Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Kehidupan dengan Cinta Kasih

Saya sangat bersyukur di Taipei, kita memiliki sebuah rumah sakit yang melindungi kesehatan insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi selalu berkata bahwa mereka bersyukur kepada saya karena rumah sakit kita telah merawat mereka dengan baik. Para staf medis kita melindungi kehidupan dan mendedikasikan diri dengan sepenuh hati.

“Anak berusia 15 tahun ini mengalami kecelakaan lalu lintas serius pada bulan Juli tahun lalu dan dilarikan ke sebuah pusat medis di wilayah selatan Taiwan. Saat itu, hasil pemindaian tomografi terkomputasi menunjukkan bahwa wajahnya mengalami patah tulang serius seperti ini. Dalam sebulan, dia menjalani tujuh kali operasi. Butuh kerja keras untuk menanganinya. Ini adalah kondisi wajahnya usai operasi. Tahun lalu, kita berbagi tentang bagaimana kita memulihkan wajah A-de yang mengalami luka serius. Karena itulah, kita berkesempatan untuk menolong anak ini,” kata Hsu Po-chih, dokter bedah mulut dan maksilofasial.

“Kita pernah memulihkan wajahnya yang mengalami luka serius. Saat baru datang, wajahnya terlihat seperti ini. Selain mengalami maloklusi, kedua pipinya juga cekung. Yang disayangkan, dalam kecelakaan ini, dia kehilangan daya penglihatannya. Kita bisa melihat pascaoperasi, dia tidak bisa mengunyah makanan akibat maloklusi. Inilah masalah terbesar bagi kita karena dia tidak bisa makan. Jadi, dia tidak bisa memperoleh nutrisi yang cukup. Karena itu, kita menjalankan operasi rekonstruksi pertama untuknya,” lanjut Hsu Po-chih, dokter bedah mulut dan maksilofasial.


Sebelumnya, juga ada seorang pasien yang terjatuh dari perancah lantai tiga sehingga wajahnya mengalami luka serius. Para staf rumah sakit kita telah memulihkan wajahnya. Ini sudah membuat saya sangat kagum. Kali ini, kita juga melihat wajah seorang anak berusia belasan tahun yang juga mengalami luka serius akibat kecelakaan lalu lintas.

“Bagian tengah wajahnya mengalami patah tulang komunitif. Tulang yang hancur diangkat sehingga tidak ada tulang. Setelah berdiskusi dengan dr. Li Tin-chou dari departemen bedah saraf, kita mengambil sepotong tulang dari tulang tengkoraknya untuk dijadikan penopang. Namun, wajahnya yang mengalami luka serius tetap tidak simetris. Kemudian, kita mendapat sebuah ide. Kita meminta bantuan ibunya. Berhubung tubuh ibunya agak kecil dan tulang tengkoraknya agak mirip dengan ibunya, kita pun memindai bentuk tulang tengkorak ibunya dan mencocokkannya dengan wajahnya,” kata Hsu Po-chih, dokter bedah mulut dan maksilofasial dalam laporan departemen medis.

“Kita melakukan perhitungan lewat komputer dan aplikasi. Setelah mendapatkan hasil, kita membuat gambar tulang wajahnya berdasarkan tulang wajah ibunya. Lalu, kita membuat pelat tulang logam bilateral sesuai kebutuhan pasien yang merupakan pertama kalinya di seluruh Taiwan. Kemudian, kita menjalankan operasi rekonstruksi untuk kedua kalinya untuk merekonstruksi bagian yang tulangnya telah diangkat. Kitalah yang pertama membuat pelat tulang logam bilateral sesuai kebutuhan pasien untuk operasi rekonstruksi wajah. Kita bisa melihat bahwa bagian yang tulangnya telah hancur dapat direkonstruksi dan sangat stabil. Dengan begitu, masalah maloklusinya bisa teratasi,” sambungnya.


Berdasarkan tulang wajah ibunya, dokter kita melakukan simulasi rekonstruksi tulang untuk memperkirakan bagaimana tampang sang anak setelah menjalani operasi. Saya sungguh sangat kagum pada tim medis kita yang bisa memulihkan wajah anak ini.

“Kini tim medis kita berusaha keras untuk melatihnya mengunyah makanan. Kepala rumah sakit kita juga memperhatikan kondisinya. Selain itu, kita juga mengajaknya pergi ke lembaga pembinaan tunanetra sehingga dia tahu bahwa ada sekelompok orang yang akan terus membantunya hingga dia bisa kembali ke tengah masyarakat. Setelah lulus dari SMA, dia bisa dilatih di lembaga pembinaan tunanetra agar bisa hidup mandiri,” pungkas Hsu Po-chih, dokter bedah mulut dan maksilofasial dalam laporan departemen medis.

Anak ini mengalami luka serius dan kehilangan daya penglihatan. Namun, dokter kita memulihkan wajahnya. Saya sangat tersentuh dan bersyukur. Sungguh, banyak kasus seperti ini. Dalam hidup ini, penderitaan terbesar adalah penyakit. Penderitaan akibat penyakit tidak bisa dipahami oleh siapa pun, kecuali para tenaga medis yang bersungguh hati serta mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk melenyapkan penderitaan pasien.

Kehidupan bisa berakhir dalam satu embusan napas. Buddha mengajari kita bahwa hidup ini tidaklah kekal. Tanpa cinta kasih, hidup kita tidak akan bermakna. Jadi, yang dibutuhkan di dunia ini adalah cinta kasih antarmanusia. Orang yang menderita penyakit membutuhkan upaya penyelamatan dan penanganan tenaga medis. Ini sangatlah penting.


Dokter bisa mengobati pasien, tetapi juga dibutuhkan orang yang bisa merawat pasien. Jadi, perawat juga sangat penting. Para perawat kita sungguh mengagumkan. Selain merawat anak masing-masing, mereka juga merawat dan memperhatikan pasien yang dilanda penderitaan. Yang terpenting, mereka mengurus tugas administratif yang sangat rumit. Selain merawat pasien, mereka juga harus mengurus keluarga dan anak-anak serta tugas administratif. Ini sungguh tidak mudah.

Sungguh, banyak orang yang hanya memikirkan diri sendiri tanpa menyadari kerja keras para tenaga medis. Di dunia ini, kita bagaikan batu yang harus saling mengasah, baru bisa memancarkan kecemerlangan. Saya sangat bersyukur kepada RS Tzu Chi Taipei yang melindungi kehidupan. Kita juga mendengar bagaimana perawat kita merawat seorang anak perempuan.

“Dia menderita sindrom antibodi antifosfolipid. Pada usianya yang baru 14 tahun, dia memiliki banyak luka di kakinya. Setiap kali balutan lukanya diganti, dia menunduk tanpa berkata apa-apa. Dia sangat tegar. Saat kami membersihkan luka dan mengoleskan obat pada lukanya, dia tidak pernah menarik kakinya.  Di bawah perawatan tim medis, kondisi lukanya membaik. Karena itu, kami mengajarinya mengganti balutan luka. Namun, setelah dia pulang ke rumah dan mengganti balutan luka sendiri, kondisi lukanya memburuk dan dia kembali berobat ke rumah sakit. Kemudian, kami berkunjung ke rumahnya untuk melihat bagaimana cara dia mengganti balutan luka,” ujar Perawat Lin Yi-xuan dari departemen neurologi.

“Di layar, kita bisa melihat saat mengganti balutan luka, dia meletakkan kaki di atas sebuah kotak besi dan membungkukkan badan. Karena itu, lukanya terkena air kotor. Tidak baik mengganti balutan luka seperti itu. Setelah berkunjung ke rumahnya, kami menguras pikiran untuk melakukan perubahan baginya. Kami lalu menyiapkan sebuah kotak untuknya agar saat mencuci kaki dan mengganti balutan luka, dia tidak perlu terlalu bersusah payah. Mengganti balutan luka menjadi lebih sederhana dan mudah. Selama merawatnya bersama perawat lain yang lebih senior, saya melihat mereka selangkah demi selangkah membimbing dirinya yang semula tidak berani menyentuh lukanya hingga akhirnya bisa mengganti balutan luka dengan berani. Kita juga mengganti kotaknya agar dia bisa mengganti balutan luka dengan lebih sederhana dan mudah. Para perawat senior merawat setiap pasien dengan segenap hati dan tenaga. Jadi, saya juga menilik diri sendiri. Jika saya bisa meneladani para senior, saya yakin kelak saya juga bisa melakukannya,” perawat Lin Yi-xuan dari departemen neurologi berbagi pengalaman.

Para perawat mengasihi dan mendampinginya dengan cinta kasih. Ini sungguh penuh kehangatan. Mendengar setiap departemen berbagi tentang kasus yang mereka tangani, saya sangat bersyukur. Seluruh staf rumah sakit kita bagaikan satu keluarga. Kita bisa melihat para dokter kita yang bagaikan ayah. Ada banyak dokter yang membuat pangsit untuk dibawa pulang oleh perawat kita. Mereka membuatnya dengan cinta kasih. Semua orang merupakan anggota keluarga besar yang penuh kehangatan.

Saya sangat bersyukur kalian bersumbangsih dengan cinta kasih dan melindungi kehidupan dengan sepenuh hati. Semoga ada lebih banyak orang yang bisa memahami kontribusi kalian. Hal yang harus disyukuri sungguh banyak. Saya juga bersyukur kepada para dokter, perawat, dan seluruh staf rumah sakit kita yang menghimpun kekuatan cinta kasih.

Saya juga bersyukur kepada kepala RS yang mengasihi semua orang dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Rumah sakit kita bagaikan keluarga besar yang penuh kehangatan. Kepala RS kita juga sangat menyentuh. Sungguh, saya sangat tersentuh. Jika orang-orang di masyarakat dan dunia ini bisa memiliki pola pikir yang sama, bukankah masyarakat akan harmonis dan dunia akan terbebas dari bencana?

Kekuatan cinta kasih sangat besar. Saya bersyukur kepada dokter, perawat, dan Bodhisatwa sekalian yang telah menghimpun cinta kasih. Keluarga kita ini sungguh penuh kehangatan. Terima kasih.

Memuji para tenaga medis yang melindungi kehidupan dengan cinta kasih

Memulihkan wajah pasien agar bisa kembali tersenyum

Turut merasakan penderitaan pasien dan melenyapkan penderitaan mereka.

Mengobati fisik dan batin pasien dan memperlakukan mereka bagai keluarga

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Juli 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 5 Juli 2018
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -