Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Manfaat bagi Sesama dan Mewariskan Ajaran Jing Si

“Pada tanggal 16 Februari 1998, malam hari itu cuaca sangat dingin.  Di malam hari yang berangin dan dingin itu, terjadi insiden kecelakaan pesawat,” kata Yang Jin-xue, relawan Tzu Chi.

Setelah menerima informasi ini, kami segera pergi ke bandar udara. Kami mengatur semua keluarga penumpang untuk menginap di hotel. Setiap relawan berinisiatif untuk memberikan perhatian. Keluarga penumpang juga berharap kami dapat pergi ke lokasi insiden untuk memberikan doa. Saat kami tiba di lokasi, mulai turun hujan rintik-rintik. Ada banyak anggota regu penyelamat di sana. Di tengah cuaca yang begitu dingin, yang paling kita butuhkan adalah teh jahe,” kata Wen Su-rui, relawan Tzu Chi.

“Saya lalu meminta Guru Cao Xue-fang yang tinggal di dekat sana untuk menyiapkan teh jahe. Sebelum pukul 4 pagi, dia sudah mulai memasak. Lalu, saya juga berpikir dengan begitu banyaknya orang di lokasi, mereka pasti membutuhkan makanan hangat. Saya segera meminta Kakak Chen Tian Min-zhi untuk menyiapkannya. Meski saat itu dia sudah berusia 70-an tahun, saya tetap berharap dia keluar untuk membantu. Dia juga bergerak dengan cepat. Sebelum pukul 6 pagi, makanan hangat sudah siap untuk dihidangkan,” imbuh Wen Su-rui.

 

“Dua tahun setelahnya, tepatnya pada malam hari tanggal 31 Oktober 2000, topan xangsane melanda Taiwan. Topan kali itu sangat besar,” imbuh Yang Jin-xue relawan Tzu Chi.

“Saat itu, di Bandar Udara Internasional Taoyuan kembali terjadi insiden kecelakaan pesawat. Hari itu terjadi angin besar dan turun hujan lebat. Dengan susah payah, barulah kami tiba di lokasi. Sebelum kami tiba, Kakak Luo Qing-yuan sudah menyiapkan teh jahe. Saat kami mengantarkan teh jahe kepada orang-orang di sana, mereka dengan serentak bertanya, “Apakah kalian relawan Tzu Chi?” Saat mendengarnya, kami merasa diliputi kehangatan. Pada hari kedua, pihak kepolisian meminta relawan Tzu Chi untuk mendampingi keluarga korban mengidentifikasi jenazah. Kami sangat bersyukur karena adanya pengalaman ini, kami memperoleh pengakuan dari berbagai pihak,” pungkas Wen Su-rui.

Kita dapat mendengar pengalaman relawan saat ketidakkekalan melanda. Kita sungguh jangan melupakan tahun itu. Kita harus belajar dari pengalaman. Saat hidup dalam kondisi aman dan tenteram, kita harus senantiasa bersyukur. Ketidakselarasan kondisi iklim dapat mendatangkan bencana. Dalam kehidupan di dunia ini, kita harus saling bekerja sama dan hidup dengan harmonis.

 

Relawan Tzu Chi tidak membeda-bedakan. Semua relawan Tzu Chi memiliki satu tujuan yang sama. Kalian memiliki tekad dan tujuan yang sama dengan saya. Tujuan kita adalah memberi manfaat bagi sesama dengan penuh cinta kasih dan welas asih. Karena adanya jalinan jodoh, saya meninggalkan keduniawian. Saya meninggalkan keluarga kecil dan cinta kasih kecil demi menuju cinta kasih universal. Saya berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang telah membangun tekad dan ikrar yang sama.

Semua orang memiliki Empat Ikrar Agung Bodhisatwa. Lihatlah, relawan Tzu Chi bukan hanya membantu orang kurang mampu, tetapi juga membimbing orang berada. Kita juga membimbing orang berada untuk ikut bergabung dengan kita. Masyarakat membutuhkan orang yang berpengaruh untuk mencurahkan cinta kasih. Kita mengajak orang yang berpengaruh untuk bergabung dengan barisan relawan Tzu Chi. Dengan begitu, baru kekuatan kita dapat semakin besar. Karena itu, kita terus menginspirasi orang-orang untuk bergabung dengan kita.

Di Tzu Chi, saya selalu merasa sangat tersentuh. Tanpa membeda-bedakan kaya atau miskin, status sosial, dan lain-lain, semua orang di Tzu Chi adalah sama. Selama lebih dari 50 tahun ini, inilah yang paling membuat saya terhibur.


Buddha memandang semua makhluk secara setara. Meski sekarang kita belum mencapainya, tetapi di antara sesama relawan Tzu Chi, semuanya adalah setara. Selama kita mengenakan seragam Tzu Chi, baik yang berwarna biru dan putih, berwarna abu-abu dan putih, mengenakan jas, maupun qipao, setiap relawan Tzu Chi selalu sangat tertib dan rapi. Inilah keindahan. Dengan hati yang tulus, mereka menampilan keindahan. Mereka memanfaatkan setiap detik dengan baik untuk mengemban misi Tzu Chi. Kehidupan mereka sungguh bernilai.

Di tengah kondisi iklim yang ekstrem sekarang, kita tetap menyalurkan bantuan ke berbagai negara dengan hati yang tulus. Janganlah kita hanya bersembahyang saja. Bersembahyang tanpa disertai  tindakan nyata tidak ada gunanya. Kita harus menjadi saksi bagi zaman ini dan mengukir sejarah bagi umat manusia.

Kita harus memanfaatkan setiap detik dalam kehidupan ini dengan baik. Janganlah membiarkan waktu kita berlalu dengan sia-sia. Kita harus menciptakan kehidupan yang bermakna dengan turut bersumbangsih bagi sesama.


Ajaran Buddha mengajarkan hukum sebab akibat kepada kita. Benih apa yang ditanam, demikiankah jalinan jodoh yang terjalin. Benih yang kita tanam sekarang menentukan jalinan jodoh kita pada kehidupan mendatang. Jadi, kita harus menghargai waktu dan jalinan jodoh.

Saya mendoakan kalian semua.

Kita harus terus  menghimpun kekuatan cinta kasih. Janganlah kita melupakan sejarah Tzu Chi dan sebersit niat awal kita. Kita juga harus menghormati semua orang karena semua orang adalah Bodhisattva.

Seiring berlalunya waktu, usia kita juga bertambah. Kita harus mewariskan ajaran Jing Si. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan Jalan Kebenaran. Sebagai murid saya, kalian jangan menyia-nyiakan kehidupan. Untuk menciptakan kehidupan yang bernilai, kita harus memberi manfaat bagi sesama. Kalian bisa mengenang kembali pengalaman kalian dalam memberi manfaat bagi sesama. Kalian juga dapat berbagi kisah dengan banyak orang. Inilah pewarisan ajaran Jing Si.

Kita harus menginspirasi generasi muda untuk membangkitkan cinta kasih. Dengan begitu, baru dapat tercipta masyarakat yang harmonis.

Menghargai jalinan jodoh dan menghimpun kekuatan cinta kasih
Memiliki tekad yang sama dengan Guru untuk memberi manfaat bagi sesama
Tulus menjalankan misi dan menaati sila
Bekerja sama dengan harmonis untuk mewariskan ajaran Jing Si

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 25 Agustus 2019

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -