Ceramah Master Cheng Yen: Membangun Empat Ikrar Agung dan Mempraktikkan Enam Paramita

“Saat mempelajari konsep daur ulang Tzu Chi, saya mengikuti kelas pelatihan relawan daur ulang dan melihat Bodhisatwa lansia yang sudah beruban dan tidak leluasa bergerak sedang membungkukkan badan untuk melakukan daur ulang. Ini membuat saya menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang bekerja. Kemudian, lahan posko daur ulang kami diambil kembali oleh pemiliknya. Para Bodhisatwa lansia harus pergi ke tempat yang lebih jauh demi melakukan daur ulang. Mereka tidak leluasa naik dan turun bus. Setelah turun dari bus, mereka masih harus berjalan kaki selama belasan menit. Bagi para Bodhisatwa lansia, berjalan kaki sangat menguras tenaga, apalagi selama belasan menit. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Karena itu, saya menyediakan tempat bagi para Bodhisatwa lansia untuk melakukan daur ulang. Saat datang untuk melakukan daur ulang, mereka sangat gembira. Bersumbangsih bagi orang yang berbuat baik juga sangat menyenangkan dan sangat penting bagi saya,” tutur Zhang Dao-yuan Relawan Tzu Chi. Kakak Zhang Dao-yuan beserta istri dan putranya di Zhongli, Taoyuan pergi ke berbagai titik untuk mengumpulkan barang daur ulang.

 

Yang harus senantiasa kita lakukan ialah memuji orang yang berbuat baik. Saat melihat orang lain berbuat baik, kita turut bersukacita untuk mereka serta mengajak orang-orang untuk bersama-sama berbuat baik. Ini disebut mendukung pencapaian orang lain. Selain mengajak orang-orang berbuat baik, kita juga harus mengajak mereka untuk mendalami dan mempraktikkan Dharma. Berbuat baik saja tidak cukup, kita juga harus lebih banyak mendengar Dharma.

Waktu untuk berbuat baik sangat singkat karena hidup manusia tidaklah kekal. Sesungguhnya, berapa lama kita bisa berbuat baik? Meski menciptakan berkah dari kehidupan ke kehidupan, jika kita tidak mendalami Dharma, maka saat menikmati berkah, pikiran kita akan bergejolak. Saat noda batin terbangkitkan, kekuatan baik dan buruk akan tarik-menarik. Saat berbuat baik, kita tetap terbelenggu oleh kegelapan dan noda batin. Demikianlah berkah dari berbuat baik.

 

Kita harus membina berkah sekaligus kebijaksanaan dengan lebih banyak mendengar Dharma agar bisa memahami kebenaran. Dengan memahami kebenaran, kita bisa menjaga keharmonisan dengan sesama dan menangani segala hal sesuai prinsip kebenaran. Kita harus mengajak orang-orang untuk mendalami dan mempraktikkan Dharma. Untuk mempertahankan prinsip kebenaran hingga selamanya, setiap orang harus terus mewariskan Dharma. Dengan demikian, jiwa kebijaksanaan baru bisa terus bertumbuh.

Kita harus tekun dan bersemangat melatih diri. Setelah mempraktikkan Dharma, kita baru tahu betapa berharganya Dharma. Kita harus terus-menerus mempraktikkan Dharma dengan tekun dan bersemangat, baru bisa kembali pada sifat hakiki kita yang murni. Jadi, kita harus tekun dan bersemangat melatih diri. Saya sering memberi tahu kalian untuk menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri.

 

Saya sering memberi tahu kalian untuk menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri. Kita harus meneladani hati Buddha. Inilah arah tujuan kita. Hidup manusia penuh dengan penderitaan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mendengar dan melihat banyak kisah tentang penderitaan. Melihat orang lain menderita, kita merasa tidak tega serta turut merasakan kepedihan dan penderitaan mereka. Kita harus membina perasaan senasib dan sepenanggungan. Inilah yang disebut hati Buddha.

Hati Buddha penuh cinta kasih dan welas asih agung. Hati Buddha murni dan tidak ternoda. Kita harus melenyapkan keakuan. Tujuan kita ialah mencapai kebuddhaan. Karena itu, kita mempraktikkan Enam Paramita, yakni dana, disiplin moral, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Enam Paramita ialah enam metode pelatihan diri yang harus dipraktikkan dengan teguh. Ini merupakan sarana pelatihan diri kita. Bagaimana cara berdana? Kita harus berdana dengan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan serta membangun Empat Ikrar Agung, yakni menyelamatkan semua makhluk yang tidak terbatas, memutus noda batin yang tiada akhir, mempelajari pintu Dharma yang tidak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Inilah ikrar agung kita.

 

Dalam mempraktikkan Enam Paramita, kita tidak boleh melewatkan dana. Kita harus menyelamatkan semua makhluk untuk mendukung pelatihan diri kita. Karena itu, kita selalu bersumbangsih dengan sepenuh hati. Meski batin dan fisik merasa lelah, kita tetap bersumbangsih dengan sukarela dan penuh sukacita. Selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga mengucap syukur. Inilah yang disebut tanpa keakuan.

Kita tidak merasa bahwa kita adalah “pemberi” dan orang lain adalah “penerima”. Semua makhluk ialah setara. Kita tidak melekat pada pemberi, penerima, dan apa yang diberikan. Berpegang pada kekosongan tiga aspek dana berarti tidak memiliki keakuan. Jadi, kita harus mempraktikkan Enam Paramita. Kita harus terus membangun ikrar.

Waktu terus berlalu, begitu pula prinsip-prinsip kebenaran. Kita harus menggenggam waktu. Meski waktu terus berlalu, tetapi kita harus menyerap Dharma ke dalam hati karena kebenaran selamanya tidak berubah. Dengan menyerap Dharma yang tidak bertambah dan tidak berkurang ke dalam hati, kebenaran selamanya tidak akan berubah. Meski mendengar Dharma setiap hari, Dharma di dalam hati kita tidak akan terlalu banyak.

 

Bagaimana Dharma bisa terlalu banyak? Jangan merasa bahwa Dharma yang kita dengar sudah cukup. Dharma selamanya tidak bertambah dan tidak berkurang. Meski dipraktikkan, Dharma tidak akan berkurang. Dharma yang benar-benar kita peroleh ialah Dharma yang kita praktikkan. Baik menolong sesama maupun menyerap Dharma ke dalam hati, semuanya tidak berwujud, tetapi apa yang ditabur, itulah yang dituai.

Berdana dapat menciptakan pahala. Saat berdana, apakah ada kemelekatan dalam hati kita? Memberi berarti memperoleh. Saat kita berdana, orang lain menerima bantuan, sedangkan kita memperoleh pahala. Kalian harus mendengarnya baik-baik dan memahami bahwa saat kita berdana, orang lain menerima bantuan yang berwujud, sedangkan kita memperoleh pahala yang tidak berwujud. Karena itu, kita harus membina rasa syukur.

 

Mengajak orang-orang untuk mendalami dan mempraktikkan Dharma

Menyelami inti sari Dharma dengan kebijaksanaan yang sempurna

Membangun Empat Ikrar Agung dan mempraktikkan Enam Paramita

Menciptakan pahala yang tak terhingga dengan kekosongan tiga aspek dana

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Maret 2019

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -