Ceramah Master Cheng Yen: Membabarkan Dharma di Tengah Masyarakat

Kemarin pagi, di ruang tamu Griya Jing Si, saya bertemu dengan insan Tzu Chi yang berpartisipasi dalam penyaluran bantuan di Laos.

Ada belasan relawan yang kembali. Para relawan dari Malaysia yang tidak bisa kembali ke Griya Jing Si juga terhubung lewat telekonferensi. Jadi, mereka bisa secara bersamaan berbagi tentang pembagian bantuan dan survei bencana yang mereka lakukan.

Mereka juga berbagi bahwa selanjutnya, mereka masih akan mengadakan pembagian bantuan dan membeli bibit padi. Dari mana mereka harus membeli bibit padi? Bibit padi seperti apa yang dibutuhkan? Kita telah meminta beberapa pengusaha di Laos untuk membantu membeli bibit padi.

Mereka sangat antusias dan bersedia memikul tanggung jawab untuk memilih jenis bibit padi sesuai kebutuhan di sana. Mereka akan melakukan evaluasi dan mencari tahu kebutuhan warga.

“Orang yang melakukan hal-hal ini merupakan Bodhisatwa. Saya sangat bersyukur kepada para relawan yang memberi saya kesempatan untuk belajar. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk maju selangkah demi selangkah,” kata Chen Zheng-hui pengusaha di Laos.

 

Inilah estafet cinta kasih. Kita menginspirasi Bodhisatwa demi Bodhisatwa. Kita menyalurkan bantuan di Laos dari tahun lalu hingga kini. Kini warga setempat sudah memahami Tzu Chi. Kita juga membimbing warga setempat. Relawan Guo dari Malaysia berkata bahwa dia berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui. Dia berbagi Dharma dengan setiap orang.

Saat membimbing orang-orang, dia memberi tahu mereka bagaimana misi Tzu Chi dijalankan dan mengapa penyaluran bantuan Tzu Chi tidak pernah berhenti sejak tahun lalu.

Relawan Luo Mei-zhu bahkan berbagi dengan warga setempat bagaimana kita menaati tata krama dalam kehidupan sehari-hari.

Insan Tzu Chi sangat disiplin. Dia telah puluhan tahun menjalankan misi bantuan internasional. Ada banyak relawan di Taiwan yang merupakan anggota inti tim bantuan bencana internasional. Mereka sudah sering menyalurkan bantuan internasional. Jadi, mereka sudah sangat akrab.

Kali ini, dia memperhatikan tim kita bagaikan seorang ibu. Dengan kasih sayang seorang ibu, dia memperhatikan relawan kita dalam kehidupan sehari-hari. Dia juga memperhatikan sopir kita dengan berkata, “Apakah kamu sudah minum air? Jangan sampai kelelahan. Kamu sudah menyetir begitu lama, apakah perlu beristirahat?”

Dia juga berbagi dengannya tentang asal mula berdirinya Tzu Chi, yaitu kisah celengan bambu, dan bagaimana kita menyalurkan bantuan bencana internasional. Sopir itu juga tersentuh.

 

“Dapat turut membantu korban bencana di Provinsi Champasak dan Savannakhet selama tiga hari dua malam ini, saya sangat gembira dan tersentuh. Saya juga tidak lelah menyetir karena para relawan sangat memperhatikan saya. Mereka memperhatikan saya bagai keluarga sendiri. Mereka menyediakan minuman dan makanan serta memperhatikan segala kebutuhan saya. Jika ditanya saya lelah atau tidak, saya tidak lelah. Saya sangat tersentuh. Sepanjang jalan, kami bagaikan satu keluarga,” kata sopir.

Saat berhenti di suatu tempat, sopir itu akan mengikuti tim kita untuk melihat apa yang kita lakukan dan menawarkan diri untuk membantu. Belakangan, sopir itu bahkan berkata pada relawan kita, “Bolehkah saya bergabung dengan organisasi ini?” Demikianlah kita membimbing orang.

Kita membimbing siapa saja dan berbagi Dharma dengan mereka. Inilah Bodhisatwa dunia. Saat melihat makhluk lain menderita, kita melenyapkan penderitaan mereka dengan cinta kasih dan welas asih. Setelah melenyapkan penderitaan, kita juga berbagi Dharma dengan mereka.

Pengusaha setempat juga mendengar Dharma di dalam mobil. Mereka mendengar Dharma yang turun dari langit. Bencana terjadi di Laos dan kita berada di Taiwan. Berhubung terjadi bencana di Laos, insan Tzu Chi Taiwan bersungguh hati memberikan bantuan. Relawan kita harus naik pesawat terbang serta bersusah payah melintasi pegunungan dan menyeberangi sungai demi menjangkau lokasi bencana. Bukankah relawan kita turun dari langit?

Bodhisatwa menjangkau lokasi bencana untuk menolong orang-orang dan berbagi Dharma. Jadi, relawan kita berbagi Dharma dengan setiap orang yang ditemui. Relawan kita berbagi Dharma dengan piawai dan penuh sukacita serta mendengar Dharma dari tempat yang jauh. Relawan kita berkata pada mereka, “Kalian juga bisa mendengar Dharma seperti ini. Dengan ponsel kalian, kalian bisa mendengar ceramah Master.” Setiap orang memiliki ponsel dan dapat menonton program Da Ai TV.

 

Relawan kita berbagi Dharma dan mengajak orang-orang mendengar Dharma. Inilah Bodhisatwa. Mereka berbicara dengan orang-orang dengan penuh sukacita. Setiap ucapan mereka mengandung Dharma dan kebenaran. Bisa berbagi Dharma dan kebenaran berarti memiliki kepiawaian membabarkan Dharma.

Saat kita berbagi Dharma, ada sebagian yang paham, ada sebagian yang tidak paham, ada pula sebagian yang sengaja ingin menyulitkan kita. Bagi orang yang belum paham, kita akan kembali menjelaskan dengan sabar. Bagi yang sengaja menyulitkan kita, kita juga berinteraksi dengan mereka dengan sabar. Demikianlah cara Bodhisatwa berbagi Dharma.

Inilah yang disebut berbagi Dharma dengan piawai dan penuh sukacita. Mereka melakukannya tanpa takut tantangan. Demi terjun ke tengah masyarakat, kita harus menyebarluaskan Dharma yang menakjubkan. Bagaimana kita menyebarluaskan Dharma yang menakjubkan di dunia ini?

Kita harus memulainya dari membangkitkan pikiran baik. Kita harus membangun tekad terlebih dahulu. Semua orang harus membangun tekad terlebih dahulu, termasuk saya. Setelah itu, saya baru bisa meneguhkan hati untuk terjun ke tengah masyarakat dan melakukan sesuatu.

Dengan tekad yang teguh, hati kita tidak akan goyah ataupun berubah. Dengan hati dan pikiran yang teguh serta arah yang jelas, kita bisa berfokus melatih diri hingga bisa menyebarluaskan Dharma yang menakjubkan.

Membimbing orang-orang saat menyalurkan bantuan internasional
Bodhisatwa melenyapkan penderitaan dengan cinta kasih dan welas asih
Berbagi Dharma dengan piawai dan penuh sukacita tanpa rasa takut
Terjun ke tengah masyarakat dengan tekad yang teguh

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Oktober 2019

Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -