Ceramah Master Cheng Yen: Membalas Budi Buddha dengan sikap Bakti dan Perbuatan Baik

Lihatlah ketidakselarasan iklim. Kemarin kita membahas kebakaran hutan di Kanada yang sangat mengkhawatirkan. Manusia berusaha memadamkan api tetapi penggunaan bahan kimia lewat udara juga tidak membantu. Di darat, lebih dari seribu personel pemadam kebakaran dikerahkan tetapi keadaan bahaya belum dapat dikendalikan.

Alam ini sudah begitu tidak selaras. Dengan terjadinya kebakaran hutan ini, permukaan bumi tentu juga terluka. Ini sungguh mengkhawatirkan. Saya terus berkata khawatir, tetapi juga tidak berdaya. Kunci satu-satunya adalah hati manusia. Kita semua harus membangkitkan rasa bertobat. Inilah cara satu-satunya. Umat manusia harus bertobat dengan tulus. Kita semua tinggal di atas bumi yang sama dan di kolong langit yang sama pula. Jangan berpikir bencana terjadi jauh dari kita. 

Sesungguhnya, di kolong langit dan di atas bumi, semua orang bagaikan satu keluarga besar. Di dalam Sutra Bunga Teratai juga diuraikan bahwa tiga alam atau dunia ini bagai rumah yang tengah terbakar. Bukankah tiga alam yang dimaksud juga merujuk pada nafsu, rupa, dan pikiran di dalam batin kita?

Mengenai hal ini, saya pernah menjabarkannya selama beberapa waktu. Dengan kebijaksanaan-Nya, Buddha memberi tahu kita bahwa dunia ini tak luput dari tiga hal yang semuanya bersumber pada pikiran. Pikiran manusia dipenuhi nafsu keinginan, maka timbullah ketamakan, kebencian, kebodohan. Semua ini kemudian membangkitkan kesombongan serta keraguan antar sesama manusia. Sehingga pertikaian tercipta dan bencana pun terjadi. Semua ini dimulai dari nafsu keinginan manusia. 

Berikutnya adalah rupa, yaitu benda materi yang berwujud, termasuk harta kekayaan, kedudukan, dan status.  Semua ini saling diperebutkan oleh manusia. Berbagai rupa materi ini membuat batin manusia dipenuhi keinginan. Manusia ingin menguasai berbagai materi yang jumlahnya tidak terbatas. Bayangkan, ini membawa kerusakan yang lebih besar bagi bumi ini.

Berikutnya, yang tanpa rupa adalah pikiran kita. Kita tidak dapat melihat isi pikiran orang, tetapi kita bisa mendengar ucapannya. Apakah semua orang tulus dalam berinteraksi? Apakah manusia dapat memperlakukan sesamanya dengan hati yang tulus? Karena itu, kita sering berkata bahwa manusia harus tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Saat berinteraksi dengan sesama, semua orang mungkin terlihat gembira, tetapi saat terjadi sesuatu yang tak sesuai harapan mereka berubah pikiran dan mulai menumpahkan kemarahan kepada orang di sekelilingnya. Jadi, pikiran sangat menakutkan.

Inilah tiga alam di dalam batin. Jika di dalam pikiran manusia masih terdapat kemelekatan terhadap nama, keuntungan, kedudukan, dan sebagainya, maka ini akan membentuk sikap dan pola pikirnya. Ditambah lagi, setiap orang dari orang dewasa hingga anak kecil memiliki nafsu keinginan. Manusia terlahir dengan membawa tabiat dan keinginan yang terus terpupuk dari masa lampau dan terus mencemari batin.

Begitu dilahirkan, manusia sudah membawa tabiat. Karena itu kita harus sungguh merenungkan mengapa di dunia ini terjadi begitu banyak bencana. Ini akibat ketidakselarasan empat unsur. Unsur tanah, air, api, dan angin tidak selaras di tengah lima kekeruhan. Beberapa hari ini, setiap hari saya terus mengulas tentang gempa.  Benar, pagi tadi di Hualien dan Taitung, tepatnya sekitar pukul dua hingga empat, terjadi enam kali gempa bumi. Sungguh mengkhawatirkan. Pada tanggal 16 April lalu, Jepang dan Ekuador  juga mengalami gempa bumi. Di Jepang, insan Tzu Chi masih terus memberi perhatian bagi warga di Kumamoto. Insan Tzu Chi di Tokyo sibuk membuat bacang vegetaris untuk dijual dalam rangka menggalang dana. Semua orang juga berdoa dengan hati yang tulus. Kita dapat melihat kesungguhan hati mereka.

Ketulusan juga terlihat dalam persiapan untuk upacara Waisak besok. Berhubung setengah dari lapangan Balai Peringatan Chiang Kai-shek akan digunakan untuk sebuah konser maka tahun ini kita hanya bisa menggunakan setengahnya untuk upacara Waisak. Karena itu, upacara serupa juga akan digelar secara bersamaan di Balai Kota Taipei. Upacara itu akan dilangsungkan besok. Saya terus berpesan agar upacara Waisak kita dimulai lebih awal agar tidak mengganggu konser tersebut.  Namun jika upacara dimulai lebih awal, berarti para relawan harus lebih bersusah payah. Ini karena udara di musim panas lebih panas. Mulai lebih awal berarti harus berpanas-panasan lebih lama. Jika upacara dimulai sekitar pukul tiga atau empat, pada saat itu matahari masih cukup terik. Namun, agar tidak mengganggu jalannya konser dan menunjukkan dukungan, kita tetap memulai upacara lebih awal. Hanya saja, insan Tzu Chi harus lebih bersusah payah.

Melihat mereka harus memulai lebih awal, hati saya juga merasa tidak tega. Namun, upacara tetap harus dilangsungkan. Demi mewujudkan masyarakat yang harmonis kita perlu menyebarkan pentingnya berbakti dan berbuat kebajikan. Kita harus membimbing semua orang agar mengerti pentingnya berbakti kepada orang tua.

Bodhisattva sekalian, kalian telah bekerja keras dan bersungguh hati. Semoga dengan semangat melatih diri dan hati yang tulus, semua dapat menyukseskan upacara Waisak ini. Di saat yang sama, kita juga turut menyukseskan konser orkestra internasional yang akan digelar. Kita harus menyukseskan keduanya. Jadi, semoga upacara peringatan Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi besok berjalan lancar dan semua orang dipenuhi sukacita dalam Dharma

Ketidakselarasan empat unsur membawa bahaya

Dunia ibarat rumah yang tengah terbakar

Membangkitkan ketulusan dan membuang kebencian

Berbakti  dan berbuat baik demi melenyapkan bencana.

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 06 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  07 Mei 2016

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -