Ceramah Master Cheng Yen: Membentangkan Jalan untuk Menyebarkan Dharma

“Master, terima kasih. Master seperti ibu saya. Hari ini saya sudah pulang. Kita semua adalah satu keluarga, benar? Master memiliki banyak relawan Tzu Chi seperti anak cucu sendiri, benar? Saya sangat bersyukur dan gembira dapat mengenal Tzu Chi. Jika memiliki tekad, kita akan memiliki kekuatan. Kita sungguh harus melakukan tindakan nyata untuk menjalankan tekad kita, benar?” tutur Zheng Jin, relawan Tzu Chi Malaysia.

“Benar,” jawab relawan lainnya.

“Master berkata bahwa kita semua harus patuh dan menjalankan Tzu Chi. Saya sungguh sangat berterima kasih,” lanjut Zheng Jin.

“Saya sungguh dipenuhi sukacita dalam Dharma karena saya juga sudah menabung 50 tahun di "bank usia". Semangat saya pun penuh kembali. Berhubung tinggal di samping pasar, saya sering menceritakan Tzu Chi di pasar dan juga telah menginspirasi nenek yang berusia 80 tahun. Dia melihat saya mengambil donasi, lalu bertanya, "Apakah besok kamu datang? Saya mau pergi ke bank guna menarik uang untuk disumbangkan." Keesokan hari, saat saya pergi, Nenek sungguh memberi saya 500 dolar Singapura. Saya sangat tersentuh. Jadi, kita jangan takut untuk menceritakan Tzu Chi. Kita harus menggenggam kesempatan untuk menceritakan Tzu Chi saat bertemu dengan orang agar lebih banyak orang mengetahui apa yang Tzu Chi lakukan,” cerita Sang Mei-hua, relawan Tzu Chi Singapura.

“Pada masa-masa awal, banyak relawan hanya sebatas melakukan daur ulang. Saat ada yang mengantar barang daur ulang, kita pun melakukan  pemilahan dengan sangat baik. Namun, saat beberapa warga di komunitas ikut bergabung, kita tidak hanya melakukan daur ulang, tetapi juga membimbing mereka. tetapi juga membimbing mereka. Kita menebarkan cinta kasih di komunitas dengan cara menghampiri setiap rumah untuk menceritakan konsep daur ulang. Kita juga dapat merasakan kekuatan cinta kasih yang terhimpun perlahan-lahan bertambah kuat. Selanjutnya, kita juga menyerbarkan Dharma ke seluruh komunitas, karena hanya dengan Dharma, kita baru dapat menyampaikan dengan benar konsep daur ulang kepada warga. Hanya dengan Dharma, relawan kita baru dapat mengerti dan teguh pada tekad untuk terus melakukannya,” imbuh Wu Nan-kai, relawan Tzu Chi Singapura.


Bodhisatwa sekalian, kalian mendengar Dharma dan menyebarkan Dharma, saya sangat berterima kasih dan sangat tersentuh. Relawan dari beberapa negara berkumpul pada kamp pelatihan di Taiwan. Insan Tzu Chi memiliki arah yang sama, yaitu misi amal, misi pendidikan, misi budaya humanis, dan sebagainya. Terlebih lagi, kita memiliki konsep pelestarian lingkungan.

Daur ulang benda berwujud, semua orang dapat melakukannya. Yang paling penting adalah daur ulang batin. Untuk mendaur ulang batin, satu-satunya cara adalah menyucikan hati manusia. Ini dilakukan dalam jangka panjang.

Kita bisa melihat U Thein Tun dan U San Thein di Myanmar. Kisah kedua orang ini sangat menyentuh. Sebenarnya, kondisi keluarga mereka tidak begitu baik. Untuk menyisihkan uang di celengan bambu, sebenarnya sedikit sulit bagi mereka. Jadi, mereka menghemat segenggam beras setiap kali akan memasak. Inilah kebijaksanaan. Siapa bilang orang kurang mampu tidak dapat membantu orang lain? Mereka menghemat beras yang mereka miliki untuk membantu orang yang lebih membutuhkan. Yang terpenting adalah memiliki niat baik.


“Saya sedih melihat petani terkena bencana, maka saya berbagi kepada orang-orang tentang celengan beras. Saya sendiri adalah seorang petani. Menghormati langit dan mengasihi bumi adalah kewajiban saya. Melihat mereka mendapat bantuan, saya juga sangat bersyukur,” kata U Thein Tun.

“Awalnya saya mendengar relawan Tzu Chi berbagi tentang semangat celengan bambu, lalu U Thein Tun berbagi kesan dan pengalamannya. Saya sangat mengagumi hal yang dia lakukan. Jadi, saya juga bersedia melakukannya,” tutur U San Thein.

Karena mendengar U Thein Tun berbagi pengalaman, U San Thein terdorong untuk menyisihkan beras. Dia sendiri juga pergi membeli botol untuk dibagikan kepada orang-orang.


“Saya setiap hari menyisihkan segenggam beras dan membangun niat bajik. Saya sangat mengagumi cinta kasih universal Master Cheng Yen. Jadi, saya meneladaninya dan mengunjungi orang dari rumah ke rumah guna menginspirasi mereka untuk berbuat baik dengan menyisihkan beras. Master berkata bahwa butiran beras yang terkumpul dapat memenuhi lumbung. Karena itu, sekarang kami lebih mawas diri; tak boleh memandang rendah satu butir beras pun. Kami menggalakkan celengan beras di desa. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Saya juga pergi ke desa lain untuk menceritakan semangat celengan beras dan memberikan celengan beras kepada mereka dengan harapan semua orang bisa ikut berpartisipasi,” imbuh U San Thein.

Kedua orang itu sekarang sudah menginspirasi lebih dari 980 orang di 15 desa. Lihatlah, jangan memandang remeh segenggam beras. Harus ada orang yang membangun ikrar seperti itu. Mereka mengumpulkan beras bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk membawa manfaat bagi orang yang membutuhkan. Mereka setiap bulan dapat membantu banyak orang yang menderita, seperti janda, anak yatim piatu, para lansia, dan orang sakit.


“Saya sangat berterima kasih kepada Master atas berdirinya kantor penghubung Tzu Chi di sebelah rumah saya. Dengan adanya begitu, saya bisa menggalang lebih banyak orang-orang baik untuk bersama saya mendengarkan ajaran Master dan bersama-sama menabung di celengan beras untuk membantu lebih banyak orang,” kata U San Thein.

Bodhisatwa sekalian, orang yang mempraktikkan ajaran Buddha tidak akan miskin. Intinya, kita menciptakan berkah bagi diri sendiri dan dunia; membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Inilah murid Buddha yang baik. Kita harus menyelami ajaran Buddha dan menciptakan berkah bagi dunia. Kita harus bersama-sama berusaha menjadi orang yang kaya batin. Benar? (Benar) Ya.

Asalkan memiliki semangat Tzu Chi, kita dapat berbagi Dharma dengan orang di seluruh dunia. Dengan demikian, benih-benih berkah dan Dharma dapat tersebar ke seluruh dunia. Hari ini saya sangat senang karena mendengar di setiap tempat dan negara ada Dharma. Baik mendengar, mewariskan, maupun membabarkan Dharma, kalian semua melakukannya dengan sangat baik. Hal yang benar, lakukan saja. Kita harus menggenggam waktu yang ada dan memanfaatkan kehidupan kita.

Saya sering mengingatkan bahwa jangan berkata usia kita sudah lanjut, terlebih kalian semua masih sangat muda. Kalian telah menabung 50 tahun di "bank usia". Dengan begitu, kalian menjadi sangat muda. Ada yang baru berusia 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 12 tahun, dan 20 tahun. Di sini hanya saya yang berusia lebih dari 30 tahun. Kalian semua masih sangat muda dan polos. Intinya, kita harus saling mendukung dan mengasihi; memperhatikan relawan yang lanjut usia dan membimbing relawan yang muda. Apakah kalian paham? (Paham)

Dunia ini sangat luas dan masih banyak orang yang menderita. Kita harus mengemban tanggung jawab untuk memikul bakul beras bagi dunia. Inilah harapan saya pada kalian semua. Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus bersungguh hati. Belakangan ini saya terus mengingatkan kalian untuk berjalan di arah yang benar serta membuka dan membentangkan jalan. Inilah misi kita di zaman sekarang. Apakah kalian paham? (Paham) Baik.

Kita harus menggenggam setiap detik dan memanfaatkan kehidupan kita untuk membentangkan jalan yang rata bagi masa depan. Harus ada orang yang terlebih dahulu membuka jalan yang lapang dan rata agar Dharma dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, generasi berikutnya dapat berjalan di jalan yang rata ini dengan baik. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih. Semoga kalian bisa menggenggam waktu.  

Butiran beras membangkitkan cinta kasih

Membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain untuk menghimpun berkah

Tekun dan bersemangat untuk menciptakan dunia yang tenteram

Membuka dan membentangkan jalan secara luas

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juni 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 28 Juni 2018

Editor: Metta Wulandari
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -