Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Kesadaran dan Melakukan Praktik Nyata

 

“Saat melihat pemandangan pascagempa di Canoa, saya merasa itu adalah mimpi buruk. Saya merasa sangat sedih. Dua minggu pertama pascagempa, saya berlari ke sana kemari untuk mencari mesin guna membersihkan lokasi gempa,” ucap Ana Sanchez, Partisipan program bantuan Tzu Chi.

“Saya lahir di sini dan bertumbuh besar di sini. Saya berada di sini seumur hidup saya. Kini kami sangat membutuhkan bantuan. Saya sangat gembira melihat ada orang datang untuk membantu kami. Pascagempa, kami kehilangan segalanya,” kata Wilson Guadalupe, Pengusaha hotel.

“Kalian datang dari jauh untuk membantu kami. Kalian bukan hanya memberikan bantuan makanan untuk kami, tetapi juga menciptakan kesempatan kerja bagi kami. Kalian mengajarkan kami bagaimana memulihkan kehidupan dan membangun kembali harapan masa depan,” ucap Ana Sanchez, Partisipan program bantuan Tzu Chi.

“Meski saya sudah berusia lanjut, tetapi saya dan keluarga saya berusaha segenap tenaga untuk membangun kembali rumah kami. Saya berterima kasih atas bantuan Tzu Chi,” ucapnya.

Gempa di Ekuador bulan April lalu menghancurkan banyak rumah dan harapan hidup para warga. Namun, untungnya ada Bodhisatwa dunia yang berangkat ke sana untuk memberi bantuan. Dengan cinta kasih penuh rasa hormat, relawan Tzu Chi pergi memberi bantuan sehingga warga setempat dapat kembali memiliki harapan dan membuka pintu hati agar cahaya harapan dapat masuk ke dalam. Banyak warga yang terinspirasi untuk turut mengerahkan kekuatan. Dimulai dari satu kota, kini mereka sudah bekerja sama membersihkan empat kota. Kota pertama yang dikunjungi relawan Tzu Chi adalah Portoviejo. Relawan Tzu Chi Amerika Serikat menghabiskan waktu berhari-hari untuk berbagi dengan warga setempat tentang bagaimana cara Tzu Chi membantu negara-negara lain yang pernah dilanda bencana besar dan bagaimana cara kita membantu memulihkan sendi kehidupan setempat.

Relawan Tzu Chi Amerika Serikat yang berbicara, relawan Tzu Chi Amerika Selatan yang menjadi penerjemah. Lewat gerakan tubuh dan bahasa, mereka menghilangkan rasa ragu warga lokal. Warga lokal tak lagi menaruh rasa ragu terhadap relawan Tzu Chi. Mereka bahkan membuka pintu hati untuk menerima bimbingan relawan Tzu Chi. Para warga telah bangkit kembali untuk membersihkan lingkungan hidup sendiri. Berkat kerja sama itu, sendi kehidupan di Kota Portoviejo dan Manta sudah pulih kembali. Sebagai ungkapan rasa syukur terhadap relawan Tzu Chi, para warga dari Portoviejo dan Manta berangkat ke Kota Canoa dan Pedernales untuk membantu membersihkan kedua kota tersebut. Setelah terinspirasi oleh relawan Tzu Chi, banyak warga berpartisipasi dalam program bantuan Tzu Chi dan membangkitkan semangat juang mereka. Karena itu, media setempat pun terus memberitakan kegiatan itu.

Pemerintah Pedernales bahkan menampilkan berita ini di dalam situs web mereka. Ini menunjukkan rasa hormat mereka terhadap Tzu Chi. Semua orang tahu tentang Tzu Chi  dan sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Lihatlah, relawan kita mengajak setiap orang untuk memeragakan isyarat tangan lagu Satu Keluarga. Gerakan mereka sangat kompak. Semua orang di negara itu sungguh bagaikan satu keluarga. Untuk menyucikan hati manusia, kita harus membangun kekayaan batin sekaligus mengajak warga untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram. Jika demikian, maka tidaklah sulit untuk memulihkan kondisi perekonomian. Ini semua membutuhkan kesungguhan hati kita.

Di dalam Sutra Bunga Teratai, ada satu bab yang membahas tentang Bodhisatwa yang muncul dari dalam bumi. Kini kita dapat melihat Bodhisatwa yang turun dari langit. Relawan Tzu Chi dari Amerika Serikat dan Amerika Selatan harus menumpang pesawat untuk tiba di Ekuador. Untuk membimbing warga setempat, relawan kita bukan hanya menggunakan hati, tetapi juga menggunakan cara. Ini karena relawan yang berangkat ke Ekuador hanya berjumlah lebih dari 20 orang. Jumlah relawan dari kedua tempat itu tidak lebih dari 30 orang. Bagaimana mereka dapat membimbing warga lokal? Tentu saja, mereka membutuhkan cara. Mereka menggunakan semangat ajaran Buddha. Saat warga setempat dapat menerima semangat kita, maka mereka pun terinspirasi dan tersadarkan. Karena menyadari bahwa semangat ini sangat baik, mereka pun menerimanya dan memperoleh kesadaran darinya. Setelah itu, mereka pun mempraktikkannya lewat tindakan. Ajaran Buddha sangat sesuai dengan kondisi hidup kita di zaman sekarang. Ajaran Buddha di dunia bukan hanya dapat menyucikan hati manusia, tetapi juga dapat menginspirasi sesama. Kita dapat melihat sendi kehidupan di Ekuador sudah hampir pulih. Lihat warga setempat sudah mulai tersenyum kembali. Setiap orang menunjukkan senyuman yang indah dan bersikap bersahabat. Inilah masyarakat yang harmonis. Bukankah ini yang disebut Tanah Suci Bodhisatwa dan dunia yang bebas bencana? Inilah harapan kita.

Kita juga melihat kondisi Myanmar. Bulan Agustus tahun lalu, Myanmar dilanda bencana banjir. Secara berulang kali, relawan Tzu Chi pergi ke sana untuk memberikan bantuan bibit padi. Kini para petani sudah memanen tanaman padi mereka.

“Setelah menerima bantuan bibit dari Tzu Chi, saya segera menyemainya. Kini sudah memasuki masa panen. Hasil panen tahun ini sangat berlimpah. Saya rasa hasil panen saya dapat mencapai lebih dari 100 gantang. Hanya dengan melihat butiran padi saja, saya sudah tahu karena saya sudah lama bercocok tanam,” ucap salah seorang petani.

“Pada tahun-tahun sebelumnya, kami hanya dapat memanen 90 gantang beras. Tahun ini diperkirakan akan mencapai lebih dari 100 gantang. Hasil panen kami belum pernah sebaik ini sebelumnya. Pasti bibit padi cinta kasih ini membawa berkah,” ujar petani.

Semua orang sangat gembira. Setiap butiran padi itu sangat padat. Hasil panen mereka belum pernah sebaik ini. “Master berkata bahwa butiran padi dapat memenuhi lumbung. Karena itu, kami lebih berhati-hati agar tidak ada sebutir beras pun yang terbuang sia-sia. Semua orang di desa kami juga mendonasikan beras untuk membantu warga kurang mampu. Saya juga akan pergi ke desa lain untuk berbagi tentang kisah segenggam beras. Saya berharap mereka dapat menyambut imbauan ini,” ucapnya.

Ya. Sebutir benih dapat bertumbuh menjadi tak terhingga. Banyak warga di desa itu yang menyambut semangat celengan bambu. Mereka menyisihkan beras dan koin setiap hari untuk membantu warga kurang mampu. Inilah yang terjadi di Myanmar. Di Ekuador, saat kegiatan pembersihan sudah hampir selesai, para warga juga memasukkan koin ke dalam celengan bambu karena mereka telah memahami semangatnya. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh. Saya sangat gembira melihatnya. Ajaran Buddha mengajarkan tentang kebaikan. Setelah ada perubahan, setiap orang mulai membangkitkan kebajikan di dalam hati. Selain membangkitkan kebajikan, kita juga harus membangkitkan kesadaran. Setelah membangkitkan kesadaran, kita juga harus mempraktikkannya. Jadi, kita harus memiliki kesepahaman, kesadaran, dan bersama-sama mempraktikkannya. Kita harus mempraktikkan ajaran Buddha untuk membangkitkan kebajikan dan kesadaran. Selain itu, kita juga harus melakukan tindakan nyata. Inilah yang harus kita usahakan.

Menghibur para korban bencana dengan hati yang tulus
Menginspirasi dan menyemangati warga untuk memulihkan sendi kehidupan
Mendukung semangat celengan bambu untuk melakukan kebaikan

Membangkitkan kesadaran dan
bersama-sama melakukan praktik nyata

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Mei 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Mei 2016

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -