Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Cahaya Harapan dengan Menebarkan Benih Kebajikan

Lewat rapat dengan relawan Filipina selama 2 hari, kita bisa mengetahui bahwa relawan Filipina telah menjalankan banyak misi Tzu Chi di sana. Filipina merupakan negara kepulauan. Bodhisatwa Tzu Chi telah menebarkan benih-benih cinta kasih di berbagai pulau. Mereka berbagi pengalaman serta menginspirasi orang-orang lokal dengan penuh kehangatan dan perhatian. Dari satu sungguh berkembang sampai tak terhingga. Kita bisa melihat sebuah tempat yang sangat tertinggal, yaitu di Pulpogan, Cebu. Anggota Tzu Cheng dan komite mendedikasikan diri di wilayah orang-orang yang kurang mampu.

“Lewat pembagian beras pada November 2015, kami baru mengetahui bahwa Pulpogan sangatlah tertinggal. Lihatlah, mereka tinggal di tempat seperti ini. Rumah mereka tak memiliki tembok. Mereka tinggal di rumah seperti ini. Lihatlah, rumah mereka begitu kecil. Kelihatannya seperti kandang hewan. Namun, di dalamnya ditempati oleh 7 orang,” kata Huang Li-li, relawan Tzu Chi Cebu.

Mereka menjalani kehidupan yang menderita. Kita bisa melihat dan merasakan kehidupan mereka yang menderita. Seperti itulah lingkungan hidup mereka. Apakah mereka sudah menetap? Tidak. Karena tanah yang mereka tempati bukanlah milik mereka. Terkadang, mereka dipaksa untuk pindah, tetapi mereka tak tahu harus pindah ke mana. Singkat kata, tak ada tempat tinggal yang tetap bagi mereka. Mereka hanya bisa mendirikan tempat tinggal dengan bahan material seadanya. Saya sungguh tak tega melihat dan mendengarnya.


“Ketika pergi ke sana, kami melihat anak-anak di sana tak ada yang merawat dan banyak orang yang kurang mampu tak punya makanan yang cukup untuk dimakan. Jadi, kami merencanakan untuk menyediakan makanan bagi mereka. Karena kami berpikir bahwa di sana banyak orang kurang mampu yang akan datang untuk makan, maka kami memasak banyak makanan. Namun, orang yang datang sangatlah sedikit. Kami pun pergi mencari mereka dan melihat mereka sedang berjudi. Mereka lebih mementingkan berjudi daripada mengenyangkan anak-anak mereka,” tambah Huang Li-li.

Mereka lebih mementingkan berjudi daripada merawat anak-anak mereka. Mereka telah kecanduan dalam berjudi sehingga tak bisa merawat keluarga dan anak-anak mereka. Ini menjadi lingkaran keburukan. Setelah menemukan hal ini, insan Tzu Chi mengadakan kelas budaya humanis untuk membimbing anak-anak mereka. Insan Tzu Chi berharap anak-anak itu tidak seperti orang tua mereka lagi. Jadi, insan Tzu Chi tidak hanya memberi bantuan biaya sekolah, tetapi juga mengadakan kelas budaya humanis bagi sekelompok anak itu agar dalam batin mereka perlahan-lahan tertanam benih cinta kasih. Anak-anak itu pun menggunakan kekuatan mereka untuk membantu orang yang lebih membutuhkan.

“Murid-murid itu berinisiatif untuk mengadakan program penyediaan makanan. Sejak November tahun lalu, mereka mengumpulkan barang daur ulang dan menjualnya. Berhubung bulan Maret tahun ini merupakan libur musim panas di Filipina, mereka mengadakan program penyediaan makanan bagi orang yang lebih membutuhkan. Hasil penjualan barang daur ulang itu hanya sekitar 30 dolar NT. Namun, orang tua mereka memberi mereka dukungan dan berkata, "Lakukan saja." Mereka menyisihkan beras di rumah dan menyumbangkannya. Ada yang menyumbang satu gelas beras, ada yang menyumbang dua gelas beras, ada yang menyumbang wortel, panci besar, dan sebagainya. Banyak orang yang ikut bersumbangsih,” jelas Huang Li-li.


Sekelompok anak itu berharap dapat menyediakan makanan  bagi orang yang lebih membutuhkan. Ada sebagian orang tak memiliki makanan. Jadi, mereka berharap dapat menghimpun kekuatan semua orang untuk menyediakan makanan bagi anak-anak yang kurang mampu. Meski bubur yang mereka masak berasal dari beras-beras yang dikumpulkan, tetapi setiap mangkuk bubur merupakan cinta kasih yang sangat berharga. Jika ada tekad, maka tak ada hal yang sulit. Hal yang benar, lakukan saja. Mereka sangat berharap tahun ini bisa 2 kali menyediakan makanan bagi orang yang lebih membutuhkan dengan mengandalkan kekuatan mereka sendiri dari hasil penjualan barang daur ulang. Inilah harapan mereka.

Meski setelah mengumpulkan uang selama beberapa waktu, mereka baru mendapat 30 dolar NT, tetapi begitu melakukannya, mereka tetap bertahan dan melihat apakah mereka dapat mencapai tujuan dengan mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Meski hanya semangkuk bubur yang sangat sederhana, tetapi saya sangat tersentuh. Sekelompok anak itu telah terinspirasi oleh orang tua mereka dan insan Tzu Chi untuk bersumbangsih dengan cinta kasih.

Setelah mengetahui hal ini, insan Tzu Chi bertanya kepada mereka, "Kalian melakukan hal ini, mengapa tak memberi tahu kami? Ini adalah hal baik." Anak-anak menjawab, "Kami melakukan hal ini karena insan Tzu Chi telah mengajari kami untuk bersumbangsih. Kami tidak memberi tahu kalian karena ingin memberi kalian kejutan." Insan Tzu Chi memang terkejut. Tak hanya insan Tzu Chi yang terkejut, saya juga sangat tersentuh.


Kita melihat anak-anak itu bisa menginspirasi anak-anak yang lain. Ketika melihat di atas tanah ada yang kotor, sekelompok anak itu sangat berinisiatif untuk membersihkannya. Ketika melihat tindakan sekelompok anak itu, anak-anak yang sedang bermain pun ikut membersihkannya. Saat membantu dan melihat di tanah ada air, mereka pun segera berlari pulang untuk mengambil peralatan guna membersihkannya. Setelah melihatnya, orang-orang dewasa di sekitarnya juga terinspirasi oleh anak-anak itu dan turut membantu untuk membersihkan. Seperti itulah wilayah yang kotor dibersihkan oleh mereka.

Jadi, kita jangan meremehkan kekuatan kecil, baik anak-anak maupun orang dewasa. Perbuatan baik telah menginspirasi mereka yang menerima bantuan serta mendorong mereka untuk membantu diri sendiri dan orang lain. Pada awalnya, insan Tzu Chi membagikan beras kepada mereka, sering memperhatikan mereka, dan mendidik mereka. Orang yang menerima bantuan juga bisa menginspirasi orang lain dan membantu orang lain dengan usaha sendiri. Meski kekuatan mereka sangat kecil, tetapi dengan adanya tindakan, maka akan ada harapan.

Para warga tinggal di rumah yang tak memiliki tembok

Para murid penerima bantuan menyediakan makanan bagi orang yang lebih membutuhkan

Melakukan daur ulang dengan usaha sendiri

Para murid penerima bantuan membersihkan jalan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Agustus 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 22 Agustus 2018
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -