Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Jiwa Kebijaksanaan dengan Tekad yang Tulus


“Orang tua saya adalah relawan Tzu Chi yang sudah dilantik di Malaysia. Saat kecil, saya sering ikut survei kasus bersama mereka. Saya menyadari berkah setelah melihat banyak orang di sekitar saya yang hidup dalam kondisi yang begitu sulit. Setelah berpartisipasi dalam Pementasan Adaptasi Musikal Himne Inti Sari Dharma Sutra Makna Tanpa Batas, saya memahami bahwa kehidupan ini tidak kekal,”
kata Xu Li-yi Asisten proyek khusus Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi.

“Janganlah hanya karena sekarang saya masih muda, lalu merasa kesempatan untuk berbuat baik dan menapaki Jalan Bodhisatwa masih banyak di masa depan sehingga saya menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mengejar kesenangan duniawi dan menyia-nyiakan waktu setiap harinya. Saya seharusnya memanfaatkan tubuh yang sehat ini untuk melakukan segala sesuatu yang saya bisa lakukan. Dahulu, saya hanya membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, tetapi setelah mengikuti pelatihan dan pementasan ini, saya memahami pentingnya mempelajari Dharma,” lanjut Xu Li-yi.

“Ketika hati saya dipenuhi kerisauan, Dharma menjadi obat yang menyembuhkan sekaligus menjadi kekuatan untuk saya agar berpegang teguh pada tekad. Saya ingin mengatakan kepada Master bahwa hati saya telah berubah, tepatnya berubah menjadi lebih teguh pada tekad. Saya akan mempertahankan tekad ini dengan baik dan lebih banyak mengemban misi Tzu Chi,” pungkas Xu Li-yi.

Saya merasa melakukan kegiatan Tzu Chi sejak kecil adalah suatu hal yang sangat menyenangkan. Beruntung, saya bisa sekolah di SMP Tzu Chi di Hualien hingga lulus pascasarjana di Universitas Tzu Chi. Saya juga sangat bersyukur masih ada kesempatan untuk kembali mendedikasikan diri di badan misi Tzu Chi. Sekarang, saya adalah guru di Sekolah Menengah Tzu Chi. Hingga tahun lalu, saya menjadi relawan di Thailand Utara. Untuk melakukan pelayanan di sana, saya harus menempuh jalan yang berliku-liku,” kata Huang Yun-yu Guru Sekolah Menengah Terafiliasi Universitas Tzu Chi.

“Saya masih ingat dengan perkataan rektor dan wakil rektor Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi. Mereka bertanya kepada kami, ‘Kalian telah mendedikasikan diri begitu lama di sini, bukankah sudah saatnya bagi kalian untuk mulai mengemban tanggung jawab? Anak kecil pun sudah mulai tumbuh besar.’ Mendengar hal ini, saya pun menyadari bahwa saya tidak boleh terus berada dalam zona nyaman dan tidak mengemban lebih banyak tanggung jawab,” pungkas Huang Yun-yu.


Setelah mendengar cerita dari staf misi pendidikan kita, saya benar-benar sangat berterima kasih. Sesungguhnya, saya berharap para staf badan misi Tzu Chi tidak hanya menjalankan profesi, melainkan juga menjalankan misi di tengah masyarakat. Inilah harapan terbesar saya.

Hari ini, saya mendengar bagaimana kepala sekolah kita menyemangati para staf kita untuk dilantik. Tentu saja, ini hal yang sangat menggembirakan untuk saya. Namun, saya selalu mengatakan bahwa kita tidak boleh memaksa orang-orang untuk mengikuti pelatihan relawan. Jika mereka tidak bersedia, kita tidak boleh memaksa mereka. Hanya ketika mereka memahami nilai-nilai Tzu Chi dan bersedia menerima pelatihan relawan, barulah mereka dapat merasakan bahwa kehidupan sebagai relawan sangat bernilai.

Saya sendiri melakukan segala sesuatu secara sukarela. Setiap kali berhasil melakukan sesuatu, saya telah menciptakan nilai. Karena itu, saya merasa sukacita. Dengan menginventarisasi kehidupan saya sendiri, saya tahu bahwa saya telah menciptakan nilai. Inilah yang disebut menginventarisasi diri sendiri. Saya juga sangat berharap para guru, profesor, dan Bodhisatwa lainnya dapat terinspirasi untuk dilantik secara sukarela. Kita melakukan segala sesuatu dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.

Ketika kita melakukan sesuatu secara sukarela sebagai relawan, inilah yang disebut sebagai misi. Ketika kita hanya melakukan apa yang seharusnya kita lakukan dan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban kita, ini disebut sebagai profesi atau pekerjaan. Namun, jika kita menganggap pekerjaan sebagai bagian dari misi kita, kita dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Saya sangat gembira karena misi pendidikan kita memiliki sebuah tradisi. Banyak dari guru-guru kita yang dahulu pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah, hingga universitas di Tzu Chi. Tidak sedikit guru yang berhasil kita bina sendiri. Saya berharap mereka semua dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dalam menjalankan misi dan profesi.

Banyak orang bekerja hanya untuk bertahan hidup. Namun, para staf badan misi Tzu Chi tidak hanya menjalankan profesi, tetapi juga menjalankan misi. Inilah arah yang kita tuju bersama. Tanpa membeda-bedakan usia dan jabatan pekerjaan, kita menjalankan misi dan profesi sekaligus. Mereka bahkan juga menjalankan survei kasus.


“Dengan melakukan survei kasus dan mencurahkan perhatian, kita dapat memperluas wawasan. Lagi pula, di dunia ini masih banyak sudut gelap yang benar-benar memerlukan pertolongan. Kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih dan mencurahkan perhatian kepada mereka. Setiap kali mengikuti survei kasus, saya mendapatkan pengalaman yang berbeda. Setiap keluarga yang dikunjungi adalah bagian dari Sutra. Ketika mengamati dan memahami kondisi mereka, saya banyak belajar dari sana,”
kata Xu Hao-ren Profesor Universitas Tzu Chi.

Survei kasus dapat memberi kita inspirasi kehidupan yang sangat istimewa. Kepala sekolah kita, Ibu Li, juga mengajak para guru dan murid untuk menjangkau daerah pegunungan dan pedesaan. Beliau menyemangati anak-anak di sana untuk melanjutkan pendidikan mereka.

“Tidak hanya lulus dari sekolah menengah saja, dia harus melanjutkan sekolahnya. Kami akan sepenuh hati membina Shi-yun untuk menjadi perawat di masa depan. Harapan saya ialah dengan memiliki sebuah pekerjaan yang baik, dia dapat mengubah kehidupan keluarganya,” kata Li Ling-hui Kepala Sekolah Menengah Terafiliasi Universitas Tzu Chi.

Mengajak anak-anak untuk melihat orang-orang yang mengalami penderitaan merupakan kesempatan untuk mengajari mereka sebuah pelajaran berharga. Saya memberi tahu kepala sekolah di Tainan, Bapak Yao, untuk mengajari para murid dengan sungguh-sungguh. Saya juga sangat berterima kasih kepadanya yang telah menjalankan semuanya dengan baik di sana.

Murid-murid kita terlihat sangat rapi. Saya sangat berterima kasih atas kesungguhannya dalam misi pendidikan. Yang dimaksud dengan kesungguhan bukan berarti hanya menerima tugas, melainkan mendidik dengan tulus. Beliau selalu mendidik para murid dengan tulus sehingga mereka dapat berpenampilan rapi dan menjaga diri mereka dengan baik. Saya berharap beberapa sekolah kita juga bisa seperti ini, baik taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, maupun universitas. Inilah cara kita menyebarkan Dharma yang terlihat.


Orang-orang dapat melihat sendiri bahwa kualitas pendidikan sekolah kita sangat baik. Inilah Dharma. Tanpa perlu mendengar penjelasan, hanya dengan melihat kerapian para murid serta kebersihan lingkungan sekolah, orang-orang akan tahu bahwa sekolah ini pasti sangat bagus. Mereka akan tahu dengan hanya melihatnya. Jadi, dengan mendengarkan penjelasan para guru dan mengamati tindakan mereka, kita mengetahui bahwa mereka telah bersungguh-sungguh. Inilah pendidikan yang didasari cinta kasih.

Para murid dibimbing untuk selalu rapi dan bersikap tulus. Inilah cara meneruskan ketulusan lewat pendidikan. Para guru mengajari murid-murid untuk mencintai masyarakat dan negara. Untuk dapat mengajari murid-murid dengan baik, dibutuhkan guru untuk memberikan contoh yang baik. Jadi, saya benar-benar berharap kita dapat menginspirasi murid-murid untuk lebih tulus dan harmonis. Untuk itu, kita harus tulus terhadap mereka.

Sekolah kita bagaikan rumah bagi mereka. Kita telah mengajari mereka dengan baik sehingga mereka dapat membawa diri dengan baik. Jadi, cara yang kita lakukan sudah benar. Saya sangat berharap kita dapat menjalankan misi pendidikan dengan baik. Sama seperti misi amal, kita tidak menjalankan misi demi mencari keuntungan, melainkan untuk kepentingan semua makhluk.

Dalam pendidikan yang baik, kita seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan untuk mereka. yang terpenting ialah mengajarkan budi pekerti yang baik dan membuat mereka memahami cinta kasih yang sesungguhnya. 

Menjalankan profesi dan misi secara sukarela
Melihat penderitaan dan membangkitkan cinta kasih untuk memperoleh pengetahuan
Membina murid-murid agar berperilaku baik dan bertata krama
Melindungi jiwa kebijaksanaan dengan tekad yang tulus

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 29 Februari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 02 Maret 2024
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -