Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Bantuan Bencana di Mozambik

Kita bisa melihat Mozambik yang merupakan salah satu negara di Afrika Timur yang terkena dampak Siklon Idai. Wilayah yang terkena dampak bencana di Mozambik jaraknya lebih dari 1.200 km dari tempat tinggal insan Tzu Chi. Untuk memberi bantuan bencana, para relawan harus menempuh perjalanan sejauh lebih dari 1.200 km. Meski harus melewati jalan gunung, sungai, jembatan, dan jalan yang terputus, mereka tetap mengatasi semua kesulitan dan telah beberapa kali memberikan bantuan bencana. Mereka telah bekerja keras untuk memberikan bantuan bencana.

Saya juga sangat berterima kasih kepada para staf Da Ai TV yang pergi ke sana secara bergantian untuk meliput kondisi di sana. Di Mozambik, ada lebih dari 3.000 Bodhisatwa lokal. Mereka telah bergerak untuk memberikan bantuan bencana walaupun harus menempuh perjalanan sejauh lebih dari 1.200 km. Mereka adalah yang terbaik dalam menginspirasi para korban bencana. Mereka juga mendedikasikan diri di lokasi yang terkena dampak bencana secara bergantian untuk menghibur para korban bencana.

 

Bahasa yang digunakan relawan lokal kita sama dengan para korban bencana, maka relawan lokal kita lebih mudah berinteraksi dengan para korban bencana. Namun, kita bisa melihat bahwa para korban bencana benar-benar sangat menderita. Kita harus segera menyelesaikan bantuan darurat dan membuat perencanaan untuk bantuan jangka menengah atau jangka panjang. Kita berencana untuk membagikan paket peralatan bangunan dan barang kebutuhan sehari-hari terlebih dahulu.

Paket yang kita berikan kepada para korban bencana terdiri atas 14 jenis barang. Berhubung di sana ada banyak rumput liar atau rumput tebu, asalkan ada peralatan, para warga dapat membabat rumput. Berdasarkan budaya kehidupan warga lokal, asalkan ada rumput dan sedikit ranting pohon, semua itu dapat mereka gunakan untuk membangun tempat berlindung.

Namun, banyak warga lokal yang sangat kekurangan dan tidak mampu

membangun tempat tinggal yang layak. Contohnya perempuan ini. Dia hanya bisa mengumpulkan bahan seadanya untuk membangun tempat berlindung. Namun, itu tetap saja sangat bobrok.

“Di sini tempat tinggalnya,” kata Denise Tsai, Relawan Tzu Chi.

“Apakah dia menggunakan sisa batu bata dari rumahnya yang roboh?”

“Ya, dia menggunakan batu bata dari rumahnya yang roboh sebagai alas. Kelambunya sudah rusak, maka tidak bisa digantung. Pada malam hari, dia hanya bisa menutupi tubuhnya dengan kelambu. Jadi, pada malam hari, tubuhnya digigiti nyamuk,” jelas Denise Tsai, Relawan Tzu Chi.

  

Kita bisa melihat itulah rumahnya. Bukankah dia bagaikan hidup di neraka? Jadi, saya berkata bahwa ketika membuka mata, saya melihat banyak orang yang menderita di dunia dan ketika menutup mata, saya bagaikan melihat neraka. Sungguh banyak orang yang menderita yang menunggu bantuan dari kita.

Selama beberapa hari ini, saya melihat banyak relawan kita yang kembali ke Griya Jing Si untuk memperingati ulang tahun Tzu Chi ke-53. Saya mendorong mereka untuk sebisa mungkin memberi bantuan kepada korban bencana di Afrika agar kehidupan warga menjadi lebih baik. Kita harus membantu mereka membangun sekolah dan membuat perencanaan rekonstruksi jangka menengah dan panjang untuk wilayah yang terkena dampak bencana.

Sekarang, kita memberi bantuan darurat terlebih dahulu, seperti paket kebutuhan sehari-hari dan peralatan bangunan. Relawan kita memberikan bantuan secara langsung kepada para korban bencana. Berkat donasi yang dihimpun sedikit demi sedikit dan para Bodhisatwa yang bersedia membangun ikrar untuk bersumbangsih, kita dapat memberi bantuan berupa panci, tepung jagung, gula, dan lain-lain sehingga para korban bencana dapat bertahan hidup.

 

Kita juga memberi mereka benih kacang. Semua barang yang kita berikan sangat dibutuhkan bagi para korban bencana. Kita juga bisa melihat seorang bayi perempuan telah lahir. Di mana bayi itu dilahirkan? Di atas pohon.

“Dia berkata bahwa saat banjir hari itu, mereka berlari keluar rumah. Kemudian, mereka berlari keluar rumah. Kemudian, istrinya memanjat ke atas pohon. Ketika bayinya dilahirkan, dia menyambutnya dari bawah pohon. Dia berkata bahwa saat itu dia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa membawa anak dan istrinya tidur di tepi jalan selama 6 hari. Mereka tidak memiliki makanan untuk dimakan. Namun, mereka perlu minum. Jadi, dia mengambil air yang menggenang di jalan dan mencari kayu bakar, lalu menyalakan api untuk merebus air agar istrinya bisa meminumnya. Seperti inilah mereka hidup selama 6 hari,” tutur Denise Tsai, Relawan Tzu Chi.

Setelah melihat penderitaan, barulah kita menyadari berkah. Kehidupan kita sungguh memiliki berkah, maka kita harus menghargai dan menciptakan berkah. Kali ini, kita memberi mereka

paket bahan pangan dan peralatan bangunan agar mereka dapat membangun tempat tinggal. Kita bisa melihat sekelompok Bodhisatwa lokal di Mozambik yang sangat mengagumkan. Beberapa hari lalu, mereka mengadakan telekonferensi dengan saya. Mereka berikrar dengan tulus kepada saya bahwa mereka akan pindah dari ibu kota ke wilayah yang terkena dampak bencana dan tinggal di sana untuk menebarkan benih kebajikan dan membimbing warga lokal.

 

Kita berharap satu benih relawan tumbuh menjadi tak terhitung jumlahnya agar warga yang kurang mampu dapat bangkit kembali. Yang lebih membuat saya merasa tenang ialah di sana juga ada pengusaha dari Taiwan yang ingin menyumbangkan tanahnya.

Suatu hari, dia datang dan berkata pada saya, "Master, saya memiliki tanah seluas sekitar 2.000 hektare di Mozambik. Saya ingin menyumbangkannya kepada Master." Saya berkata padanya, "Anda tidak perlu menyumbangkan seluruhnya. Anda tetap jalankan sesuai rencana Anda untuk memulai pertanian di sana. Anda hanya perlu mengalokasikan beberapa ratus hektare lahan agar warga lokal dapat tinggal dengan aman di sana. Anda juga bisa mempekerjakan mereka untuk bertani. Dengan demikian, Anda bisa memanen tanaman dan mereka juga bisa mendapatkan uang untuk menjalani kehidupan yang stabil."

Ini adalah arah bantuan yang kita diskusikan baru-baru ini. Sekarang, kita sudah memberikan bantuan darurat bagi para korban bencana. Berhubung area yang terkena dampak bencana sangat luas,

kita tidak dapat menjangkau semua tempat dalam waktu singkat. Kita hanya memulai bantuan bencana di sebuah provinsi atau kabupaten. Jadi, mulai sekarang, kita harus membuat perencanaan jangka menengah dan jangka panjang untuk memberikan bantuan lanjutan di wilayah yang terkena dampak bencana.

 

Melihat penderitaan di dunia begitu membuka mata

Penderitaan korban bencana bagaikan di neraka

Memberi bantuan bencana tanpa henti

Berikrar untuk menebarkan benih kebajikan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 Mei 2019

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -