Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Orang Lain Mendengar Dharma dan Memahami Kebenaran

“Tiba-tiba, tubuh saya mengalami perubahan. Saya tiba-tiba merasa bahwa dari seluruh tubuh hingga bagian wajah mati rasa. Begitu turun dari mobil, saya meminta istri saya untuk memanggil ambulans. Saat itu, detak jantung saya sangat cepat. Belakangan, saya merasa bahwa saya terkena serangan panik. Tanpa diketahui penyebabnya, kegelapan batin itu datang secara terus-menerus. Hingga kini, saya masih mengonsumsi obat,” ujar Chen Jian-ren, relawan Tzu Chi.

“Dengan melakukan daur ulang, fisik dan batinnya menjadi lebih nyaman. Dia bisa membuang noda batin dan pulang dengan sukacita dalam Dharma. Yang terpenting ialah ajaran Master. Demikianlah fungsi posko pendidikan daur ulang. Kita bukan sekadar melakukan daur ulang. Yang terpenting, kita tidak memiliki pamrih. Jika bisa bersumbangsih tanpa pamrih, kita akan merasa bahagia dan tenang secara fisik dan batin,” terang Luo Shui-qin, relawan Tzu Chi.

Di dunia ini terdapat banyak noda batin. Bagaimana kita menghapus noda batin dan kembali pada hakikat yang murni? Manusia awam senantiasa bersikap perhitungan serta diliputi kegelapan dan noda batin. Demikianlah manusia awam. Namun, lain halnya dengan para Buddha dan Bodhisatwa. Mereka bisa menjelaskan segalanya pada kita, seperti Dharma, materi, dan waktu. Karena itu, kita hendaknya menggenggam waktu untuk memahami prinsip kebenaran.

“Halo, maukah Anda menyosialisasikan konsep daur ulang bersama kami? Kami adalah relawan daur ulang. Saat kami terjun ke jalan untuk menyosialisasikan konsep daur ulang, awalnya orang-orang menolak. Sebagian orang tidak mengerti dan berkata, ‘Hal seperti ini adalah urusan pemerintah, tidak ada kaitannya dengan warga sipil,’,” kata Wang Xiuling, relawan Tzu Chi.

“Di komunitas kami, ada yang berkata, ‘Mereka mengumpulkan barang daur ulanguntuk kepentingan diri sendiri? Lihatlah, mereka menyetir mobil. Mereka kaya sekali, memiliki mobil sendiri,’, kata Ying Huiqun, relawan.

“Awalnya, ada yang berkata demikian. Namun, kami bersiteguh

melakukan sosialisasi setiap minggu agar warga mengerti bagaimana kita memanfaatkan dana hasil penjualan barang daur ulang. Kami menjelaskan bahwa dana itu untuk menolong orang yang membutuhkan, seperti anak-anak kurang mampu yang tidak mampu bersekolah dan keluarga-keluarga yang kekurangan karena jatuh sakit,” tambah Ying Huiqun.

Sebagai manusia awam, kita mendengar ajaran Buddha dan menyerapnya ke dalam hati dengan penuh sukacita. Kita juga membangun ikrar untuk membabarkan dan mewariskan Dharma setelah mendengar Dharma. Meski demikian, berbagi Dharma yang kita dengar dengan orang lain tidaklah mudah. Jadi, kita hendaknya turut bersukacita melihat orang lain mendengar Dharma.

Kita semua hendaknya mengajak orang-orang untuk mendengar Dharma. “Saya tidak bisa menjelaskan tentang Dharma yang saya dengar. Ayo, saya akan mengajakmu mendengar Dharma secara langsung.”

Apakah kalian masih ingat lebih dari 20 tahun yang lalu, saat kita menggalakkan donor sumsum tulang? Para Bodhisatwa lansia sangat antusias. Mereka pergi ke pasar dengan membawa selebaran. Ada orang yang bertanya, “Nenek, apa isi selebaran ini?” Relawan kita berkata, “Saya tidak tahu, ikutlah dengan saya.” Namun, orang-orang menolak untuk pergi bersamanya.

Dia tiba-tiba mendapat sebuah ide. Dia berdiri di sana dan berteriak, “Tolong, tolong.” Orang-orang pun melihatnya dan bertanya, “Nenek, apa yang terjadi?” “Ikutlah dengan saya. Setelah itu, kalian akan tahu.” Jadi, sekelompok orang pergi bersamanya. Di sana ada perawat RS kita, teknisi bank data donor sumsum tulang, dan anggota komite Tzu Chi.

Mereka lalu berkata pada orang-orang, “Kalian kemarilah, kami akan menjelaskannya. Dengan sebersit niat, kalian mungkin bisa menyelamatkan orang. Bergabunglah.” Mereka pun menjelaskan pada orang-orang. Anak muda yang antusias langsung mendaftar. Jadi, meski kita hanya manusia awam, asalkan bertekad untuk menolong sesama, tidak pandai berbicara tidak masalah.

Contohnya Bodhisatwa lansia tersebut. Dia bertekad untuk mengajak orang-orang ke stan kita. Meski dia tidak bisa menjelaskan, tetapi orang lain bisa menjelaskannya sehingga orang-orang bisa mengerti. Begitu pula saat kita ingin mengajak orang lain mendengar Dharma. Orang yang mengajak orang lain untuk mendengar Dharma sangat memahami Dharma dan turut bersukacita melihat orang lain mendengar Dharma.

Saat ada orang yang membabarkan Dharma, kita bisa mengerti, tetapi masih ada orang yang tidak mengerti. Karena itu, kita segera mengajaknya untuk mendengar Dharma. Baik yang membabarkan Dharma ialah anggota Sangha maupun umat perumah tangga, kita bertekad untuk segera mengajak orang lain mendengar Dharma.

Saat ruangan sudah penuh dan banyak orang yang berdiri untuk mendengar Dharma, jika ada orang yang merasa bahwa dirinya sudah memahami Dharma dan ada orang lain yang mungkin belum pernah mendengar Dharma, dia bisa memberikan tempat duduknya pada mereka agar mereka dapat duduk dan menyerap Dharma dengan tenang. Baik mengajak orang mendengar Dharma maupun memberikan tempat duduk pada orang lain untuk mendengar Dharma, keduanya dapat menciptakan pahala karena bertujuan untuk mendukung orang lain memahami Jalan Kebenaran.

Bodhisatwa sekalian, mengajak orang untuk mendengar Dharma sungguh dapat menciptakan pahala yang tak terhingga. Terlebih, jarak antara manusia awam dan orang suci sungguh sangat jauh. Saat melihat waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia, Buddha dapat melihat seluruh alam semesta, termasuk dunia ini, dan menyatukannya dengan waktu.

Bagi Buddha, setiap momen dapat bertahan hingga berkalpa-kalpa. Manusia awam hanya bisa melihat hubungan antarmanusia, hal, dan materi yang ada di depan mata karena diliputi noda dan kegelapan batin, sedangkan Buddha memiliki hati yang lapang dan bisa merangkul seluruh alam semesta.Inilah perbedaannya. Manusia awam hanya mementingkan ego, sedangkan hati Buddha sangat lapang dan bisa merangkul seluruh alam semesta, termasuk waktu dan dunia ini. Demikianlah hati yang bijaksana.

Kita harus mendengar Dharma dan menyatu dengan hati yang bijaksana agar bisa memahami Dharma dan terjun ke tengah masyarakat dengan penuh cinta kasih untuk membimbing orang-orang. Melenyapkan penderitaan semua makhluk, lalu berbagi Dharma dengan mereka, apakah kita melakukannya? Kita melakukannya.

Saya memberi tahu kalian bahwa kita mempraktikkan kebenaran yang terkandung dalam Sutra Teratai. Prinsip kebenaran ini menunjukkan jalan yang benar sesuai ajaran dalam Sutra. Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Bagaimana kita menapaki jalan ini? Mari kita mengenangnya. Kini kita harus bersungguh-sungguh mendengar Dharma.

Dengan mendengar Dharma, kita akan semakin mengerti apa yang telah kita lakukan dan apa yang harus segera kita lakukan sekarang. Jadi, mari kita melenyapkan ego dan jangan bersikap perhitungan. Kita mementingkan kehidupan dan bersumbangsih demi kehidupan orang lain. Setelah mendengar Dharma, kita akan semakin jelas tentang apa yang sedang kita lakukan. Jadi, mari kita senantiasa lebih bersungguh hati.

 

Turut bersukacita melihat orang lain mendengar Dharma

Membimbing orang lain mendengar Dharma dan melatih diri bersama

Menuju tataran orang suci dengan bersumbangsih demi orang banyak

Melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan sesuai Sutra Teratai

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Mei 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 13 Mei 2019

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -