Ceramah Master Cheng Yen: Membangun dan Menjalankan Ikrar dengan Tekad yang Teguh

“Kami menggalang donasi sendiri untuk membeli beras dan makanan yang sederhana, bagi para anak yatim piatu,” kata relawan Namibia.

“Kita berkumpul karena Tzu Chi. Tanpa Tzu Chi, kita tidak akan ada di sini. Jadi, saya berterima kasih kepada Tzu Chi yang mengajari kita berbuat baik. Di Zambia, kami merasa gembira,” kata relawan Zambia.

Kita harus memahami bahwa Bodhisatwa harus memiliki akar keyakinan. Dengan akar keyakinan yang kuat dan tekad yang teguh, kita tidak akan merasa takut dalam menghadapi segala hal di dunia ini. Jika hati kita murni tanpa noda dan kita tidak berbuat salah, fisik dan batin kita akan tenang serta bebas dari kerisauan dan ketakutan.

Kita hendaknya berfokus menapaki Jalan Bodhisatwa, memiliki pemahaman yang mendalam, serta membangun dan menjalankan ikrar. Jika bisa demikian, akar keyakinan kita akan tertanam sangat dalam dan kuat, tekad kita juga akan sangat teguh.

Meski diterpa angin kencang dan hujan deras, asalkan akar pohon tertanam kuat, dalam, dan luas, maka pohon ini bisa berdiri kukuh. Dengan akar keyakinan yang dalam dan tekad yang teguh, kita bisa terbebas dari rasa takut dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan mantap.

 

“Saat memijat penerima bantuan, ingatlah untuk menekan bagian ini dengan keras. Ini dapat melancarkan peredaran darah. Kalian juga harus ingat, saat memijat, perhatikan ekspresi penerima bantuan. Jangan sampai mereka merasa sakit,” kata relawan Afrika.

“Anda bisa memasak bubur yang encer dengan beras ini agar kesehatan Anda lebih cepat pulih,” kata relawan Afrika lainnya.

“Anggap ini sebagai kartu doa saja. Kami tidak meminta Anda untuk mengubah keyakinan. Kami juga berasal dari gereja yang berbeda-beda. Ini tidak akan memengaruhi agama dan keyakinan Anda,” kata relawan Afrika Selatan yang lainnya lagi.

Relawan Pan Ming-shui di Afrika Selatan mulai menjalankan Tzu Chi di sana sejak lebih dari 20 tahun yang lalu. Saat itu, masyarakat tidak tenteram dan terjadi banyak pergolakan. Relawan kita menggenggam jalinan jodoh untuk menabur benih kebajikan dan menjalankan Tzu Chi di sana dengan kesungguhan hati.

Relawan kita juga membuka kelas menjahit. Para pengusaha dari Taiwan menyumbangkan banyak mesin jahit agar kaum perempuan dari keluarga kurang mampu dapat belajar menjahit dan menguasai suatu keterampilan. Inilah jalinan jodoh pada saat itu.

Para relawan kita telah membimbing relawan lokal dengan baik. Saat itu, sekelompok pengusaha dari Taiwan, seperti Bapak Zhang Min-hui, Bapak Fang, Bapak Lin, dan Bapak Pan, membangkitkan tekad Bodhisatwa dan bekerja sama untuk menjalankan misi Tzu Chi di sana. Mereka menghimpun kekuatan dan membagi tugas untuk menolong orang yang membutuhkan. Relawan Pan terus berbagi dengan relawan lokal bagaimana menjalankan Tzu Chi dan melakukan pembagian tugas.


Waktu berlalu dengan sangat cepat. Kisah Tzu Chi Afrika Selatan sangatlah panjang. Janganlah kita melupakan tahun itu dan orang-orang itu. Relawan Pan terus membimbing relawan lokal di Afrika Selatan hingga mereka bisa menjalankan Tzu Chi secara mandiri, bahkan menjangkau negara lain di Afrika untuk menginspirasi relawan baru.

Kini kita telah memiliki relawan di sembilan negara di Afrika. Tzu Chi Afrika Selatan bagai markas besar yang terus menyebarkan cinta kasih di Afrika. Di berbagai negara di Afrika, terdapat banyak orang yang kekurangan. Para penerima bantuan sangat bersyukur. Mereka selalu berkata, “Kalian adalah malaikat utusan Tuhan.”

Saya berkata pada relawan kita bahwa kita harus memberikan bantuan tanpa memandang perbedaan agama, tetapi kini, kita juga harus berbagi kebenaran yang dibabarkan oleh Yang Mahasadar di Alam Semesta. Yang Mahasadar di Alam Semesta mengajarkan cara untuk melenyapkan kekurangan batin. Orang-orang yang kekurangan secara batin tidak bisa membuka pintu hati sehingga tidak bisa melihat kebenaran dan hidup dalam kesesatan.

Karena itulah, kita harus bertekad untuk membabarkan Dharma di dunia dan menjangkau orang-orang yang paling menderita. Kita harus berbagi Dharma dengan semua makhluk tanpa rasa takut. Mengapa orang-orang di Afrika begitu kekurangan? Karena karma mereka.

Berhubung kita membawa Dharma ke sana, kini mereka juga memahami hukum karma dan tahu untuk menciptakan berkah. Meski sangat kekurangan, mereka bisa mengatasi segala keterbatasan untuk berbagi dengan orang-orang tentang Tzu Chi dan mengajak orang-orang untuk berdonasi meski hanya satu koin. Mereka menggalang donasi sedikit demi sedikit. Bagai Bodhisatwa Sadaparibhuta, kritikan orang tidak menggoyahkan tekad mereka. Demikianlah mereka bersumbangsih demi Tzu Chi.

 

Mereka meneladani insan Tzu Chi. Mereka menuju arah yang benar dan bekerja keras menggalang tetes demi tetes donasi. Ada seorang relawan yang memiliki beberapa anak yang mengalami keterbatasan fisik. Namun, dia menggalang donasi bukan demi anak-anaknya, melainkan demi orang kurang mampu. Demikianlah semangat Bodhisatwa dunia.

Para relawan lokal telah menolong banyak orang. Saya bertanya pada Relawan Pan, “Dari mana datangnya dana mereka?” Dia berkata, “Lebih dari 90 persen digalang oleh para relawan lokal sedikit demi sedikit untuk menolong sesama.” Mereka memanfaatkan sumber daya setempat. Saya sangat tersentuh dan tidak tega melihat kerja keras mereka.

Saudara sekalian, meski para relawan di Afrika hidup dalam kondisi serba sulit, tetapi mereka bisa selangkah demi selangkah membebaskan diri dari kondisi sulit dengan melenyapkan kekurangan batin. Meski tetap kekurangan secara materi, tetapi batin mereka telah terbebas dari kekurangan, bahkan bisa menolong sesama. Terdapat banyak kisah nyata yang menyentuh di sana.

Singkat kata, untuk mempelajari Dharma, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita baru bisa memahami kebenaran sejati. Jadi, kita hendaklah terjun ke tengah masyarakat, seperti Bodhisatwa Sadaparibhuta. Kita harus sangat bersungguh hati dan bersyukur setiap waktu.

Mendengar insan Tzu Chi luar negeri berbagi pengalaman, kita tahu bahwa mereka menjalankan Tzu Chi dengan memanfaatkan sumber daya setempat. Kita bisa melihat banyak teladan Bodhisatwa. Kita harus senantiasa membina rasa syukur dan lebih bersungguh hati.

Membangun dan menjalankan ikrar dengan tekad yang teguh
Tekun menabur benih kebajikan dan menciptakan berkah
Yang Mahasadar di Alam Semesta membabarkan kebenaran
Terjun ke tengah masyarakat untuk memahami kebenaran sejati 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 02 November 2019

Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -