Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat bagi Dunia dengan Cinta Kasih, Welas Asih, Sukacita, dan Keseimbangan Batin
“Sebelumnya, kami tidak tahu ada bencana topan sebesar ini. Di Singapura, kami juga tidak pernah melihat atau merasakan bencana seperti ini. Ini adalah jalinan jodoh yang berharga karena kami dapat bersumbangsih bersama di sini untuk mewujudkan cinta kasih agung tanpa syarat dan welas asih agung yang merasa sepenanggungan,” kata Huang Shun-wei, relawan Tzu Chi Singapura.
“Kami membantu membersihkan lumpur yang begitu tebal. Saat melihat korban bencana merasa tenang, kami juga merasa bahwa semua ini sangat sepadan,” kata De Kan, Bhiksuni Griya Jing Si.
“Kalau hanya pakai sekop, lumpur tidak bisa diangkat. Kita harus menggunakan mesin, baru bisa mengangkat lumpur dengan lancar. Tidak peduli di mana terjadi bencana, relawan Tzu Chi pasti hadir di lokasi. Kami selalu berusaha mengejar waktu dan mengerahkan seluruh tenaga untuk menolong,” kata He Wan-chun, relawan Tzu Chi Kaohsiung.
“Banyak sekali orang yang datang membantu. Saya sangat berterima kasih. Saya berterima kasih kepada Master yang telah mengutus begitu banyak orang untuk membantu. Saya sangat bersyukur. Terima kasih,” kata Bapak Liao, korban bencana.
“Kita akan selalu bersamamu,” kata relawan Tzu Chi.
Saya sering berkata, "Terima kasih." Saya berharap semuanya bisa memiliki kesatuan hati dan tekad untuk terus mewariskan semangat bersumbangsih tanpa pamrih dengan cinta kasih. Inilah teladan yang bisa kita wariskan kepada generasi berikutnya.
Sejak dahulu, kita berpegang pada hati yang bajik untuk melakukan perbuatan baik. Selama itu benar, maka lakukanlah. Hingga kini, saya tetap memegang teguh tekad sederhana itu dengan penuh ketulusan dan kesungguhan. Saya berharap semuanya dapat bersatu hati untuk bersumbangsih dengan tulus dan mewariskan keteladanan kepada generasi berikutnya. Saya rasa ini adalah permintaan yang sangat sederhana.

Di era ini, hendaknya kita menciptakan berkah bagi masyarakat. Kita harus bersumbangsih secara nyata dan menjadi teladan bagi banyak orang. Kita seharusnya menjadi teladan. Sifat hakiki manusia ialah bajik. Semua orang pada dasarnya memiliki pikiran yang bajik, hanya saja kebiasaannya berbeda-beda. Oleh karena itu, kita perlu memiliki sikap toleransi dan terus menyemangati satu sama lain.
Hendaknya kita membina insan berbakat dengan baik. Kita sendiri pun harus memiliki hati yang lapang dan pikiran yang murni. Setiap hari, saya selalu mengingatkan bahwa kita harus melatih diri agar berhati lapang dan berpikiran murni. Hati dan pikiran sangatlah penting.
Saya percaya bila kita memiliki kesepahaman untuk menumbuhkan pikiran baik, kita bisa membentangkan jalan Tzu Chi dengan rata dan menanam pohon-pohon di sekitarnya. Dengan begitu, siapa pun yang menapaki jalan ini dapat berjalan dengan mudah, penuh sukacita, dan merasakan kesejukan. Jadi, jika orang di depan menanam pohon, orang di belakangnya dapat berteduh. Inilah cara berpikir yang harus kita miliki. Singkat kata, saya sangat berharap bahwa kita bisa sungguh-sungguh membina insan berbakat.
Di zaman yang terus berubah ini, pengetahuan juga terus meningkat sehingga istilah baru terus bermunculan. Jika ada sesuatu yang tidak kita pahami, kita dapat menghimpun orang-orang yang mengerti dengan berkata, "Mari bergabung. Inilah silsilah Dharma, mazhab, dan arah kita." Bagaimana hendaknya kita menapaki Jalan Tzu Chi? Kita harus membuat generasi muda lebih memahami apa yang kita lakukan. Semua ini bergantung pada generasi kita sekarang. Kita harus memiliki hati yang lapang dalam membina generasi muda.

Hendaknya kita bersungguh hati. Kita bukan mengejar keuntungan, melainkan ingin menjalankan Empat Misi Tzu Chi dengan stabil dan lancar. Jadi, hendaknya semuanya bersatu hati untuk saling menyemangati dan saling memuji. Hal terpenting ialah bekerja sama dengan harmonis. Saya sangat bersyukur atas Empat Misi Tzu Chi. Hal yang paling saya syukuri sepanjang hidup ialah ada begitu banyak orang yang bersedia bersumbangsih. Bahkan, semuanya bersumbangsih tanpa pamrih dan terus mendukung Tzu Chi. Inilah hal yang sangat saya syukuri.
Misi amal ialah wujud cinta kasih. Jika misi amal dijalankan secara luas, ia dapat membawa manfaat besar bagi dunia. Jadi, hendaknya misi amal tersebar ke seluruh dunia. Langkah kita tidak melekat di tanah sehingga kita bisa berjalan lebih jauh. Semua orang yang bersumbangsih tanpa pamrih harus memiliki semangat seperti ini. Silsilah Dharma kita ialah bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.
Semua agama di dunia, selama itu benar, pasti memiliki tujuan yang sama. Sesungguhnya, tanah suci ada di hati setiap orang. Semua orang pada dasarnya memiliki tanah suci di dalam hati masing-masing. Dapat dikatakan bahwa surga juga terletak di dalam hati kita sendiri. Singkat kata, cinta kasih itu tanpa batas.
Semua orang dari berbagai ras dapat bersumbangsih dengan cinta kasih. Tzu Chi ialah cinta kasih agung. Kita bersumbangsih bagi dunia dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Inilah empat semangat yang diajarkan oleh Buddha. Ini mencakup semua perbuatan baik di dunia. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk bersumbangsih dan berbuat baik. Hendaknya kita memiliki hati yang lapang untuk melakukan hal baik bagi semua orang di dunia. Saya berharap kita semua terus bersatu hati.

Hati kita bagaikan sebuah cermin bulat besar. Kini, di perempatan jalan sering dipasang cermin tikungan. Saat berhenti, kita bisa melihat dari cermin itu apakah ada kendaraan di depan, kiri, atau kanan. Jika ada kendaraan lain, kita harus menunggu. Jadi, ada lampu lalu lintas yang membantu kita, juga ada cermin tikungan yang memperluas sudut pandang kita ke segala arah. Ini semua adalah hal-hal duniawi, tetapi juga merupakan kebijaksanaan duniawi. Inilah kebijaksanaan di dunia ini.
Hendaknya kebijaksanaan kita digunakan untuk menghadapi semua orang dan hal. Dengan demikian, barulah segala sesuatu di dunia bisa benar-benar mencapai kesempurnaan. Inilah pendidikan agama. Apa pun agamanya, selama benar dan tidak mengajarkan takhayul, semuanya mengajarkan tujuan hidup. Jadi, hendaknya kita saling menghormati. Saya berharap Dharma duniawi seperti ini bisa kita jalankan di yayasan ini.
Yayasan Tzu Chi harus seperti sebuah cermin tikungan yang memberikan sudut pandang lebih luas sehingga kita bisa melihat dan melakukan lebih banyak hal. Hendaknya kita selalu meningkatkan kewaspadaan dan memperhatikan apa yang dibutuhkan dunia ini, lalu mendedikasikan diri dengan segenap tenaga. Inilah moto sepanjang hidup saya.
Menjadi teladan dengan rasa syukur dan sumbangsih tanpa pamrih
Membina insan berbakat dengan hati yang lapang dan pikiran yang murni
Cermin bulat besar mengandung kebijaksanaan dan kebenaran dunia
Membawa manfaat bagi dunia dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 September 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 02 Oktober 2025