Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Kehidupan dengan Empat Pikiran Tanpa Batas

Anggota TIMA (Tzu Chi International Medical Association) di seluruh dunia memiliki tekad yang sama. Mereka memiliki kesatuan tekad dan ikrar untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Mereka menghimpun cinta kasih dan senantiasa menggenggam waktu tanpa takut bekerja keras demi melindungi dan mengasihi kehidupan. Dalam jangka panjang, mereka bersumbangsih dalam barisan TIMA.

Saya selalu bersyukur dan menghormati mereka. Saya bersyukur mereka bagaikan Bodhisatwa hidup yang melenyapkan penderitaan di dunia. Setiap tahun, pada saat seperti ini, para anggota TIMA kembali ke Taiwan. Saya berharap anggota TIMA yang kembali dapat memperoleh pemahaman dan membawanya ke negara masing-masing untuk berbagi dengan orang lain.

Saya berharap setiap orang dapat menyadari berkah setelah melihat penderitaan serta bekerja sama untuk memperkuat dan memperluas kekuatan cinta kasih dengan menginspirasi cinta kasih setiap orang yang ditemui. Saat cinta kasih terbangkitkan, barulah kita bisa menghargai. Jika tidak, selain masalah kelestarian lingkungan, kita juga akan menghadapi masalah batin. Nafsu keinginan tidak berujung. Dengan melihat penderitaan di dunia, barulah kita bisa mengendalikan nafsu keinginan dan melapangkan hati kita.

 

Himpunan sumbangsih kecil setiap orang dapat digunakan untuk menolong orang yang kekurangan dan menderita. Ini bukanlah hal yang mustahil. Dari lubuk hati terdalam, saya mengimbau Bodhisatwa sekalian untuk membangkitkan cinta kasih agar cinta kasih bisa tersebar di seluruh dunia. Dengan mengurangi konsumsi, kita dapat menolong banyak orang. Di seluruh dunia, di mana pun ada orang yang menderita, kita turut merasakannya. Kita turut merasakan penderitaan orang-orang di seluruh dunia.

Anggota TIMA sering berkumpul untuk mengadakan bakti sosial kesehatan di seluruh dunia. Ini karena mereka bisa turut merasakan rasa sakit dan penderitaan pasien di seluruh dunia. Mereka memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Meski menganut agama yang berbeda-beda, para anggota TIMA memiliki semangat yang sama. Saya berharap anggota TIMA yang kembali ke Taiwan kali ini juga dapat membangkitkan welas asih, kemurahan hati, dan cinta kasih universal tanpa membeda-bedakan warna kulit, ras, kewarganegaraan, dan agama untuk melenyapkan penderitaan semua orang di seluruh dunia serta membawa kebahagiaan bagi mereka. Dengan cinta kasih, serta membawa kebahagiaan bagi mereka. Dengan cinta kasih, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan welas asih, kita melenyapkan penderitaan orang-orang serta merasa tenang dan bersyukur karenanya. Jadi, dengan cinta kasih, kita bersumbangsih; dengan welas asih, kita bersyukur. Kita bersyukur dan menghormati kehidupan semua makhluk, bukan hanya kehidupan manusia.


Pola makan vegetaris juga merupakan wujud dari cinta kasih universal. Untuk mengasihi tubuh diri sendiri dan bumi ini, kita jangan mencemari lingkungan lagi dan hendaknya bervegetaris. Untuk menjaga kelestarian bumi, kita sungguh harus bervegetaris. Ini demi kesehatan kita, demi bumi, dan demi udara. Dengan demikian, berarti kita telah membangkitkan cinta kasih dan melindungi kehidupan sehingga bisa merasakan kegembiraan, bagai angin sepoi-sepoi yang membawa kesejukan.

Kita harus memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin yang bagaikan angin sepoi-sepoi serta kebijaksanaan dan Dharma yang bagaikan air jernih. Batin orang-orang yang tersesat telah menimbulkan kekeruhan di dunia. Dengan mengurangi nafsu keinginan sedikit demi sedikit hingga kita terbebas dari nafsu keinginan, barulah kita bisa bersumbangsih dengan penuh sukacita bagai angin sepoi-sepoi serta membangkitkan kebijaksanaan. Saat kebijaksanaan terbangkitkan, kita akan memahami segala kebenaran.

Buddha mendalami Dharma dan telah menyatu dengan seluruh alam semesta sehingga dengan kebijaksanaan-Nya, Buddha dapat memahami segala kebenaran. Semoga kita memiliki kebijaksanaan dan Dharma yang sama dengan Buddha. Kebijaksanaan dan Dharma yang bagaikan air jernih dapat membersihkan semua noda. Air Dharma merupakan sumber kehidupan jiwa kebijaksanaan manusia. Air juga merupakan sumber kehidupan bumi. Jadi, kebijaksanaan dan Dharma bagaikan air yang jernih.


Kita juga harus tekun dan bersemangat tanpa menyia-nyiakan waktu. Bersumbangsih untuk membawa manfaat bagi umat manusia, inilah nilai kehidupan manusia. Jadi, kita juga harus tekun dan bersemangat bagaikan sinar matahari. Kita harus bersumbangsih dengan sukacita serta mempraktikkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan di dunia. Kita harus bersumbangsih dengan sukacita bagaikan angin sepoi-sepoi, memiliki Dharma yang bagaikan air jernih, serta tekun dan bersemangat bagaikan sinar matahari agar dunia ini cemerlang dan sejuk.

Selain itu, kita juga dapat menumbuhkan kebijaksanaan. Saya berharap para anggota TIMA yang kembali kali ini dapat membawa pulang sukacita dalam Dharma serta mempraktikkan Dharma yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dharma merupakan prinsip kebenaran. Semoga kalian bisa menyatukan kemurahan hati, belas kasih, dan cinta kasih universal dengan bijaksana dan membawanya ke negara masing-masing. Saya bersyukur dan mendoakan kalian.

Anggota TIMA melenyapkan penderitaan
Membangkitkan cinta kasih di seluruh dunia
Menekan nafsu keinginan dan bersumbangsih dengan sukacita bagaikan angin sepoi-sepoi
Tekun mempraktikkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 September 2019

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -