Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Cinta Kasih dan Welas Asih yang Setara

Lingkungan hidup para pengungsi sungguh sangat buruk. Meski sudah memasuki musim semi, tetapi akibat kondisi iklim yang ekstrem, cuaca masih sangat dingin dan turun hujan lebat. Lihatlah tenda para pengungsi yang bergoyang-goyang akibat hembusan angin. Bagaimana para pengungsi dapat melindungi diri dari terpaan angin dan hujan? Mereka sungguh menderita. “Seluruh tenda kami basah. Saya memiliki 5 orang anak. Salah satu di antara mereka baru berusia 2 bulan. Tinggal di tenda terlalu dingin bagi mereka. Yang kami butuhkan bukan uang. Saya masih mampu untuk bekerja. Yang saya butuhkan hanyalah lingkungan hidup yang aman agar anak-anak saya dapat menerima pendidikan,” kata salah seorang pengungsi asal Suriah di Yunani.

Di tengah lingkungan seperti itu, mereka berjuang untuk bertahan hidup. Saat menemukan sebuah kereta api yang sudah usang dan terlantar, mereka pun menjadikannya sebagai tempat pengungsian. Penderitaan mereka sungguh tidak terkira. Entah kapan mereka baru dapat meninggalkan kondisi hidup seperti ini dan anak-anak mereka dapat tumbuh dengan aman dan selamat.

Di Yordania, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menciptakan kesempatan belajar bagi anak-anak pengungsi. Mengetahui kondisi yang serba kekurangan di sana, relawan Tzu Chi pergi untuk membagikan alat-alat tulis, tas sekolah, dan lain-lain. Inilah wujud dari kekuatan cinta kasih. Lihatlah, saat menerima tas sekolah, anak-anak begitu gembira. Mereka tidak meminta banyak. Hanya menerima sedikit bantuan saja, mereka sudah merasa puas.

Yang lebih membahagiakan adalah mendengar informasi dari relawan Tzu Chi di Serbia. Dua hari ini, setelah menerima nasi Jing Si, mereka mulai menghidangkannya untuk pengungsi. Saat menghidangkan nasi Jing Si, relawan kita baru mengetahui bahwa  ada sebagian pengungsi yang pantang memakan sayur kubis (kol) karena keyakinan yang dianut. Setelah mengetahui bahwa ada pengungsi yang pantang makan sayur kubis, relawan kita segera memasak dua jenis nasi Jing Si. Ini menunjukkan rasa hormat kita terhadap agama lain beserta aturan larangan di dalamnya. Makanan yang kita siapkan juga sesuai dengan citarasa para pengungsi. Mengetahui bahwa para pengungsi itu menyukai tomat, kita pun mengirimkan lebih banyak nasi Jing Si rasa tomat ke sana. Nasi Jing Si rasa tomat ini sudah dihidangkan untuk para pengungsi. Ada beberapa pengungsi yang tidak cukup makan semangkuk nasi. Mereka datang untuk menambah semangkuk lagi. Beberapa pengungsi berkata bahwa nasi Jing Si ini lebih lezat dari nasi di kampung halaman mereka. Mereka berharap dapat memakannya setiap hari. Namun, kini para pengungsi sudah perlahan-lahan direlokasi ke tempat lain.

Kemarin, kita menghidangkan 335 porsi nasi Jing Si untuk pengungsi. Sumbangsih penuh cinta kasih ini sungguh menyentuh hati. Selain membagikan nasi, relawan kita juga membagikan buah-buahan. Setiap orang merasa sangat gembira. Kita harus berterima kasih kepada  para relawan dari berbagai negara di Eropa yang berkumpul bersama untuk memberi bantuan. Kita juga harus berterima kasih kepada juru bicara dari Bosnia yang telah memimpin sekelompok besar relawan untuk memberi bantuan. Kita juga harus berterima kasih kepada warga Serbia yang bersedia membangun tekad luhur untuk ikut bergabung menjadi relawan.

Dengan adanya benih relawan di sana, bantuan Tzu Chi dapat terus berlanjut dan para relawan dari luar negeri dapat kembali bekerja dengan normal. Secara bergiliran, para relawan luar negeri dapat kembali ke Serbia untuk memperhatikan para pengungsi dan relawan dari Bosnia. Relawan kita mengajarkan cara menyeduh nasi Jing Si kepada relawan setempat. Para relawan lokal merasa sangat takjub karena dengan cara yang begitu mudah, mereka dapat membuat makanan selezat itu.

Selain itu, nasi Jing Si juga sudah lulus inspeksi keamanan pangan yang ketat. Jadi, ia aman untuk dikonsumsi. Citarasa nasi Jing Si juga sesuai dengan selera para pengungsi. Para umat beragama pun dapat mengonsumsinya dengan tenang tanpa takut melanggar aturan agama. Semua orang merasa sangat tersentuh. Saya sangat tersentuh dan bersyukur. Saya bersyukur melihat setiap orang membangkitkan cinta kasih untuk bersumbangsih bagi orang yang menderita. Kisah yang menyentuh hati sungguh sangat banyak.

Kita juga melihat dalam peringatan Kamis Putih, Paus Fransiskus mengadakan ritual yang penuh kehangatan. Ini menunjukkan cinta kasih yang setara. Sungguh, kita harus menggalakkan kekuatan cinta kasih dan berusaha menyucikan hati manusia agar setiap orang merasakan kedamaian, hidup tenteram, dan bahagia. Dengan begitu, barulah kondisi iklim dapat selaras dan pikiran manusia dapat damai.

Kekuatan Cinta Kasih

Kita juga melihat di Johor, Malaysia. Beberapa hari lalu, para guru dari sebuah sekolah mengajak lebih dari 80 orang siswa  berkunjung ke Aula Jing Si di Johor Bahru.  Setelah melihat penderitaan para pengungsi, para siswa pun menyadari berkah dan membangkitkan cinta kasih. Sekelompok anak itu membangkitkan welas asih untuk berdoa bagi para pengungsi. Mereka juga mendonasikan koin ke dalam celengan bambu untuk turut membantu para pengungsi. Inilah kekuatan cinta kasih. Demikianlah tetes demi tetes cinta kasih terus terbangkitkan. Kita juga melihat di Malaysia, ada sepasang ibu dan anak yang tinggal di sebuah rumah yang sangat kotor dan berantakan. Dengan penuh cinta kasih, sekelompok relawan Tzu Chi menghabiskan waktu selama 7 jam untuk membersihkan rumah tersebut.

Mereka membersihkan rerumputan di luar yang bahkan lebih tinggi dari manusia, membersihkan tumpukan sampah, serta memperbaiki bagian rumah yang rusak. Begitu mengetahui lingkungan hidup yang begitu memprihatinkan, relawan Tzu Chi segera bergerak untuk membantu. Ini bukan ritual semata. Ini karena dalam keseharian, relawan Tzu Chi membangun ikrar luhur dan mewujudkannya ke dalam tindakan nyata untuk bersumbangsih bagi sesama. Banyak relawan di berbagai dunia yang terinspirasi oleh cinta kasih ini. Melihat semua itu, saya sungguh tersentuh dan dipenuhi kehangatan. Ini semua berkat kekuatan cinta kasih.

Memperhatikan dan mendoakan anak-anak pengungsi

Memberikan bantuan makanan dengan penuh rasa hormat

Peringatan Kamis Putih menunjukkan cinta kasih

Membangkitkan niat bajik dan mewujudkannya lewat tindakan nyata 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Maret 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 Maret 2016

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -