Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan Bodhisatwa demi Masa Depan


Belakangan ini, saya sering mengatakan bahwa kita harus menelusuri kembali jejak Buddha. Berkat jalinan jodoh, relawan Tzu Chi Malaysia dan Singapura telah mendengar keinginan hati saya untuk melihat kondisi kehidupan yang ada di tempat kelahiran Buddha, yaitu Lumbini, Nepal dan membawa bantuan bagi mereka. Saya ingin melihat kondisi pendidikan, medis, dan lainnya di tempat itu.

Setelah melakukan survei, kita menyadari bahwa pendidikan dan pelayanan medis di sana sungguh kurang. Mereka yang awalnya menderita penyakit ringan, tidak mampu ke dokter hingga kondisinya menjadi lebih buruk. Para lansia banyak menderita penyakit serius dan akhirnya menjadi penyandang disabilitas.

Disabilitas yang diakibatkan oleh penyakit membuat mereka tidak dapat berdiri dan berjalan. Bagaimana mereka dapat bekerja? Lingkaran setan ini terbentuk karena penyakit dan disabilitas mereka. Bagaimana kita bisa membantu mereka?

Kondisi kota dan jalan di Lumbini, Nepal serta kondisi kehidupan masyarakat setempat sama seperti apa yang kita lihat dalam rekaman video. Lingkungan ini sungguh-sungguh masih hampir sama dengan lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Saya sangat tidak sampai hati melihatnya. Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi yang telah melakukan survei untuk memahami kehidupan di sana.


“Di desa itu, kita akan melihat banyak anak duduk bersila dengan salah satu telapak tangan menghadap ke atas. Sesungguhnya, mereka sedang menunggu wisatawan untuk menaruh uang di tangan mereka,”
kata Chen Ji-min Wakil Ketua Tzu Chi Malaysia.

Dalam kehidupan ini, segala sesuatu ditentukan oleh jalinan jodoh. Bagaimana cara mengubah lingkungan seperti ini? Satu-satunya cara ialah menjadi Bodhisatwa dunia. Hanya ketika kita terjun ke tengah mereka yang menderita, barulah kita bisa membangkitkan tekad dan ikrar untuk bersumbangsih. Hendaklah kita mengambil setiap langkah dengan mantap untuk menjangkau orang-orang yang menderita.

Relawan kita telah menjangkau desa mereka, memahami kondisi mereka, dan memulai penyaluran bantuan di sana. Bagaimana cara kita membantu para perempuan desa untuk memiliki pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah? Dalam satu hingga dua tahun terakhir, masker sangat dibutuhkan karena adanya pandemi. Jadi, kita membimbing mereka untuk membuat masker. Melalui program bantuan lewat pemberian upah, kita meminta mereka untuk memotong kain dan menjahitnya menjadi masker.


Tahun ini, berkat adanya jalinan jodoh, kita mulai memberikan bantuan kepada lebih banyak orang yang membutuhkan. Kita tidak boleh melepaskan setiap jalinan jodoh yang ada. Kita harus mengembangkan benih relawan di sana dan berharap akan ada orang yang bertekad dan berikrar untuk memahami semangat Tzu Chi serta bergabung dalam barisan Tzu Chi.

Saat ini, kita telah mengadakan kelas pelatihan relawan di sana selama beberapa waktu. Saya sangat bersyukur karena beberapa dari mereka mulai menjadi relawan bersama kita. Salah satunya bahkan telah menyediakan tempat untuk relawan kita tinggal dan menjalankan misi. Inilah jalinan jodoh.

Banyak orang menderita di sana. Dengan himpunan jalinan jodoh, Bodhisatwa dari negara lain secara perlahan dapat tiba di sana untuk bersumbangsih. Melalui kekuatan dan upaya bersama, kita dapat sungguh-sungguh membuat perencanaan bantuan bagi Lumbini, Nepal. Relawan kita dari Malaysia dan Singapura telah bersatu demi menjalankan misi Tzu Chi dan bekerja sama dengan kesatuan hati di Lumbini.


Saya berharap insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat memberikan perhatian bagi Lumbini. Jumlah orang yang banyak menciptakan kekuatan besar. Ketika kita menghimpun tetes demi tetes kekuatan, kita akan memiliki kekuatan besar untuk membantu mereka. Bagaimana kita membawa kembali ajaran Buddha dan prinsip kebenaran kembali ke Lumbini?

Ketika telah membentuk tim di sana, barulah kita dapat memulai misi dan menyelesaikannya. Dengan demikian, kita dapat membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha dan mewujudkan tekad kita untuk bersumbangsih. Ketika melihat jalan itu terendam air, ada orang yang bersedia untuk menyusun batu bata sehingga relawan kita dapat berjalan. Ini mencerminkan prinsip sesungguhnya dari bagaimana kita harus membantu orang lain. Perbedaannya hanyalah apakah prinsip ini diterapkan pada sesuatu yang besar atau kecil.


Dengan menyatukan upaya yang besar, kita bisa membantu banyak orang yang membutuhkan. Tanpa adanya batu bata, relawan kita mungkin tidak dapat menuju ke sana. Prinsip ini sama dengan prinsip membantu orang lain. Singkat kata, dibutuhkan orang yang bersedia untuk membentangkan jalan yang lurus dan rata agar semua orang dapat menapaki Jalan Bodhisatwa.

Jalinan jodoh Bodhisatwa terletak pada orang-orang yang menderita. Orang-orang menderita dapat terselamatkan dengan adanya Bodhisatwa dunia. Saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih bagi dunia dengan hati yang tulus tanpa pamrih.

Saya juga mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas waktu yang telah berlalu, yang memungkinkan Tzu Chi dapat menghimpun Bodhisatwa dunia yang terus membentangkan jalan hingga masa depan. Untuk itu, kita semua membangun tekad dan ikrar.

Lingkaran penderitaan terbentuk karena disabilitas, penuaan, dan penyakit
Membentuk ikatan jalinan jodoh dengan membentangkan Jalan Bodhisatwa
Tetes demi tetes sumbangsih dapat mengubah kondisi kehidupan
Kebajikan dapat bertunas hingga masa depan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 12 Agustus 2022
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -