Ceramah Master Cheng Yen: Membasuh Batin dengan Dharma dalam Peringatan Tiga Hari Besar

Li fo zu (bersujud di kaki Buddha)

Jie hua xiang (menerima harumnya bunga)

Zhu fu ji xiang (semoga dipenuhi berkah)

Setiap tahun, kita memperingati Hari Ibu, Hari Waisak, dan Hari Tzu Chi secara bersamaan. Ini bukan hanya diperingati di Taiwan. Insan Tzu Chi di seluruh dunia mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Tujuan utama kita adalah menginspirasi rasa bakti setiap orang. Inilah hari berbakti kepada orang tua. Jadi, kita bukan hanya berbakti kepada ibu, tetapi juga berbakti kepada ayah kita. Karena itulah, kita menyebutnya Hari Bakti.

Kita juga harus membuat orang-orang memahami tujuan Buddha datang ke dunia ini. Buddha berharap dapat menggunakan air Dharma untuk membasuh semua makhluk dan mengairi ladang batin setiap orang agar di dalam hati setiap orang tertanam kebenaran. Inilah tujuan Buddha datang ke dunia ini. Jadi, dengan memperingati Hari Waisak berarti kita menyerap kebenaran ke dalam hati kita. Saat ini, kita harus mempraktikkan ketulusan, cinta kasih, dan rasa bakti dari lubuk hati kita. Berbakti dan berbuat baik merupakan dua hal yang tidak bisa ditunda.

“Kamu senang tidak saat mengikuti upacara?”

“Senang,” ucap Huang Jun-xian, seorang siswa TK di Penang.

“Mengapa senang?”

“Karena saya berdoa semoga Ayah dan Ibu sehat,” tambahnya.

“Kita harus bersyukur atas ajaran Buddha,” ujar Huang Jie-yu.

“Untuk mengikuti pemandian rupang Buddha, kita harus melenyapkan tabiat buruk kita,” kata Liu Jia-ming.

Guru-guru TK di Malaysia harus menjelaskan kepada anak-anak tentang Hari Waisak yang sekaligus merupakan Hari Ibu dan Hari Tzu Chi. Mereka menjelaskan prinsip kebenaran yang dalam dengan serangkai kisah yang sederhana. Mereka terus-menerus membimbing anak-anak untuk membangkitkan rasa bakti kepada orang tua, cinta kasih untuk berbuat baik, dan rasa hormat terhadap Buddha. Untuk itu, dibutuhkan waktu untuk memberikan serangkai pendidikan.

“Sesungguhnya, saya agak khawatir karena untuk membuat anak-anak mengikuti upacara dengan tertib, kita harus lebih berhati-hati dan mengatur segalanya secara mendetail. Dengan begitu, anak-anak akan penuh semangat pelatihan. Dan para orang tua pun bisa merasa tenang dan merasakan suasana yang khidmat dalam upacara pemandian rupang Buddha,” tutur Lin Hui-jia, guru para siswa TK tersebut.

“Bersujud di kaki Buddha. Angkat tangan tinggi-tinggi. Letakkan bunganya. Bersikap anjali.” Anak-anak diajari bersujud di kaki Buddha dan bersikap anjali. Berbagai tata krama dalam ajaran Buddha terus diajarkan kepada anak-anak.

“Kita mengikuti pemandian rupang Buddha untuk membersihkan batin kita,” ucap Liao Zi-yuan, siswa TK lainnya. “Berhubung di dalam batin kita terdapat noda, maka kita harus membersihkannya,” tambah Lin Qi-en.

“Apakah batinmu bernoda?”

“Terkadang ada, terkadang tidak ada,” jawab Lin Qi-en.

“Kapan batinmu bernoda?”

“Saat suasana hati saya tidak baik dan membuat ibu saya marah,” ujaarnya.

“Lalu, bagaimana?”

“Saya harus bertobat dan meminta maaf kepada Ibu,” tagas siswa TK ini.

 Di tempat yang jauh dari kita, insan Tzu Chi Malaysia mendidik anak-anak mereka seperti ini. Hari Ibu juga merupakan Hari Bakti. Bukan hanya sang ibu yang bersusah payah dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih melainkan kedua orang tua. Jadi, kita harus senantiasa membangkitkan kesadaran orang-orang untuk berbakti.

Kita bisa melihat seorang mayor jenderal mengundang ibunya pergi ke Kaohsiung sehingga ia bisa berlutut di hadapan ibunya untuk membasuh kakinya. Ia bertindak secara nyata sehingga bisa menjadi teladan bagi anak buahnya. Dengan menjadikan diri sendiri sebagai teladan, ia telah memberikan pendidikan moral yang nyata. Ia mengajari anak buahnya untuk berbakti dan berbuat baik. Ini sungguh luar biasa. Ibunya juga merasa sangat gembira. Ini merupakan momen yang tepat untuk memanfaatkan peringatan Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi guna mengharmoniskan masyarakat kita.

Di markas tentara yang besar ini, sekelompok anak muda ini dapat terinspirasi untuk berbakti kepada orang tua mereka. Saya sungguh sangat gembira melihatnya. Beberapa hari yang lalu, kita juga melihat relawan kita kembali membawa konsep berbakti kepada orang tua ke dalam lembaga pemasyarakatan.

Di dalam lembaga pemasyarakatan, para narapidana mengikuti kegiatan untuk mengungkapkan rasa bakti kepada orang tua. Mereka yang pernah membangkang dan melukai hati kedua orang tua mereka diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra.

Dengan cara seperti ini, mereka bisa menyadari banyak hal. Mereka yang turut berpartisipasi sangat tersentuh dan bertobat dari lubuk hati mereka. Selanjutnya, mereka mengungkapkan rasa tobat yang sangat dalam terhadap orang tua mereka.

Saudara sekalian, inilah metode praktis. Inilah keluarbiasaan ajaran Buddha, sangat praktis untuk membimbing semua makhluk ke dalamnya. Jika kita hanya berbicara tentang teori, orang-orang akan merasa bahwa ajaran Buddha hanyalah dogma. Namun, jika kita berbagi kebenaran lewat sumbangsih dan cinta kasih yang tulus, maka orang-orang akan tersentuh. Bukan hanya orang lain yang tersentuh, bahkan saya pun sangat tersentuh.

Kita juga bisa melihat penerima bantuan kita, seorang ibu yang masih muda. Dia berkata bahwa dahulu, jika ibunya menyuruhnya pergi ke arah timur, maka dia akan pergi ke arah barat. Namun, saat dirinya memiliki anak, dia baru memahami perasaan sebagai orang tua. “Saat putri saya berkata kasar kepada saya, hati saya terasa sangat sakit. Pada saat itu, saya baru tahu bahwa perkataan saya terhadap ibu saya dahulu telah melukainya sangat dalam,” tutur Ibu Li, salah satu penerima bantuan.

Kita harus tahu bahwa setiap orang akan menjadi orang tua kelak. Karena itu, kita harus menjadi teladan untuk generasi penerus kita. Kita bisa melihat bahwa ibu ini sudah tahu untuk berbakti dan membalas budi ibunya.

Jadi, pemandian rupang Buddha setiap tahunnya bukan hanya untuk mempersembahkan formasi yang indah dan agung. Bukan demikian. Sesungguhnya, upacara ini mengandung banyak pendidikan dan inspirasi. Karena itulah, kita menggelar upacara seperti ini setiap tahun.

Singkat kata, sebelum menjadi orang tua, orang-orang hendaknya belajar berbakti kepada orang tua terlebih dahulu. Ini merupakan pendidikan. Jadi, masyarakat harus harmonis, baru bisa membebaskan dunia dari bencana.

Membasuh batin dengan Dharma dalam peringatan Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi

Berbakti kepada orang tua dan berbuat baik tidak bisa ditunda

Membersihkan noda batin semua makhluk

Pemandian rupang Buddha mengandung pendidikanang dapat menciptakan keharmonisan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  10 Mei 2016

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -