Ceramah Master Cheng Yen: Memandang ke Seluruh Dunia dengan Welas Asih

Akibat sebersit pikiran yang menyimpang saja, manusia bisa memicu pergolakan di masyarakat yang menimbulkan arus pengungsi. Lihatlah orang-orang yang tidak bersalah itu. Mereka tidak dapat tinggal di tempat kelahiran mereka dan harus mengungsi ke berbagai negara. Dunia begitu luas, di manakah rumah mereka? Para pengungsi yang menempuh perjalanan darat harus berjalan kaki sejauh 2.000 kilometer lebih. Betapa jauhnya jarak yang harus mereka tempuh.

Berapa lama mereka harus berjalan? Dalam perjalanan, mereka berulang kali berhenti untuk beristirahat, lalu kembali berjalan. Bayangkanlah, bagaimana lansia, perempuan, dan anak-anak sanggup berjalan kaki sejauh itu? Ada juga pengungsi yang menempuh perjalanan laut. Namun, kapal menjadi kelebihan muatan akibat banyaknya  penumpang. Lihatlah, mereka terombang-ambing di tengah lautan. Kapal yang kelebihan muatan akan mudah terbalik jika diterpa angin kencang. Entah sudah berapa banyak pengungsi yang terkubur di dasar laut.

Ada pula pengungsi yang menyelundup dari satu negara ke negara lainnya. Meski beberapa negara bersedia menerima mereka, tetapi mereka tetap sulit untuk memperoleh pekerjaan. Lihatlah tenda tenda pengungsian di gurun pasir yang panas. Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah deretan tenda-tenda kecil. Bagaimana mereka bertahan hidup di sana? Pada musim dingin, mereka juga harus menghadapi cuaca yang sangat dingin. Para pengungsi di tenda harus menghadapi es dan air yang sangat dingin. Kita bisa melihat betapa menderitanya mereka. Meski masih bertahan hidup, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Mereka menderita atau tidak? Sangat menderita. Inilah penderitaan dalam hidup manusia.

Apa yang menyebabkan penderitaan? Penyebab penderitaan adalah himpunan ketidakselarasan pikiran dari banyak orang. Inilah yang menimbulkan begitu banyak penderitaan. Bagaimana cara melenyapkan pikiran jahat, nafsu keinginan, dan keakuan? Bagaimana cara melenyapkan semua itu? Hanya prinsip kebenaran dan Dharma yang bagaikan airlah yang dapat membasuh pikiran kita. Jadi, kita membutuhkan Dharma. Namun, berapa banyak orang yang dapat mengenal Dharma, benar-benar memahami kebenaran, mengembangkan kekuatan cinta kasih, serta membebaskan diri dari kebencian, rasa dendam, dan kemelekatan yang mendatangkan penderitaan tak terkira?

Kita juga bisa melihat ketidakselarasan iklim. Topan Goni telah mendatangkan penderitaan besar bagi berbagai negara. Sungguh, kita harus mawas diri dan tulus. Bencana alam dan bencana akibat ulah manusia sungguh membuat orang merasa khawatir. Jadi, setiap orang harus tetap berhati tulus. Kita juga melihat sebuah berita yang penuh kehangatan. Insan Tzu Chi di Eropa kembali pergi ke Bosnia untuk membagikan barang bantuan pascabanjir pada bulan Mei tahun lalu. Pascabanjir tahun lalu, pemulihan sendi kehidupan setempat masih menghadapi berbagai kesulitan. Karena itu, beberapa hari yang lalu, insan Tzu Chi dari beberapa negara di Eropa bekerja sama untuk membagikan selimut dan tempat tidur lipat di Bosnia. Para relawan kita kembali menuju Bosnia karena khawatir akan kondisi para korban banjir di musim dingin.

Saya sungguh sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang berulang kali datang dari tempat yang jauh untuk memberikan bantuan dan cinta kasih kepada kami. Kita bisa melihat warga setempat sangat berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi yang datang dari negara yang berbeda-beda. Karena itu, banyak anak muda setempat yang perlahan-lahan mulai mengenakan rompi relawan untuk membantu. Ini sungguh kisah yang penuh kehangatan. Kita juga bisa melihat sepasang suami istri lansia di Quanzhou, Fujian. Keduanya telah berusia 80 tahun lebih. Belasan tahun yang lalu, sang istri terkena stroke sehingga tidak bisa bergerak dengan leluasa. Hidup mereka bergantung pada hasil penjualan barang daur ulang yang dikumpulkan suaminya. Selama belasan tahun ini, sang istri tidak pernah mandi. Suaminya hanya mengelap tubuhnya dengan handuk yang dibasahi, tidak pernah memandikannya. Setelah mengetahui kondisinya, relawan Tzu Chi pun membantu memandikannya. Selain memandikannya, relawan kita juga membersihkan rumah mereka. Para relawan kita merupakan penyelamat dalam hidup mereka.

Saya berharap mulai sekarang, pasangan suami istri ini bisa mendapatkan curahan perhatian. Kisah ini juga penuh kehangatan. Jadi, untuk apa kita membatasi cinta kasih hanya berdasarkan hubungan darah? Bukankah semua orang yang bisa kita bantu dan semua orang di seluruh dunia adalah satu keluarga? Apakah mereka harus memiliki hubungan darah dengan kita? Setiap tempat adalah rumah kita.

Kita bisa melihat RS Tzu Chi Dalin. Pada hari Sabtu lalu, kepala rumah sakit, wakil kepala rumah sakit, dan para staf medis dari setiap departemen bergerak untuk membersihkan rumah sakit. Lihatlah, kepala RS kita membersihkan kamar kecil secara langsung. Wakil kepala RS kita juga mengemban tanggung jawab untuk membersihkan tempat yang paling kotor. Para relawan kita juga turut membantu. Rumah sakit kita bagaikan rumah mereka. Kita bukan hanya memiliki rumah masing-masing. Kita juga memiliki sebuah rumah bersama. Setiap orang menjaganya dengan sepenuh hati. Ini sungguh pemandangan yang indah. Di dunia ini, kita bisa melihat banyak orang yang bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Namun, melihat penderitaan di seluruh dunia, saya sungguh merasa tidak sampai hati. Singkat kata, bumi merupakan milik semua orang. Karena itu, setiap orang harus mengasihi dan melindungi bumi. Tidak peduli dekat atau jauh dan tidak peduli memiliki hubungan darah atau tidak, semua orang di seluruh dunia hendaknya saling mengasihi dan saling membantu.

Memandang ke seluruh dunia dengan welas asih

Para pengungsi menghadapi berbagai kesulitan dan bahaya dalam perjalanan

Relawan Tzu Chi menuju Bosnia untuk memberikan bantuan dan menabur benih kebajikan

Mengasihi semua orang bagai keluarga sendiri tanpa mementingkan jalinan jodoh

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 September 2015

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -