Ceramah Master Cheng Yen: Memberi Persembahan dengan Rasa Hormat

“Para pengungsi dari Suriah tidak perlu membayar saat berobat ke rumah sakit umum di Turki. Masalahnya, mereka tidak bisa berkomunikasi. Karena itu, dokter tidak bisa melakukan apa-apa. Para dokter tidak dapat mengobati dan memahami kondisi para pasien. Karena itu, pengobatan terus tertunda. Kami bertemu dengan banyak keluarga yang meminta kami untuk membantu mereka mencari sebuah rumah sakit atau klinik kesehatan yang bisa memberi pengobatan pada mereka. Banyak pasien yang berobat ke rumah sakit umum, tetapi ditolak oleh dokter setempat karena kendala bahasa. Namun, jika mereka datang ke sini, maka kami akan menolong mereka,” kata Hu Guang-zhong seorang relawan Tzu Chi.

Kita bisa melihat di Turki, klinik kesehatan Tzu Chi telah resmi beroperasi. Kita bisa melihat para dokter dari Suriah kembali mengenakan jas dokter. Para dokter ini juga merupakan pengungsi. Kini, kita mempekerjakan mereka untuk membantu saudara sebangsa mereka dengan memberikan pelayanan di klinik.

“Dahulu, saya memiliki klinik, mobil, rumah, dan banyak barang lainnya. Sekarang saya sudah kehilangan segalanya. Saya masih ingat saat saya membawa anak saya meninggalkan kampung halaman, peluru berjatuhan bagaikan hujan. Meski kehilangan segalanya, tetapi setidaknya kami masih hidup. Saya bersyukur kepada Allah. Saat bertemu dengan pasien yang dahulu saya tangani di Suriah, saya merangkul mereka dan meneteskan air mata. Akibat perang dan pengungsian, dokter dan pasiennya sulit untuk bertemu kembali, “ ujar Abdul Jawad, Dokter klinik kesehatan Tzu Chi.

Mereka juga merupakan pengungsi. Tidak peduli profesi mereka adalah dokter, pengacara, atau apa pun, saat negara tidak tenteram, semua warga akan terkena dampaknya. Dengan bergabung di klinik kesehatan Tzu Chi, mereka dapat melayani saudara sebangsa mereka yang merupakan sesama pengungsi. Mereka juga sangat gembira dan penuh sukacita.

 

Di klinik ini, kita sudah bisa memberikan pelayanan di enam poli berkat para dokter yang bergabung untuk bersumbangsih bagi orang yang menderita. Memberi persembahan sama dengan bersumbangsih. Kita harus memperlakukan orang yang lebih tua dengan sopan dan penuh rasa hormat, mempraktikkan ajaran Buddha, membuat orang tua merasa tenang, dan mematuhi para guru. Ini semua termasuk memberi persembahan. Orang yang menderita sangatlah banyak. Jika kita bersedia menyediakan segala sesuatu yang mereka butuhkan bagi mereka dan membantu menjaga kelangsungan hidup mereka, maka ini juga termasuk memberi persembahan. Kita membantu mereka melengkapi apa yang kurang dalam hidup mereka dan membuat nyawa mereka terancam karenanya, seperti pengobatan.

Di dalam rumah sakit di provinsi ini, hanya terdapat 70 ranjang pasien dengan populasi sebesar 1,8 juta orang. Di sana juga tidak ada pendingin ruangan, hanya ada kipas angin. Bekerja di ruang bersalin sangat berat.

Di Debre Berhan, Ethiopia, kita bisa melihat Tzu Chi bekerja sama dengan Medecins du Monde dari Perancis untuk memperluas sebuah rumah sakit. Hari ini pada 16 tahun yang lalu, rumah sakit ini resmi beroperasi. Sebelum membantu memperluas rumah sakit ini, tepatnya pada tahun 1993, Tzu Chi juga bekerja sama dengan Medecins du Monde dari Perancis untuk menjalankan program bantuan medis selama tiga tahun di Ethiopia. Di sana, kita mendirikan dua pusat kesehatan, belasan posko kesehatan, dan tempat penampungan air. Berhubung kekurangan air, warga harus menempuh jarak yang jauh untuk mengambil air. Air yang mereka peroleh adalah air kotor. Berhubung tidak tega melihat kondisi mereka, kita pun mengalirkan air dari pegunungan ke daerah yang populasinya lebih padat. Kita membantu menyediakan air bersih bagi warga setempat agar mereka tidak meminum air yang kotor atau menggunakannya untuk memasak. Ini juga termasuk memberi persembahan. Inilah sumbangsih Tzu Chi di Ethiopia.

 

Kita sudah pernah bersumbangsih di negara seperti Ethiopia yang kondisi jalannya sangat buruk. Sepanjang perjalanan, yang terlihat hanyalah tank yang rusak dan berkarat di tepi jalan. Dari sini bisa diketahui bahwa perang saudara dalam jangka panjang telah membuat Ethiopia menjadi negara miskin. Saya sungguh merasa kasihan melihatnya. Inilah yang terlihat di Etiopia. Kita telah memberikan bantuan medis di sana. Memberikan bantuan juga termasuk memberi persembahan, baik bantuan berupa air maupun sarana kesehatan. Intinya, kita bersumbangsih demi melindungi nyawa warga setempat.

Kita juga bisa melihat Malaysia. Sumbangsih insan Tzu Chi pascabanjir dua tahun yang lalu telah menyentuh hati sepasang suami istri yang merupakan dokter.

“Kami juga ingin membersihkan surau, tetapi peralatan kami tidak selengkap Tzu Chi karena Tzu Chi telah sangat berpengalaman. Tentu saja, kami membutuhkan peralatan Tzu Chi, seperti traktor dan lori, untuk membersihkan semua lumpur itu. Yang paling mencolok dari Tzu Chi adalah mereka sangat disiplin dan cara kerja mereka sangat sistematis. Cara kerja mereka membuat saya sangat terkesan. Setelah pulang ke Kuala Lumpur, saya mulai mencari tahu tentang Tzu Chi. Lalu, saya mulai mengenal Tzu Chi. Kami tahu bahwa Tzu Chi juga telah menggelar beberapa kali baksos di Selayang dan menangani para pengungsi dari Myanmar. Itulah yang saya ketahui lewat pengamatan saya. Karena itu, kami berdua bergabung menjadi relawan dalam baksos kesehatan. Seperti inilah kami mulai mengenal Tzu Chi,“ kata Shaher Freh, Kepala Bagian Klinik Kesehatan Tzu Chi.

 

Meski menganut agama yang berbeda, tetapi melihat insan Tzu Chi bersumbangsih dengan tulus tanpa memandang perbedaan agama serta penuh rasa hormat dan cinta kasih membuat mereka sangat tersentuh sehingga bersedia bergabung menjadi anggota TIMA. Ini menunjukkan bahwa semua agama mengajarkan cinta kasih berkesadaran yang sama. Makhluk yang berkesadaran adalah Bodhisatwa. Dalam ceramah pagi hari ini, saya berkata bahwa para Bodhisatwa bukan hanya memberi persembahan di satu negeri atau kepada satu Buddha, melainkan kepada Buddha yang jumlahnya tak terhingga. Singkat kata, setiap orang yang kita temui merupakan Buddha masa depan. Hanya saja, buah karma akibat kegelapan batin dan karma buruk kolektif mereka membuat mereka dilanda penderitaan.

Meski demikian, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita tidak boleh meremehkan siapa pun. Setiap orang merupakan Buddha. Kita harus memperlakukan setiap orang dengan hati yang tulus. Kita harus tulus dalam menghadapi setiap orang dan masalah. Ini sangatlah penting.

Membantu saudara sebangsa yang merupakan sesama pengungsi

Saling mengasihi dan mengobati pasien dengan penuh rasa syukur

Memberi persembahan dengan bersikap sopan dan penuh rasa hormat

Semua agama mengajarkan cinta kasih berkesadaran


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Mei 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 1 Juni 2016

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -