Ceramah Master Cheng Yen: Melindungi Semua Makhluk dengan Empat Pikiran Tanpa Batas

Setiap hari kita bisa melihat ketidakselarasan empat unsur di dunia. Saya mengkhawatirkan semua hal di dunia. Misalnya, cuaca yang tidak menentu. Terkadang, saat mendengar suara hujan, saya khawatir akan terjadi banjir. Jika tidak turun hujan dalam jangka waktu lama, saya juga khawatir terhadap ketidakselarasan unsur air karena setiap hari kehidupan manusia  tidak terlepas dari air. Bagaimana kita bisa hidup jika kekeringan dan kekurangan air? Jadi, banyak hal seperti ini yang saya khawatirkan.

Kita bisa melihat ketika ada bencana, baik banjir, kebakaran, maupun topan, selalu ada pahlawan tanpa tanda jasa yang bekerja untuk melindungi kehidupan masyarakat. Meski kita tidak dapat mengenal mereka satu per satu, tetapi mereka bekerja untuk melindungi kita. Tanpa mereka, bagaimana kita menghadapi bencana yang terjadi? Jadi, kita harus senantiasa berterima kasih kepada mereka. Dunia ini penuh dengan bencana dan penderitaan. Jadi, ajaran pertama yang diajarkan Buddha adalah penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan mengakhiri penderitaan.


Saat Buddha mencapai pencerahan, batin-Nya menyatu dengan alam semesta ini di bawah hamparan cahaya bintang. Tiba-tiba, pikiran-Nya tercerahkan bagai diterangi kilatan cahaya. Namun, pencerahan ini tidak berlalu. Pencerahan ini tetap ada di dalam batin Buddha yang disebut "Dunia Avatamsaka". Avatamsaka atau "karangan bunga" ini adalah sebuah perumpamaan. Istilah "bunga" juga kita temukan dalam judul Saddharma Pundarika Sutra yang berarti Sutra Bunga Teratai. Bunga teratai melambangkan kemurnian dan batin Buddha. Saat Buddha mencapai pencerahan, pikiran-Nya sangat hening dan jernih. Kondisi batin-Nya sangat jernih, lapang, hening, dan indah.

Keindahan ini bukan berarti kosong, melainkan sangat agung. Keindahan dan keagungannya bagaikan bunga teratai. Jadi, Buddha mengumpamakan pikiran-Nya yang tercerahkan itu bagaikan bunga teratai yang bermekaran di kolam tanpa tercemari oleh lumpur. Apakah kalian tahu bunga teratai? Ketika bunga teratai mekar, kita juga bisa melihat buahnya. Setiap bagian dari bunga teratai, baik batang, mahkota, maupun buahnya, bermanfaat bagi manusia. Meski tumbuh di air berlumpur, bunga teratai tetap tidak tercemar. Itulah kondisi batin Buddha.


Sutra Bunga Teratai adalah yang saat ini kita pelajari setiap hari. Kita harus memahami bahwa prinsip-prinsip ini berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Karena itu, kita harus menyerap ajaran ini ke dalam batin kita agar kita dapat mempraktikkannya. Berhubung saya membabarkan Sutra Bunga Teratai dalam dialek Taiwan dan banyak orang yang tidak mengerti, maka saya menuliskan inti-inti yang saya babarkan agar orang yang tak mengerti dialek Taiwan dapat melihat tulisan saya di layar. Dengan demikian, kalian bisa mengerti apa yang saya babarkan. Ini membutuhkan kesungguhan hati. Saya melakukannya sebagai balasan bagi insan Tzu Chi yang berdedikasi dengan satu tekad. Saya harus berterima kasih setiap hari. Terima kasih ini tidak hanya diungkapkan dengan kata-kata saja, tetapi juga lewat tindakan. Karena itu, saya memberi ceramah Dharma sehingga setiap orang dapat benar-benar memahami prinsip-prinsip ajaran Buddha yang menakjubkan dan menyerapnya ke dalam hati agar saat terjun ke masyarakat, kalian tidak terpengaruh oleh kekeruhan dunia.

Kita harus bersumbangsih tanpa pamrih dan mengingat kekosongan tiga aspek dana. Saya berharap semua orang dapat memahami Dharma. Karena itu, sebelum membabarkan Sutra, saya menuliskan inti-inti ceramah saya agar semua orang dapat mengerti. Saya juga harus menjelaskan isi Sutra yang sangat mendalam. Jadi, saya harus bekerja keras. Mengetahui kalian semua  mendengar ceramah saya, memahami kerja keras saya, serta berlatih dengan tekun, hati saya dipenuhi kehangatan. Saya juga sangat berharap kalian semua dapat menginspirasi dan membimbing semua makhluk agar masyarakat kita menjadi masyarakat yang penuh cinta kasih. Tidak hanya menggalang dana saja, kita harus menginspirasi orang untuk memberi dengan cinta kasih. Ini yang disebut cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Inilah Empat Pikiran Tanpa batas. Kita semua harus memupuk welas asih agar dapat membimbing orang-orang untuk mengembangkan cinta kasih mereka. Jadi, saat bertemu dengan orang, kita harus memperkenalkan organisasi yang begitu baik ini dan bagaimana insan Tzu Chi bersumbangsih bagaikan Bodhisatwa.


Di dunia ini ada banyak penderitaan. Kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia yang dapat menginpirasi orang untuk berbuat kebajikan. Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk agar orang-orang bisa menjadi Bodhisatwa. Jadi, tujuan Buddha adalah semua makhluk dapat menjadi Bodhisatwa. Jadi, kita harus memupuk kebijaksanaan. Hati kita harus tenang dalam menghadapi segala hal. Ketika belajar sesuatu, kita harus melihatnya terlebih dahulu, merasakannya, dan memahaminya secara mendalam, barulah kita dapat berbagi dengan orang lain. Inilah yang disebut cinta kasih  yang tulus dan berkesadaran. Kita harus mempelajari Jalan Bodhisatwa.

Bodhisatwa adalah orang-orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Kita semua harus memiliki cinta kasih dan ketulusan terhadap semua orang. Intinya, kita harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri. Kita harus memiliki hati yang sama dengan hati Buddha. Kita harus memiliki welas asih agung dan menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Seumur hidup ini,  saya tak mengejar apa-apa. Saya hanya berharap jiwa kebijaksanaan  semua orang bertumbuh. Semoga semua orang bersumbangsih dengan cinta kasih bagi dunia ini.

Buddha membabarkan Empat Kebenaran Mulia

Memahami kebenaran sejati dan melenyapkan kemelekatan

Melindungi semua makhluk dengan Empat Pikiran Tanpa Batas

Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dengan hati Buddha dan tekad Guru

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 22 Juni 2018

Editor: Yuliati
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -