Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Kehidupan dan Memahami Kebenaran

Kemarin adalah tanggal 11 Maret. Tujuh tahun yang lalu, Jepang diguncang gempa bumi yang menimbulkan kerusakan besar. Ada korban bencana yang sendi kehidupannya berangsur-angsur pulih, ada pula yang masih berada di tempat pengungsian. Semua itu merupakan penderitaan. Mereka menjalani hidup dengan sulit karena pemulihan yang berjalan lambat. Jadi, penderitaan dalam hidup manusia bisa datang dalam sekejap tanpa tanda-tanda apa pun.

Buddha juga mengajarkan bahwa ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Manusia tidak waspada dalam hal ini. Banyak orang yang menjalani hidup bagaikan di dalam mimpi. Ini merupakan kesesatan umat manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, ketidakkekalan bisa datang kapan saja. Namun, kita tidak berpikir untuk memahami hal ini ataupun meningkatkan kewaspadaan. Tidak ada yang memperhatikannya. Saat bencana terjadi, kita hendaknya mengingat mengapa terjadi bencana seperti itudan menemukan penyebabnya.

Sungguh, di seluruh dunia, perubahan iklim bukan terjadi tanpa sebab. Ini merupakan dampak dari perbuatan manusia dalam jangka panjang. Ini bukan ditimbulkan oleh segelintir orang, melainkan banyak orang. Setiap orang turut mengambil bagian dalam hal ini. Saya sering mengulas tentang karma buruk kolektif semua makhluk. Mereka yang menciptakan karma buruk dilanda penderitaan secara bersamaan. Ini dilandasi oleh hukum sebab akibat. Benih karma kita mungkin akan berbuah dalam waktu singkat, juga mungkin membutuhkan waktu yang lama. Demikianlah konsep waktu dalam ajaran Buddha.

doc tzu chi indonesia

Berhubung kondisi iklim tidak bersahabat, kita hendaknya memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk melakukan hal yang bermakna. Belakangan ini, saya terus berkatabahwa kita harus memanfaatkan kehidupan dan waktu yang ada untuk membawa manfaat bagi semua makhluk dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dengan melakukan hal yang bermakna, barulah kita bisa mengembangkan nilai hidup kita.

Dua hari yang lalu, ada sekelompok staf RS Tzu Chi Dalin yang menghabiskan 3 hari di Griya Jing Si untuk melatih diri, bukan berlibur. Mereka memanfaatkan hari libur untuk melatih diri. Mereka secara khusus datang ke Griya Jing Si dari Dalin untuk membantu pekerjaan pada biksuni. Mereka membantu menggali kunyit. Lewat menggali kunyit, mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan kebijaksanaan mereka.

“Seorang biksuni berkata bahwa kami harus menggunting akar serabutnya dan membersihkan tanah yang menempel. Untuk menjaga keutuhan kunyit, kami harus berhati-hati dalam menggunting dan membersihkannya. Sesungguhnya, demikianlah kami memperlakukan pasien. Pasien mungkin memiliki sejarah penyakit dan berbagai masalah yang rumit. Ada pula yang memiliki masalah dengan masyarakat atau keluarga. Yang kami lihat hanya permukaannya saja. Bagai menggunting akar serabut ini, kami harus memahami masalah pasien satu per satu agar pasien bisa memperoleh manfaat dari pengobatan yang diberikan,” ucap Tseng Kuo-chih, Kadept penyakit dalam RS Tzu Chi Dalin.

doc tzu chi indonesia

“Di sini, para biksuni sangat memperhatikan kami. Jadi, setelah menerima cinta kasih yang tak terbatas, kami ingin membagikannya kepada orang lain setelah pulang. Saat melihat orang lain, kami menjadi sangat ingin menyapa mereka. Saat melihat pasien, kami merasa bahwa kami harus semakin mengasihi mereka. Terkadang, kami merasa frustrasi atau merasa bahwa pekerjaan melelahkan. Namun, dibandingkan dengan kehidupan di Griya Jing Si, hidup kami tidaklah melelahkan. Dengan adanya perbandingan, kami baru bisa menyadarinya. Kami hanya bekerja seperti orang-orang pada umumnya. Kami juga mendapat gaji untuk itu. Jadi, kami tidak boleh mengeluh,” ucap You Si-ping, Praktisi perawat RS Tzu Chi Dalin.

Kita mendengar mereka berbagi tentang kegembiraan bekerja di ladang. Meski tubuh mereka sangat lelah, tetapi hati mereka dipenuhi sukacita. Ini adalah pengalaman yang langka dan baru bagi mereka. Para dokter yang menjalankan operasi bagi para pasien dengan terampil dan para perawat yang merawat pasien dengan fokus dan teliti kembali ke Griya Jing Si dan bekerja dengan kedua tangan mereka.

“Setelah mengikuti rutinitas sehari-hari para biksuni, saya semakin merasa bahwa sesungguhnya, kebutuhan hidup kita tidak banyak. Saya juga menyadari bahwa saat kebutuhan kita terpenuhi, kita sudah harus berpuas diri. Jika yang kita miliki berlebih, kita bisa menggunakannya untuk menolong sesama,” ucap He Jia-yi, Perawat RS Tzu Chi Dalin.

doc tzu chi indonesia

Para dokter dari RS Tzu Chi Hualien juga kembali ke Griya Jing Si untuk mengikuti pelatihan. Mereka juga menghabiskan waktu untuk membantu pekerjaan para biksuni. Mereka sangat penasaran terhadap sayuran. Meski sering mengonsumsinya, mereka tidak tahu bagaimana bentuk sayuran itu saat masih berada di atas tanah. Contohnya sebelum saya meninggalkan keduniawian, para praktisi Buddhis di Vihara Ci Yun mengajak saya pergi ke pegunungan untuk mencari rebung. Saat tiba di sana, saya terus mendongak melihat bagian atas pohon dan bambu untuk mencari rebung.

Mereka berkata, “Lihatlah tanah dengan sepenuh hati.” “Jika melihat tanah yang basah, mulailah menggali.” “Akan ada rebung di dalamnya.” Saya sangat penasaran. Saat saya menggali, di bawahnya benar-benar ada rebung. Betapa menakjubkannya alam beserta isinya. Tidak mengherankan, para tenaga medis merasa begitu senang saat melihat sayuran di atas tanah. Mereka merasakan kehidupan di Griya Jing Si dan sangat memuji ketekunan dan semangat di sini.

Kita semua adalah satu keluarga. Kembali ke Griya Jing Si berarti pulang ke rumah karena kalian semua adalah murid saya. Kita adalah sebuah keluarga besar. Saat ini, banyak orang yang pulang ke sini. Berhubung kita sedang sibuk panen, mereka pun pulang untuk membantu. Inilah yang disebut keluarga. Mereka membantu penyiangan, penanaman, dan pemanenan. Setiap kelompok yang kembali adalah murid-murid saya yang pulang ke rumah.

Sungguh, inilah Griya Jing Si. Griya Jing Si merupakan rumah bagi keluarga besar Tzu Chi, bukan hanya ladang pelatihan. Para relawan merupakan murid-murid saya, bukan sekadar pengikut. Tzu Chi adalah keluarga besar yang terdiri atas guru dan murid-murid. Saya sungguh sangat bersyukur. Empat Misi Tzu Chi juga bagai satu keluarga. Hal yang perlu disyukuri sungguh banyak dan tidak habis untuk diceritakan.

Merenungkan ketidakkekalan dan mencari tahu penyebabnya
Mengembangkan nilai hidup dengan
membawa manfaat bagi semua makhluk
Tenaga medis Tzu Chi turut membantu
pekerjaan bhiksuni di Griya Jing Si
Kembali pada tekad awal
untuk mewariskan sumsum Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Maret 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Maret 2018

Editor: Yuliati

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -