Ceramah Master Cheng Yen: Memanfaatkan Tubuh untuk Berbakti kepada Orang Tua


Hari ini saya ingin memperkenalkan seorang saudara se-Dharma yang sangat senior. Beliau adalah Bodhisatwa lansia yang sudah berusia 93 tahun. Saat saya berkunjung ke rumahnya, dalam waktu kurang dari setengah jam, beliau memperlihatkan hartanya. Harta apa?
 
Mari kita lihat. Hartanya terdiri atas buku penggalang dana. Hingga kini, beliau masih mengumpulkan dana amal. Meski sudah berusia lanjut, beliau tetap memiliki tekad teguh. Tekad beliau dalam mengemban misi Master tidak tergoyahkan. Dari diri Bodhisatwa lansia berusia 93 tahun ini kita dapat melihat bahwa dengan adanya Dharma, kita dapat hidup tenang dan damai.
 
Jadi, selama lebih dari 40 tahun ini, beliau memegang teguh semangat untuk menjalankan misi Tzu Chi. Selain itu, beliau juga mendalami Dharma sehingga hidup dengan bahagia dan dipenuhi sukacita.
“Master, silakan duduk.”
“Ini Mercedes-Benz kamu?”
“Ya, donatur saya bilang begitu.”
 
Dia bilang saya mengendarai Mercedes-Benz. Saya bertanya, “Di mana Mercedes-Benz saya?” Dia menjawab, “Ini mobil saya.”
 
Kamu harus berjalan dengan stabil.
 
“Baik. Terima kasih. Saya sangat gembira.”
 
“Ada orang bertanya, ‘Mengapa kulitmu begitu bagus?’ Saya menjawab, “Saya memakai krim wajah Tzu Chi.” Memakai krim wajah. Ya, benar. Saya menjalani hidup dengan bermakna. Sekarang saya baru berusia 40-an tahun.”
 
Ya, kamu baru berusia 43 tahun.
 
“Terima kasih, Master.”
 
Kamu murid yang baik.
 
“Terima kasih.  Kontribusi saya masih belum cukup.
 
Tidak apa-apa. Jaga kesehatan dan teruslah berkontribusi.
 
“Ya, terima kasih. Saya membungkus doa Master  untuk dibawa pulang.”
 
Ya, terima kasih.


 
Saya sangat bersyukur melihat staf dari misi kesehatan yang bekerja sama dengan harmonis. Puluhan tahun lalu, sekelompok Bodhisatwa lansia ini membantu saya membangun rumah sakit. Mereka membantu saya membangun rumah sakit di Hualien, Dalin, Taipei, dan Taichung. Semua berkat kerja keras para relawan senior. Baik sebatang paku maupun sepotong batu bata, saya selalu sangat bersyukur.
 
Saya melihat setiap orang saling berinteraksi dan memerhatikan  bagai satu keluarga. Setiap orang bekerja sama dengan harmonis untuk mencapai tujuan. Begitu pula dengan para perawat. Mereka mencurahkan perhatian dan kehangatan kepada para pasien. Ada pasien yang bukan mengalami kesulitan ekonomi, melainkan memiliki masalah dalam hubungan keluarga.

 
Saat berada di ambang kematian, mereka sangat menderita. Kemiskinan bukan satu-satunya penderitaan. Saat harus berpisah dengan orang yang dikasihi, kita juga merasa menderita. Saya sering berkata bahwa panti jompo terbaik adalah di rumah. Orang tua merasakan kebahagiaan di rumah dengan adanya pendampingan anak-anak.
 
Ada pula anak yang menjaga orang tua secara bergilir. Namun, itu belum tentu sesuai dengan orang tua. Ada pula orang tua yang tinggal sendiri hingga akhirnya dipindahkan ke panti jompo. Inilah ketidakberdayaan di masyarakat. Di Tzu Chi, kita menjalankan program bantuan jangka panjang.
 
Selama lebih dari 50 tahun ini, kita terus menjalankan program bantuan jangka panjang. Bagaimanakah caranya? Saya sering memberi saran demi dapat menjalankan program yang sempurna, meski itu sesungguhnya sangatlah sulit. Pada zaman Buddha hidup, Beliau ingin mengurangi penderitaan manusia. Setelah memahami prinsip kebenaran, Beliau segera membabarkannya. Cara Buddha membalas budi luhur orang tua adalah dengan cara menyadari kebenaran. Buddha membabarkan Dharma agar orang-orang di dunia tahu untuk mengemban tanggung jawab.

 
Orang-orang dari berbagai profesi hendaknya memiliki arah tujuan yang sama. Bagaimana cara untuk memiliki arah tujuan hidup yang baik? Bagaimana cara agar memiliki kehidupan yang berkecukupan? Inilah kebenaran yang Buddha ajarkan kepada kita. Buddha berbicara tentang segala sesuatu di alam semesta demi mengajarkan kita tentang prinsip menjadi orang yang baik.
 
Kita harus berbakti kepada orang tua. Selain itu, kita harus memanfaatkan tubuh pemberian orang tua ini untuk berkontribusi bagi dunia. Inilah wujud bakti yang terbesar. Dengan tubuh pemberian orang tua ini, kita bukan hanya harus berbakti kepada orang tua, tetapi juga harus berkontribusi bagi orang-orang di dunia. Inilah pelimpahan jasa  yang sesungguhnya kepada orang tua.

 
Sungguh, kita dapat melihat banyak kebenaran di rumah sakit jika kita bersungguh hati. Kehidupan ini bagaikan sandiwara. Apa peran yang kita mainkan di atas panggung? Ada orang berperan sebagai orang yang kita kasihi, ada pula orang yang berperan sebagai orang yang kita musuhi. Setiap orang memainkan peran  masing-masing di atas panggung.
 
Saat tibanya waktunya, mereka tetap harus turun dari panggung. Setelah turun dari panggung, semua orang adalah setara dan tetap memiliki hubungan yang baik. Ini yang disebut kembali pada hakikat kebuddhaan. Saat naik ke atas panggung, kita harus mementaskan naskah kehidupan kita. Yang harus kita cari adalah kedamaian di bawah panggung dan satu tujuan yang sama.
 
Kehidupan manusia bagaikan mimpi dan ilusi. Kita harus bersungguh hati untuk memerankan peran kita dengan baik. Inilah nilai kehidupan. Saat kita melayani sesama dan bersumbangsih bagi dunia, berarti kita tengah membalas budi orang tua.
 
Kita dapat melihat profesi perawat yang sangat mulia dan luar biasa. Saya sangat berterima kasih. Setiap kisah yang kalian bagikan sangat menyentuh hati. Waktu terus berlalu tanpa henti. Kita harus membina lebih banyak orang yang bertalenta. Ini juga disebut pewarisan ajaran Jing Si.

 
Kita harus menginspirasi orang-orang dari berbagai profesi untuk membangkitkan kekuatan cinta kasih. Semua orang dapat melatih diri, saling menghormati, dan bersama-sama menciptakan berkah. Saat bekerja, kita hendaknya bersyukur, saling menghormati, dan mengasihi kehidupan. Bersyukur berarti menghormati kehidupan. Kita berterima kasih kepada semua orang Yang telah bekerja sama dengan harmonis dan menghormati kehidupan. Semua itu demi cinta kasih.
 
Tempat ini adalah tempat pelatihan. Rumah sakit adalah tempat pelatihan semua tenaga medis, sedangkan tempat pelatihan saya adalah di dunia ini. Saya mengkhawatirkan semua makhluk di seluruh dunia, bukan hanya manusia. Saya harus terus berbicara tentang isu global sekarang, seperti kondisi iklim yang ekstrem dan pola makan vegetaris. Inilah yang terus kita serukan sejak puluhan tahun lalu. Hingga kini, saya masih berharap setiap orang dapat memahami hal-hal yang telah terjadi di dunia dan mengambil tindakan bersama.
 

Kehidupan tak terlepas dari lahir, sakit, tua, dan mati

Buddha menyadari kebenaran dan memutar roda Dharma

Memanfaatkan tubuh pemberian orang tua untuk bersumbangsih bagi semua makhluk

Mewujudkan rasa bakti  dan melatih diri bersama-sama

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 Maret 2019

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -