pelita hati. Kami akan terus bertahan. Terima kasih kepada alumni Tzu Ching, Ayah Tzu Cheng, dan Ibu Yi De yang terus mendampingi kami. Tanpa cinta kasih kalian, tidak ada kami yang hari ini. Semoga kami bisa meneladan semangat kalian dan terus melangkah maju,” pungkas Xiao Yi-jin.
Para alumnus Tzu Ching kini telah menjadi guru, orang tua, dan juga profesional di masyarakat. Semuanya memiliki tanggung jawab dalam peran mereka. Namun, kita harus tetap ingat dengan misi Tzu Chi. Tidak peduli seberapa besar tanggung jawab dalam keluarga atau pekerjaan, misi itu harus terus ada dalam hidup kita demi membawa manfaat bagi masyarakat. Hendaknya kita memiliki semangat misi Tzu Chi. Bukan karena kita adalah staf Tzu Chi sehingga harus menjaga misi ini, melainkan semua orang harus menjaga misi ini.

Misi adalah jiwa kebijaksanaan. Semua orang memiliki kehidupan dan tubuh yang sehat, tetapi juga butuh jiwa yang penuh dengan kebijaksanaan. Ketika jiwa kebijaksanaan kita cukup, kita akan tahu bagaimana berbuat baik di dunia. Selain mengasihi dan melindungi keluarga, kita juga perlu mengasihi dan melindungi masyarakat. Jika masyarakat damai dan harmonis, keluarga kita pun akan bahagia. Jadi, hendaknya semua orang tidak melupakan misi.
Semua anggota Tzu Ching harus ingat untuk memikul bakul beras bagi dunia. Kita hidup di Bumi ini, menatap langit dan berpijak di tanah. Kita semua harus bertanggung jawab terhadap Bumi dan terhadap orang tua. Kita harus berbakti pada orang tua. Saya sering mengucapkan terima kasih kepada orang tua. Tanpa orang tua, kita tidak akan memiliki tubuh ini. Dengan tubuh yang telah diberikan ini, saya dapat bersumbangsih bagi dunia. Ini disebut dengan membalas budi orang tua. Tentu saja, kita juga harus membalas budi guru.
Guru telah menempuh jalan pendidikan untuk membimbing kita. Saat ini, kalian juga harus melangkah di jalan yang sama dan memikul tanggung jawab baik demi pekerjaan maupun keluarga. Didiklah anak-anak dengan baik sehingga ketika mereka mengingat kalian sebagai guru, mereka pun akan bertanggung jawab terhadap anak-anak dan sesama karena inilah ajaran guru kepada mereka. Inilah cara membalas budi guru. Dalam ajaran Buddha, ada budi luhur alam semesta, budi luhur orang tua, budi luhur guru, dan budi luhur semua makhluk. Hendaknya kita menghargai kehidupan.

Belakangan ini, saya terus mengingatkan semuanya untuk menumbuhkan cinta kasih dan menghargai kehidupan. Kita harus berusaha mengendalikan nafsu keinginan mulut dengan bervegetaris. Di dunia ini, membunuh makhluk hidup menciptakan karma buruk yang besar. Meski kita merasa tidak terlibat langsung, tetapi ketika banyak orang terus mengonsumsi daging, pembunuhan akan terus terjadi. Jika empat unsur alam tidak selaras, kita pun tidak dapat terhindar dari dampaknya. Oleh karena itu, kita harus menyerukan kepada semuanya untuk membangkitkan cinta kasih.
Melepaskan nafsu berlebihan terhadap makanan dapat menumbuhkan berkah. Bervegetaris tidak hanya berarti tidak makan daging, melainkan juga mengajak orang untuk turut bervegetaris. Dengan demikian, kita telah menyuarakan nilai kehidupan, cinta kasih, dan bagaimana menghargai kehidupan sehingga kita dapat memperpanjang usia kita sendiri.
Saudara sekalian, kita harus meyakini hukum sebab akibat. Hendaknya kita memiliki Buddha di dalam hati dan memiliki cinta kasih berkesadaran seperti Bodhisatwa. Semua orang pada dasarnya memiliki cinta kasih agung yang tanpa batas. Itulah makna dari nama "Amitabha". Bodhisatwa hadir di dunia untuk bersumbangsih.
Saudara sekalian, semua ini sebenarnya tidak sulit. Dengan membuka mulut dan menggerakkan lidah, kita sudah bisa membangkitkan hati Buddha dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Saya berharap semuanya dapat menggenggam jalinan jodoh dan waktu untuk menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Ini semua bergantung pada bagaimana kalian memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk membangkitkan kebijaksanaan. Pengetahuan dan kebijaksanaan adalah 2 hal yang berbeda.
Saya sering memberi tahu semuanya bahwa pengetahuan membuat kita mengetahui suatu hal, sedangkan kebijaksanaan itu dalam, luas, panjang, dan mampu menembus kebenaran sejati. Jadi, hendaknya kita semua sungguh-sungguh menggenggam jalinan jodoh dan memiliki arah yang benar. Inilah cinta kasih dan semangat Tzu Chi.
Menabur benih kebajikan dan cinta kasih selamanya
Memikul bakul beras demi masyarakat yang aman dan tenteram
Menyerukan vegetarisme, menciptakan berkah, dan melindungi dunia
Memiliki cinta kasih berkesadaran untuk menyebarkan Dharma dan membawa manfaat
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 01 Juni 2025