Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Manfaat bagi Semua Makhluk dengan Cinta Kasih Berkesadaran

“20 tahun lalu, saat baru ke sini, saya katakan dengan jujur bahwa saya tak dapat menemukan secarik pun kertas di lantai. Saat itu, kehidupan di sini sangat sulit. Namun, kini, kertas berserakan di mana-mana. Dahulu, saat saya baru datang ke sini, dapat terlihat langit biru dan awan putih. Akan tetapi, kini yang terlihat hanyalah asbut. Tidak terlihat yang lain. Sekarang matahari sudah terbit, tetapi langit masih sangat berkabut,” ujar Ji da Xin, relawan Tzu Chi.

Lihatlah Relawan Ji di Dongguan. Dia tinggal di sebuah perumahan mewah. Karena setuju dengan filosofi pelestarian lingkungan Tzu Chi, dia mewujudkannya lewat tindakan nyata serta berbagi konsep pelestarian lingkungan dengan tetangganya. Perlahan-lahan, di antara 1.000 keluarga di komunitas itu, ada 250 keluarga yang mendukung kegiatan daur ulang. Masih ada lebih dari 700 keluarga yang belum memberi dukungan. Ada warga yang tak peduli, ada warga yang menentang, ada pula warga yang sengaja merusak posko daur ulangnya. Ini membuatnya sangat putus asa. Saat surat kabar setempat menerbitkan berita tentang ini, dia malah mendapat banyak dukungan. Ini membuat semangatnya kembali bangkit. Dia memiliki keyakinan yang teguh untuk melakukan hal yang benar.

Setiap hari, dia keluar untuk mengumpulkan barang daur ulang. Meski ada orang yang memanggilnya pemulung, tetapi semangatnya tetap tidak dia goyah. Dia tetap melakukan dengan sukarela dan menerima dengan penuh syukur dan sukacita. Setelah mengubah pola pikir, noda batinnya terlenyapkan dan jiwa kebijaksanaannya pun bertumbuh. Inilah Bodhisatwa dunia. Dengan cinta kasih yang berkesadaran, Bodhisatwa terjun ke tengah umat manusia untuk berbagi konsep pelestarian lingkungan. Jika antarsesama dapat saling berinteraksi dan mendukung, maka akan ada banyak orang yang terinspirasi.

 

Kita jangan menganggap remeh diri sendiri. Kita dapat berbagi dengan semua orang tentang konsep pelestarian lingkungan. Gunakanlah hati yang tulus untuk mengajak orang-orang menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan melakukan daur ulang bersama kita. Jika setiap orang dapat mengubah tabiat buruk dan membina tabiat baik, bukankah mereka tidak akan membuang sampah sembarangan? 

Setiap orang hendaknya mengurangi sikap konsumtif dan pemborosan, menyadari pentingnya pelestarian lingkungan, dan bersama-sama bergerak untuk melakukan daur ulang. Jika demikian, apakah sulit untuk menyucikan dunia ini? Ini bergantung pada pola pikir manusia. Ya. Pola pikir sangat penting.

Setelah bergabung dengan Tzu Chi selama beberapa tahun, Relawan Jin gang mulai mengubah pola pikirnya. Selain bervegetaris sendiri, dia juga mengajak para karyawannya untuk bervegetaris seminggu sekali. Seminggu sekali, para karyawannya ikut bervegetaris. Biasanya, jumlah sampah dapur di pabriknya sangat banyak karena orang-orang mengambil banyak makanan, tetapi tidak menghabiskannya. Sisa makanan yang tidak habis dimakan selalu dibuang. “Setiap hari, kami membuang satu hingga dua tong sisa makanan. Sungguh disayangkan. Dahulu kami menggunakan cara pengenaan denda dan meminta petugas untuk mengawasi. Namun, semua cara itu tidak menyelesaikan masalah. Suatu hari, saya pergi ke ruang makan dan melihat salah satu karyawan saya yang memilih makanan yang disukainya dan tengah bersiap-siap untuk membuang sisa makanan ke tong sampah. Saat itu, saya langsung mengambil piringnya dan berkata, “Saya sangat menyukai makanan ini.” Kabar ini pun mulai tersebar. Setiap karyawan di pabrik mulai sadar untuk menghabiskan semua makanan di piring, menghargai berkah, dan tidak membuang-buang makanan,” cerita Lu Jin Gang.

Sejak saat itu, jumlah sampah dapur semakin berkurang. Kini di sana sudah hampir tidak ada sampah dapur. Bapak Jin gang menginspirasi para karyawannya dengan menjadi teladan nyata. Inilah kekuatan cinta kasih. Dia juga menyediakan makanan vegetaris bagi karyawannya seminggu sekali. Karyawannya berjumlah lebih dari 1.000 orang. Untuk menyediakan makanan daging, berapa banyak hewan yang harus dibunuh? Sebelum dimasak,

hewan-hewan itu dibunuh hidup-hidup. Tak peduli ditelan hidup-hidup oleh kita ataupun dibunuh hidup-hidup di pejagalan, semua itu sangatlah menderita dan sakit bagi mereka. Bayangkan jika kita berada di posisi mereka. Dalam ceramah tadi pagi, saya berbagi bahwa antarsesama manusia hendaknya memiliki cinta kasih yang berkesadaran. Orang sekarang menyebutnya dengan rasa empati. Kita hendaknya menempatkan posisi kita di posisi orang lain. 

Sesungguhnya, untuk menjadi orang yang penuh cinta kasih berkesadaran, bukanlah hal yang sulit. Setiap orang yang rela bersumbangsih adalah Bodhisatwa. Bersumbangsih bukan hanya hak orang berada. Asalkan kita rela mengerahkan tenaga untuk bersumbangsih dan turut bergembira saat melihat orang berbuat baik, itulah cinta kasih berkesadaran. Bagaimana cara kita menyelamatkan orang-orang yang menderita? Dimulai dari hal-hal kecil, kita dapat mengajak banyak orang untuk bersama-sama mengemban tanggung jawab yang besar.

Contohnya pascagempa di Tainan kali ini. Selain warga Taiwan, warga di Afrika juga bergerak untuk menggalang dana bagi Taiwan. Relawan Tzu Chi di seluruh dunia menggalang cinta kasih dan dana bagi Taiwan. Dengan hati yang tulus, relawan kita membangkitkan cinta kasih setiap orang untuk menciptakan berkah bagi Taiwan yang berada jauh dari mereka. Dahulu, saat ingin menyalurkan bantuan bencana internasional, kita yang berada di Taiwan juga turun ke jalan untuk menggalang dana. Kita berharap dapat mengajak orang-orang untuk menghimpun cinta kasih dan menciptakan berkah bagi semua makhluk. Ini yang disebut menciptakan berkah.

Meski disebut bersumbangsih, tetapi sesungguhnya kita tengah menciptakan berkah bagi diri sendiri, mewujudkan masyarakat dan negara yang aman, serta menumbuhkan jiwa kebijaksanaan sendiri. Meski kita terlihat seperti sangat lelah pada saat bersumbangsih, tetapi sesungguhnya itu adalah sebuah ladang pelatihan bagi kita untuk menciptakan berkah bagi komunitas kita serta membangkitkan cinta kasih setiap orang agar mereka dapat ikut bersumbangsih. Ada ungkapan berbunyi, “Keluarga yang selalu berbuat kebajikan pasti akan dipenuhi berkah.” Keluarga yang selalu berbuat kebajikan pasti akan dipenuhi berkah.

Satu kebajikan dapat melenyapkan bencana. Setiap orang dapat menggunakan cinta kasih untuk melenyapkan bencana dan menambah berkah. Kini ada banyak negara yang berdoa dan menggalang dana bagi Taiwan. Kita harus tahu untuk menciptakan berkah. Janganlah menciptakan karma buruk karena konsekuensinya sangat menakutkan. Dengan menciptakan berkah, masyarakat kita akan sangat harmonis. Sungguh, kita harus tahu untuk berintrospeksi dan bertobat demi mewujudkan dunia yang penuh cinta kasih.

Memiliki keyakinan dan tekad teguh untuk menciptakan dunia yang bersih

Bodhisatwa dunia memberi bimbingan dengan penuh ketulusan

Menjadi teladan nyata untuk bervegetaris dan menghargai berkah

Menghargai berkah untuk mengurangi bencana

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Februari 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 Februari 2016

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -