Ceramah Master Cheng Yen: Membawa Manfaat bagi Sesama dengan Praktik Bodhisatwa


“Saat saya baru datang ke Taiwan, kendala bahasa, perbedaan budaya, dan pernikahan tanpa fondasi emosional membuat saya sering merasa kesepian dan tidak berdaya. Beruntung, pada masa-masa tersulit itu, ada yang mengajak saya mengikuti kelas pendampingan imigran baru. Di sana, saya belajar bahasa Mandarin dan budaya setempat. Yang lebih menyentuh ialah kehangatan mereka yang bagaikan keluarga saya sendiri,”
kata Le Thi Hong Phuong, relawan Tzu Chi.

“Ada satu Kata Renungan Jing Si yang berbunyi, ‘Daripada mengubah orang lain, lebih baik mengubah diri sendiri terlebih dahulu.’ Saya pun mulai mengubah diri sendiri dan mewariskan kekuatan kebajikan kepada putri saya,” lanjut Le Thi Hong Phuong.

“Kini, saya dan putri saya bersama-sama menapaki jalan Tzu Chi dan merasakan kebahagiaan yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. Dengan kebahagiaan ini, saya berikrar untuk mendampingi lebih banyak saudari imigran baru bergabung dalam keluarga besar Tzu Chi,” pungkas Le Thi Hong Phuong.

Ada seorang profesor yang pernah berbagi dengan saya bahwa di dalam otak setiap orang, terdapat satu bagian yang berkaitan dengan altruisme. Dari sini bisa diketahui bahwa semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Altruisme ini adalah hakikat kebuddhaan. Jadi, dari sudut pandang sains, medis, dan filsafat, semua orang memang memiliki hakikat kebuddhaan. Namun, jika bagian ini tidak diaktifkan, selnya akan tertidur.

Profesor Shih memberi tahu saya bahwa jika bagian ini tidak diaktifkan, ia akan tertidur. Karena itu, kita hendaknya senantiasa mengaktifkan kebajikan dan cinta kasih kita. Dengan senantiasa mengaktifkan cinta kasih dan kebajikan, kebijaksanaan yang murni tanpa noda akan secara alami terbangkitkan. Setiap orang memiliki kebijaksanaan yang murni tanpa noda. Ini memang dimiliki oleh setiap orang. Di dalam otak setiap orang, terdapat bagian yang berkaitan dengan altruisme. Jika kita tidak mengaktifkannya, ia akan tertidur dan tidak dapat menjalankan fungsinya.

Orang-orang sering berkata, "Saya akan memikirkannya." Jika kita memikirkan hal baik, sel otak bagian ini akan aktif. Namun, jika kita diliputi noda batin, kegelapan batin, dan pikiran pengganggu, yang kita aktifkan bukanlah sel otak bagian ini, melainkan bagian lain yang berkaitan dengan kebiasaan makhluk awam. Kebiasaan yang penuh ketamakan akan berkembang menjadi tabiat yang selalu mengutamakan diri sendiri dan mengabaikan orang lain.


Dahulu, saat membabarkan Sutra, saya berkata bahwa selama berbagai kehidupan lampau, makhluk awam telah membina kebiasaan buruk, yakni selalu tamak dan mementingkan diri sendiri. Karena itu, sulit bagi orang-orang untuk bersumbangsih. Ketamakan manusia tidak berujung. Dalam meneladan Buddha, kita belajar menuju pencerahan. Jadi, kita harus belajar untuk membawa manfaat bagi orang lain, bukan selalu diliputi ketamakan.

“Orang-orang bertanya pada saya, ‘Mengapa kamu begitu bersusah payah mengadakan bazar amal?’ Ini mungkin sebagai wujud rasa bakti saya. Setiap kali bencana terjadi, melihat ketidaktegaan dan kekhawatiran Master terhadap semua makhluk yang menderita, hati saya terasa sakit. Saya berpikir, ‘Apa yang harus saya lakukan untuk meringankan beban di pundak Master?’,” kata Lin Lü Mian, relawan Tzu Chi.

“Saya memberanikan diri untuk mengadakan bazar amal selama setahun meski hati saya merasa tidak tenang. Semua saudari imigran saya harus bekerja dan sering lembur. Ada pula yang merupakan tulang punggung keluarga. Namun, teringat akan welas asih dan ikrar agung Master, kami tetap ingin melakukan tindakan nyata,” lanjut Lin Lü Mian.

“Para saudari imigran memiliki cinta kasih, doa, dan rasa bakti yang berlimpah. Kami hanya berusaha untuk turut meringankan beban di pundak Master serta memberikan bantuan dan kehangatan kepada semua makhluk yang menderita. Hingga kini, tidak ada yang mengeluh sulit ataupun Lelah,” pungkas Lin Lü Mian.

Kita harus melatih kegigihan dan kekuatan ikrar kita untuk berbuat baik dan mengerahkan kekuatan cinta kasih. Dengan mengasihi orang lain, barulah kita benar-benar mengasihi dan mendukung pencapaian diri sendiri. Mendukung pencapaian orang lain berarti mendukung pencapaian diri sendiri. Mari kita merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Jika bisa memahaminya, berarti kita tersadarkan.


“Setelah menikah dan datang ke Taiwan, istri saya selalu murung dan tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan di Taiwan. Beruntung, 10 tahun yang lalu, dia mengenal Tzu Chi sehingga merasa seperti pulang ke rumah sendiri. Kemudian, dia mengikuti kelas pendampingan imigran baru di Luzhou. Dia berusaha keras untuk mengajak imigran baru mengikuti kelas. Dia juga sering mengunjungi para imigran baru yang mengalami kesulitan dan membantu mengatasi kesulitan mereka,”
kata Zhang Guang-yi, relawan Tzu Chi.

“Kini, temperamen buruknya sudah tidak ada. Dia sepenuhnya berubah. Ini sungguh di luar dugaan saya. Tersentuh dan terinspirasi oleh istri saya, saya juga bergabung dengan Tzu Chi. Saya dan orang yang saya kasihi menapaki jalan yang sama dan melakukan hal yang sama. Inilah hal yang paling membahagiakan,” pungkas Zhang Guang-yi.

Demikianlah kehidupan. Ini membutuhkan jalinan jodoh. Kisah seperti ini mungkin hanya kita dengar atau bagikan sambil lalu, tetapi kebenaran yang terkandung di dalamnya sangatlah mendalam. Kita semua bagai anak miskin yang diulas dalam Sutra karena yang kita pahami tidak banyak, kesadaran dan kebijaksanaan kita terbatas, dan kita belum melihat hakikat sejati kita.

Kita bagaikan anak-anak. Jika waktu kita di kehidupan sekarang telah habis dan ada yang belum kita pelajari, berarti kita harus menunggu hingga kehidupan berikutnya. Jika kita tidak menjalin jodoh baik di kehidupan sekarang, akan sulit bagi kita untuk belajar di kehidupan berikutnya. Intinya, kita harus menggenggam hari ini.


Hari ini, kita memiliki jalinan jodoh baik. Saya berada di sini dan kalian datang untuk membagikan kisah kehidupan masing-masing dan saling mendengarkan. Ini disebut menyebarkan Dharma. Bukan hanya kata-kata saya yang bisa disebut Dharma. Dengan membagikan kisah dan pengalaman masing-masing atau apa yang kalian dengar dan lihat, orang-orang dapat mendengarnya. Saat orang yang mendengar merasa bahwa apa yang kalian katakan penuh kebenaran, mereka dapat belajar dari kalian dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Ini sangatlah penting.

Saya sering mengulas tentang hubungan antarmanusia. Kita berinteraksi sebagai mitra bajik. Buddha memotivasi kita untuk mendekati mitra bajik. Karena itulah, saya menyebut para insan Tzu Chi "Bodhisatwa". Kalian adalah makhluk berkesadaran. Saat saya menyebut kalian "Bodhisatwa", kalian hendaknya tahu bahwa kalian tengah belajar untuk menjadi Bodhisatwa. Singkat kata, ingatkanlah diri sendiri setiap hari.

Seperti yang dikatakan oleh Profesor Shih tentang bagian otak yang berkaitan dengan altruisme. Sel otak di bagian altruisme hanya khusus untuk bagian ini. Jika kita tidak mengaktifkannya, ia akan tertidur. Kita sering mengulas tentang kebiasaan. Kita harus membiasakan diri untuk mengaktifkannya dan memanfaatkannya dengan baik.

Setiap orang memiliki bagian otak yang berkaitan dengan altruisme
Membangkitkan kebijaksanaan yang murni tanpa noda
Belajar menuju pencerahan dan melenyapkan tabiat buruk
Mendekati mitra bajik untuk menjalankan praktik Bodhisatwa Bersama

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 18 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 20 Juli 2025
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -