Ceramah Master Cheng Yen: Memahami Eksistensi Ajaib di Balik Kekosongan dengan Keyakinan, Ikrar, dan Praktik
“Setiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-beda, tetapi semuanya bersedia menghimpun kekuatan itu dan membangun jaringan Bodhisatwa. Dengan begitu, setiap orang yang menderita memiliki kesempatan untuk diselamatkan,” kata Huang Jing Li, Qingxiushi Griya Jing Si.
“Khawatir nanti ada yang terjatuh. Pasien yang akan datang untuk berobat harus kita jaga,” kata Yang Jing Xi, Qingxiushi Griya Jing Si.
“Sebagian besar yang terdampak adalah pengungsi Rohingya. Di rumah mereka tidak ada air dan listrik sehingga mereka tidak bisa memasak. Sesungguhnya, kami sangat bersyukur karena Tzu Chi hadir di setiap sudut desa untuk dapat mencurahkan perhatian dan benar-benar memahami apa yang mereka butuhkan,” kata Yu Jing Xue, Qingxiushi Griya Jing Si.
Qingxiushi sekalian, saya merasa sangat bersyukur melihat bagaimana kalian menenangkan jiwa dan raga setiap orang dengan Dharma. Ya, semua tempat adalah ladang pelatihan. Setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar dalam diri masing-masing. Berhubung setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar, hendaknya semuanya dapat terus melatih diri dan kembali pada hakikat kebuddhaan. Kalian semua tengah memikul bakul beras bagi dunia. Hendaknya semuanya menggenggam jalinan jodoh dan kesempatan yang ada.

Ketika kita bersedia memikul beban tanggung jawab, seribu atau sepuluh ribu beban, semua bergantung pada berapa banyak orang yang ada. Semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Ada begitu banyak makhluk hidup di dunia dengan jalinan jodoh yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki jalinan jodoh masing-masing. Singkat kata, saya ingin mengingatkan kalian untuk menjalin lebih banyak jodoh dan memikul lebih banyak tanggung jawab Dharma.
Semua pelatihan diri tidak lepas dari jalinan jodoh. Oleh karena itu, hendaknya kalian memikul tanggung jawab ini. Kalian memiliki jalinan jodoh yang harus digenggam dengan baik. Saya sering berkata bahwa semua yang ada di hadapan saya ialah Bodhisatwa. Sebagai Bodhisatwa, kalian pergi untuk bersumbangsih, menenangkan hati setiap orang, dan menghibur mereka. Terlebih lagi, kalian berkunjung langsung ke rumah mereka. Saya merasa sangat bersyukur.
Sepanjang hidup ini, saya merasa sangat bernilai. Ketika menginventarisasi kehidupan, waktu, dan hubungan antarsesama, semuanya sangatlah bernilai. Oleh karena itu, rasa syukur ini tidak habis untuk diungkapkan. Di masa lalu, kita telah melakukan hal yang benar. Di masa kini, kita telah melakukan hal yang bernilai. Hendaknya kita memanfaatkan masa kini dan meneruskan semangat ini di masa depan.
Bekerja demi agama Buddha dan demi semua makhluk. Keluarga besar di Griya Jing Si ini bukan hanya keluarga tempat kita menjalani hidup dan tempat melatih diri, melainkan juga keluarga bagi insan Tzu Chi seluruh dunia. Bagi semua orang yang datang ke Taiwan, Griya Jing Si adalah rumah bagi mereka.

Dalam telekonferensi, relawan sering berkata, "Kami pulang ke rumah." Memang, berkat adanya internet, koneksi ini dapat terus tersambung tanpa mengenal siang dan malam. Saya duduk di sini sejak pagi, sementara mereka mengikuti video telekonferensi mungkin sejak langit masih gelap. Ada yang sudah mulai mendengarkan sejak pagi atau bahkan tengah malam. Semuanya tinggal di tempat dan zona waktu yang berbeda, tetapi berada di satu ladang pelatihan yang sama.
Berkat koneksi internet, semuanya dapat mendengarkan ajaran dan suara saya yang ingin saya sampaikan dari hati dan pikiran saya. Ini semua karena kalian percaya pada saya dan ikrar yang saya bangun. Dengan keyakinan dan ikrar, kita dapat bergerak menuju arah yang sama dengan tindakan nyata. Ini disebut dengan keyakinan, ikrar, dan praktik.
Bodhisatwa sekalian, terima kasih karena telah berusaha dengan tekun dan bersemangat. Hendaknya para Qingxiushi melatih diri dengan sungguh-sungguh. Hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan. Saya senantiasa berkata kepada kalian bahwa meski semua pada hakikatnya kosong, tetapi di balik kekosongan ada eksistensi ajaib. Hendaknya semuanya bersungguh-sungguh.
Waktu terus berlalu dan satu hari bisa berlalu begitu saja. Namun, di sini, kita tidak membiarkannya berlalu dengan sia-sia. Kita dapat melihat bagaimana teknologi membawa kita kembali ke Puncak Burung Nasar. Lihatlah, batu-batu itu mengarah ke sini. Di sana, ada sebuah tempat untuk Buddha duduk. Batu-batu itu seakan mengarah ke sini. Jadi, Puncak Burung Nasar selalu terlihat jelas di depan kita. Terlebih lagi, Puncak Burung Nasar tidak akan lenyap, bahkan setelah lebih dari 2 ribu tahun, ia tetap ada.


Dilihat dari sini, jika Buddha duduk di sini, maka pandangan di depan-Nya adalah ini. Cahaya pagi atau bintang selalu terlihat dari sini. Ini ketika kondisi langit belum terang. Jika langit sudah terang, tempat itu akan sangat panas. Oleh karena itu, kita menyebutnya cahaya pagi. Malam hari tidak ada lampu di sana. Mungkin Buddha membabarkan Dharma di pagi hari saat matahari mulai terbit. Saat matahari terbit itulah, Buddha memancarkan cahaya dari antara kedua alis-Nya. Ini adalah penjelasan yang masuk akal.
Saya sangat bersyukur karena kalian pergi ke sana sehingga dapat membuktikan apa yang saya sampaikan dalam Sutra Teratai. Saya sangat berterima kasih. Perjalanan yang kalian lalui membuat saya melihat betapa bahagianya kalian. Saya tidak bisa sampai ke sana, tetapi kalian bisa pergi ke sana. Kalian sungguh-sungguh beruntung. Ini bukanlah sekadar ungkapan, melainkan benar-benar keberuntungan. Saya merasa iri dengan kalian. Saya berharap bisa membawa kemakmuran bagi tanah kelahiran Buddha.
Melihat jalanan mereka, rasanya mereka masih sangat tertinggal. Namun, seperti kata pepatah, "Jejak langkah manusia akan membuat tanah subur." Di mana pun manusia melangkah, mereka bisa membawa berkah. Meski demikian, jalan ini masih sangat panjang. Selama ada Dharma, di jalan yang sangat panjang ini, kita dapat terus membawa berkah bagi setiap tempat.
Terima kasih, semuanya. Jika bukan karena usaha kalian, tidak akan ada hari ini dan saya tetap seorang diri. Semuanya telah berusaha untuk menggalang Bodhisatwa. Hendaknya kita terus tekun, bersemangat, dan tidak pernah lengah. Teruslah tekun dan bersemangat. Terima kasih.
Bersumbangsih di tengah masyarakat dengan Dharma
Menghibur sesama dan menjalin jodoh baik
Tekun melatih diri siang dan malam
Memahami eksistensi ajaib di balik kekosongan dengan keyakinan, ikrar, dan praktik
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 29 April 2025