Ceramah Master Cheng Yen: Membasahi Batin dengan Dharma untuk Menapaki Jalan Kebajikan


Kita bisa melihat di Argentina, kebakaran hutan menghanguskan hutan yang luas. Argentina adalah negara yang luas. Namun, relawan Tzu Chi di negara tersebut sangat sedikit. Bodhisatwa dunia di negara yang luas ini sangat sedikit. Jadi, saat bencana terjadi, sulit bagi relawan kita untuk menyalurkan bantuan.

Contohnya Relawan Liang-dai beserta suaminya yang tinggal di daerah yang berjarak lebih dari 2.000 kilometer dari lokasi kebakaran. Jadi, sangat sulit untuk menyalurkan bantuan. Mereka harus menempuh jarak yang jauh. Mereka bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Saat Liang dai meminta izin pada suaminya untuk menyalurkan bantuan bencana, suaminya, dr. Gao, bukan hanya mendukungnya, tetapi juga terjun ke lapangan bersamanya.


Namun, dr. Gao juga berkata, "Bukan Master yang menyuruh saya pergi. Saya pergi atas inisiatif saya sendiri." Dia melakukannya atas inisiatif sendiri, bukan karena disuruh. Biasanya, dia selalu mendukung istrinya. Kini dia bukan hanya mendukung istrinya, tetapi juga turut bersumbangsih. Mereka melakukan perjalanan bersama untuk mencurahkan perhatian.

Sesungguhnya, apa penyebab kebakaran ini? Tidak tahu.

Setelah kebakaran terjadi, api terus merambat. Pikirkanlah, sebesar apa Bumi ini dan seluas apa hutan di Bumi ini? Hutan seluas apa pun tidak akan sanggup menghadapi bencana seperti ini.

Kebakaran hutan terjadi setiap tahun. Ini berkaitan dengan efek rumah kaca. Beberapa tahun ini, saya terus berkata bahwa Bumi tengah terserang demam. Para ilmuwan menyebutnya efek rumah kaca. Karena itulah, empat unsur menjadi tidak selaras.


Lihatlah, begitu turun hujan deras, terjadi tanah longsor yang membuat banyak desa tertimbun dan membawa dampak bencana serius. Ada pula wilayah yang kekurangan air hingga tanah retak-retak. Sumber air telah mengering, termasuk sungai dan sumur.

Beberapa hari ini, kita yang berada di Taiwan juga merasakan masalah keterbatasan air. Jadi, persediaan air terus menipis. Air merupakan sumber kehidupan bagi bumi dan manusia. Segala sesuatu di dunia ini tidak bisa bertahan hidup tanpa air.

Saudara sekalian, kita sungguh harus menghargai air bagaikan emas. Kita harus menghargai air. Setiap tetes air bagaikan emas. Kita hendaklah menghargainya. Kita harus menghargai sumber air, baik itu setetes, segelas, satu sumur, maupun satu sungai. Jika setiap orang dapat menghemat setetes air, tetes demi tetes air yang terakumulasi juga dapat memenuhi guci. Kita semua harus belajar menghemat air.

Bencana mendatangkan banyak pelajaran besar, termasuk cara menggunakan air. Populasi manusia terus meningkat, sedangkan sumber air terus berkurang. Tumbuhan, hewan, dan manusia di Bumi ini, semuanya membutuhkan air.


“Setiap hari, seekor babi menghabiskan 25
30 liter air. Kami menggunakan sekitar 50 ton air per hari. Yang digunakan di sini adalah air tanah,” kata Bapak Chen peternak babi di Pingtung.

Jadi, kita hendaknya berintrospeksi diri, bertobat, dan menghargai air. Untuk itu, bervegetaris adalah satu-satunya cara. Dengan bervegetaris, berarti kita hanya mengonsumsi tanaman pangan. Tanaman pangan mengandung gizi yang cukup, juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh kita.

Bumi telah menyediakan tanaman pangan yang berlimpah. Untuk itu, kita hendaknya berpuas diri dan bersyukur.

Pada saat yang sama, kita juga harus bersikap penuh pengertian dan mendalami prinsip kebenaran. Kita harus bersikap penuh pengertian dan waspada. Kita bisa melihat Argentina yang berada di belahan Bumi lain. Dari laporan yang terus dikirimkan dari sana, kita bisa melihat dan merasakan pentingnya Dharma bagi dunia ini saat terjadi banyak bencana.

Di Argentina terdapat sebuah kisah tentang seorang petugas pemadam kebakaran. Saat dia bergegas untuk memadamkan api dan kembali ke rumahnya, rumahnya sudah terbakar. Begitu pula dengan mobil pemadam kebakarannya. Jadi, semuanya sudah terlambat.


Alam telah memberikan peringatan. Kita hendaknya tersadarkan. Saat bencana terjadi, kita hendaknya memetik hikmah darinya. Kita harus menyelaraskan pikiran kita, baru bisa menyelamatkan dan melindungi Bumi. Agar Bumi dan umat manusia dipenuhi berkah dan ketenteraman, kita harus menggunakan Dharma untuk membasahi batin kita, bagai air hujan yang membasahi bumi.

Saat unsur tanah, air, api, dan angin selaras, dunia akan terbebas dari bencana. Untuk itu, kita harus menciptakan berkah bersama. Kita harus menggenggam jalinan jodoh untuk mengajak orang-orang menciptakan berkah. Dengan mengajak orang-orang menapaki jalan kebajikan, barulah kita bisa meredam bencana.

Kita harus bersungguh hati mendalami dan mempraktikkan Dharma dalam keseharian. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati setiap waktu.

Kebakaran hutan dan kekeringan terjadi di mana-mana
Menyadari bahwa kondisi di masa mendatang tidak terduga
Membasahi batin dengan Dharma untuk menapaki jalan kebajikan
Menyelamatkan dan melindungi Bumi dengan menciptakan berkah bersama
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 April 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 April 2021
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -