Ceramah Master Cheng Yen: Membangkitkan Sukacita dan Meneladani Kebaikan

Tanggal 20 April pukul 4.30 waktu Taiwan, pesisir pantai Ekuador kembali diguncang gempa bumi berkekuatan 6,1 SR. Guncangan gempa itu membuat banyak orang ketakutan. Warga setempat hidup dalam ketakutan dan ketidaktenangan. Namun, jalinan jodoh sungguh luar biasa.

Beberapa tahun lalu, beberapa pengusaha Taiwan di Ekuador kembali ke Taiwan untuk mengikuti kamp pengusaha. Kini kita menghubungi salah seorang pengusaha di sana. Beliau berkata bahwa jika Tzu Chi dapat memasuki lokasi bencana untuk menyalurkan bantuan, maka beliau akan menghubungi belasan pengusaha Taiwan lain di Ekuador untuk mendukung penyaluran bantuan Tzu Chi. “Itu tidaklah masalah. Inilah jalinan jodoh,” ucap Huang Yue-kai.

Sejak beberapa tahun lalu, kita sudah memiliki sebutir benih Tzu Chi di Ekuador. Pascagempa kali ini, Bodhisatwa mulai bermunculan. Kini kita juga tengah mempersiapkan penyaluran bantuan ke Ekuador. Dengan adanya benih relawan Tzu Chi di sana, maka kita dapat membagikan bantuan secara langsung ke tangah korban gempa. Dengan adanya bantuan relawan Tzu Chi luar negeri, penyaluran bantuan kita upaya akan lebih aman dan lancar. Inilah yang terjadi di Ekuador. Begitu pula di Jepang.

Kebetulan kita mengenal seorang Bodhisatwa yang sering pergi ke Jepang untuk berbisnis. Beliau juga berkata bahwa beliau bersedia membantu kita. Jadi, kini kita juga tengah membuat perencanaan untuk penyaluran bantuan di Jepang.

Relawan Tzu Chi di Jepang juga tengah berupaya untuk membuat perencanaan. Mungkin dalam waktu singkat, kita akan memasuki lokasi bencana. Berhubung Shinkansen belum beroperasi kembali, maka mereka harus menempuh perjalanan jauh dengan mobil. Akan tetapi, mereka tetap bersedia pergi ke sana. Dunia ini sungguh membutuhkan cinta kasih.

Kita juga melihat gelombang panas di India. Kini suhu udara setempat sudah mencapai 45 derajat Celsius. Selain suhu udara yang tinggi, India juga dilanda kekeringan. Banyak orang yang tak dapat bercocok tanam. Populasi jiwa di India sangat banyak. Saat kondisi iklim tidak selaras, sungguh kehidupan menjadi sangat sulit. Warga setempat kesulitan untuk bertahan hidup.

Kehidupan di dunia ini sungguh penuh penderitaan. Buddha yang lahir di zaman India kuno juga merasakan penderitaan di dunia ini. Penderitaan di dunia sungguh tidak terkira. Inilah tujuan Buddha lahir ke dunia ini. Beliau memilih lahir di negara yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dan memiliki berbagai macam keyakinan. Karena pandangan yang berbeda-beda, kondisi di sana sangat sulit.

Buddha memilih lahir di tempat yang penuh kesulitan untuk membentangkan jalan yang rata bagi semua umat manusia. Namun, itu sangatlah sulit. Sejak Buddha parinirvana, sekitar 100 tahun kemudian, ajaran Buddha mulai menyimpang. Kini di India, ajaran Buddha perlahan-lahan menghilang. Jadi, ajaran Buddha di India tidak terlalu berjaya. Ini hal yang sangat disayangkan. Untuk mempertahankan ajaran kebenaran di dunia bukanlah hal yang mudah.

Saat memiliki kesempatan, kita harus sepenuh hati mendengar ajaran Buddha dan menyerapnya ke dalam hati. Buddha mengajarkan kepada kita untuk terjun ke tengah masyarakat. Penderitaan di dunia sangatlah banyak. Apa pun agama yang dianut, kita hendaknya membangkitkan cinta kasih dan menyemangati lebih banyak orang untuk terjun ke tengah masyarakat.

Saat melihat orang berbuat baik, dan meneladani kebaikan mereka. Saat melihat orang melakukan kebaikan, kita hendaknya meneladani mereka untuk bersama-sama melakukan kebaikan. Inilah yang disebut meneladani kebaikan orang lain. Selain itu, kita juga harus turut bersukacita saat melihat orang berbuat baik. Inilah yang Buddha ajaran kepada kita.

Saat melihat orang berbuat baik, kita hendaknya turut bersukacita dan memuji mereka. Sebagai umat Buddha, kita hendaknya menyebarkan kekuatan cinta kasih ke seluruh dunia. Janganlah kita membeda-bedakan agama. Asalkan memiliki cinta kasih, maka kita hendaknya saling bekerja sama.

Kita juga melihat di Inggris, sebuah organisasi amal Katolik mendirikan pusat penampungan bagi para tunawisma. Delapan tahun lalu, relawan Tzu Chi pernah berkunjung ke pusat penampungan itu untuk menyediakan makanan hangat bagi para penghuni di sana. Di saat musim dingin, relawan Tzu Chi membagikan pakaian hangat dan lain-lain. “Kalian selalu datang untuk menyiapkan makanan hangat yang lezat. Setiap orang sangat menyukainya. Kalian menyiapkan menu makanan lezat yang berbeda dengan menu harian kami. Setiap orang sangat menyukainya,” ujar Lucy Dunne.

Lihatlah antarumat beragama saling memuji dan menyemangati. Melihat semua itu, kita dapat merasakan dunia yang harmonis dan kekuatan cinta kasih. Baik umat Katolik, umat Kristen, maupun umat Buddha, semuanya bersama-sama mengembangkan kemurahan hati dan cinta kasih untuk bersumbangsih. Lihatlah betapa indahnya hal ini.

Di Sierra Leone, relawan Tzu Chi bekerja sama dengan Healey International Relief Foundation dan Caritas Freetown Foundation untuk menyalurkan bantuan dari desa ke desa. Sebagian besar anak-anak di sana tidak memiliki alas kaki. Relawan Tzu Chi dari Filipina dan dari Malaysia lah yang mengirimkan sepatu baru ke Sierra Leone.

Di Taiwan, kita juga mengumpulkan pakaian bekas layak pakai. Setelah mencucinya hingga bersih, kita memuatnya ke dalam empat peti kemas untuk dikirimkan ke ke Sierra Leone. Di sana, relawan kita mulai membagikannya. Inilah kekuatan cinta kasih.

Warga Taiwan sungguh penuh cinta kasih. Setiap minggu, relawan Tzu Chi pergi ke stasiun untuk melayani anak-anak yang berketerbatasan gerak. Selama bertahun-tahun ini, mereka selalu memberi pelayanan dengan sikap yang ramah bagi anak-anak yang berketerbatasan gerak. Selain membantu warga kurang mampu membersihkan rumah, relawan kita juga tak henti-hentinya memperhatikan orang yang menderita penyakit.

Sungguh, dunia ini penuh dengan kehangatan. Asalkan kita dapat menyemangati lebih banyak orang untuk mengulurkan sepasang tangan mereka guna mewujudkan cinta kasih lewat tindakan, saya yakin dunia kita ini akan sangat indah dan damai.

Membangkitkan kesadaran dan memetik hikmah dari bencana yang terjadi

Mempersiapkan barang bantuan untuk menjangkau para korban

Menyerap ajaran Buddha ke dalam hati dan menerapkannya dalam keseharian

Bersumbangsih dan membentakangkn jalan yang rata bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 April 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.

Ditayangkan tanggal 23 April 2016
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -