Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Orang Melakukan Kebajikan dan Memupuk Berkah


“Tugas utama tim kami ialah mencari foto untuk pementasan adaptasi Sutra di Taipei Arena. Kami benar-benar berkecimpung dalam lautan foto demi mendapatkan apa yang dibutuhkan. Awalnya, kami sangat terpukul karena mengalami banyak kesulitan. Dalam pementasan ini, kita akan menampilkan kisah pada 58 tahun yang lalu tentang bagaimana Master mendirikan Badan Amal Ke Nan Tzu Chi. Pada masa-masa awal, kita belum memiliki struktur tim dokumentasi dan data yang lengkap seperti sekarang. Saat itu, dapat menerima satu foto saja sudah sangat bagus,”
kata Xiao Hui-ling relawan Tzu Chi.

“Dengan mempelajari kisah demi kisah Tzu Chi dan melihat foto-foto yang ada, orang-orang pasti akan sangat terkejut dan tersentuh,” kata Zeng Xiu-yi relawan Tzu Chi.

Tim ini sungguh merupakan benih inti sari Dharma. Setiap orang, terutama para relawan yang duduk di tengah ini, telah menghabiskan banyak waktu dan bekerja keras untuk menemukan foto-foto yang dibutuhkan. Menemukan foto-foto untuk menampilkan kisah Tzu Chi pada masa-masa awal sungguh tidak mudah.

Tadi, saya mendengar banyak relawan berbagi tentang bagaimana mereka berusaha untuk menemukan foto-foto tersebut. Dahulu, kita hanya bersumbangsih. Kita tidak memiliki kamera ataupun relawan dokumentasi untuk merekam video dan mengambil foto. Namun, pasti ada sejumlah foto yang sangat penting dan berharga.

Setelah menerima tugas untuk menempelkan penanda di lantai, kami sudah memiliki kesadaran bahwa jika kami tidak mengemban tanggung jawab untuk menempelkan penanda dengan baik, para partisipan pementasan tidak akan tahu ke mana mereka harus melangkah. Karena itu, kami mengatakan bahwa dengan adanya penanda di lantai, barulah orang-orang tahu ke mana mereka harus melangkah. Sejak akhir Juni hingga akhir September, setelah revisi 14 kali, barulah diperoleh hasil yang memuaskan. Kami menempelkan penanda di lantai hampir setiap minggu dan setiap kali membutuhkan waktu satu hingga dua hari. Prosesnya sangat menegangkan dan sangat rumit,” kata Zhan Long-zhen relawan Tzu Chi.


“Saat menempelkan penanda di lantai, sesungguhnya kami mengalami banyak kesulitan. Saya memberi tahu produsen stiker bahwa lokasi pementasan ada di Taipei Arena dan kondisinya akan gelap total. Pementasan ini melibatkan 1.516 partisipan. Kita berharap dalam kondisi gelap total, mereka tetap dapat melihat penanda di lantai. Akhirnya, kita menggunakan penanda yang bisa bersinar dalam kegelapan sehingga semua orang dapat melihat nomor di atasnya,”
kata Lai Li-qin relawan Tzu Chi.

“Awalnya, semua orang telah mengambil cuti pada hari Rabu untuk membantu menempelkan penanda sepanjang hari. Namun, harinya tiba-tiba diganti menjadi hari Selasa dan harus dirampungkan pada malam hari. Akibatnya, ada sekitar 80% orang yang tak bisa hadir. Karena itu, saya mencari 60 orang lagi untuk membantu. Saya sangat bersyukur kepada muda mudi ini yang bersedia membantu hingga pukul dua dini hari,” lanjut Lai Li-qin.

“Saat berpamitan dengan semua orang, mereka bukan mengatakan ‘sampai jumpa besok’, melainkan "sampai jumpa nanti" karena pada pukul enam pagi, mereka akan kembali ke Taipei Arena. Jadi, para relawan senior dari tim penanda dan para muda mudi ini bersama-sama merampungkan penempelan penanda di Taipei Arena,” pungkas Lai Li-qin.

Semua partisipan bisa menampilkan formasi yang rapi karena sebelum pementasan, ada panitia yang bekerja keras menempelkan penanda. Setiap orang tahu tempat tujuan mereka dan ke mana mereka harus melangkah. Mereka tidak boleh melewati batas dan harus menunaikan kewajiban masing-masing. Mereka harus berdiri di posisi masing-masing. Bukankah ini juga merupakan Dharma? Selalu ada metode untuk melakukan segala sesuatu dan kita harus bersungguh hati mempelajarinya.


Adakalanya, saya berkata bahwa kerja keras kita dalam menjalankan Tzu Chi selama ini bagaikan beton yang kokoh. Saya juga pernah berkata bahwa ini berkat kerja keras banyak orang. Himpunan kerja keras ini membentuk sumsum, yaitu sumsum Dharma. Selama bertahun-tahun ini, para relawan kita menjalankan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan tekad. Kalian telah mengikuti langkah saya dengan benar. Kalian juga bersungguh hati menyerap ajaran saya ke dalam hati. Meski demikian, menampilkan ajaran saya secara nyata sungguh tidak mudah.

Pementasan kali ini juga bertujuan untuk menampilkan ajaran saya. Namun, menampilkan hal-hal yang dilakukan oleh Tzu Chi pada setengah abad yang lalu dan saat ini membutuhkan kesungguhan hati. Karena itu, saya sangat bersyukur kepada Ci Yue. Dia sungguh sangat berbakat dalam hal ini. Dia selalu memiliki ide yang luar biasa. Dia juga merupakan Bodhisatwa. Jadi, dia memiliki metode tersendiri untuk membimbing orang-orang. Orang-orang pun bisa menerima bimbingannya dan memiliki semangat misi. Mereka bertekad untuk menuntaskan misi mereka.

Para relawan kita bekerja keras siang dan malam. Kita bisa melihat beberapa anggota Tzu Cheng yang bergadang. Saya yakin bahwa anggota komite pun ada yang bergadang. Sesungguhnya, ini bukannya tidak sulit, tetapi karena ada tekad, mereka merasa sukarela. Karena itu, mereka tidak merasa bersusah payah, malah merasa berbahagia. Jadi, meski harus bersusah payah, di dalam hati kita memiliki ikrar untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk.

Isi Sutra Makna Tanpa Batas ditampilkan dalam pementasan di atas panggung yang lengkap dengan musik dan foto. Saya sangat bersyukur kepada 2 rombongan pertunjukan. Mereka mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra dan sepenuh hati memenuhi permintaan kita. Mereka sangat bersungguh hati. Demi pementasan ini, mereka juga menyelami inti sari Dharma.


Pementasan adaptasi Sutra kali ini telah menunjukkan keindahan dari kekompakan pada orang-orang. Mengenai kebajikan, kita hendaknya memanfaatkan keindahan pementasan untuk mempromosikan kebajikan. Dengan melakukan kebajikan, barulah kita bisa memupuk berkah. Selain itu, kita juga harus membuat orang-orang memahami inti sari Dharma. Jadi, kita harus menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk.

Pementasan adaptasi Sutra di Taipei Arena kali ini juga termasuk penyebaran Dharma. Namun, bisakah kita benar-benar membawa manfaat bagi semua makhluk? Jika orang-orang hanya merasa sukacita saat menontonnya, itu sungguh sangat disayangkan. Bagaimana kita menyebarluaskan Dharma?

Dalam pementasan, ada sebuah adegan tentang setetes air yang terjatuh dan menimbulkan satu demi satu riak air yang terus meluas. Bagaimana kita menyebarkan Dharma agar bisa seperti setetes air yang menimbulkan riak-riak air yang terus meluas? Kita semua bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Kita harus membuat orang-orang merasakan bahwa kita semua bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Saya sangat bersyukur.

Waktu terus bergulir. Kalian semua bisa berbagi kesan dan pengalaman kalian setelah turut mengambil bagian dalam pementasan ini. Saya berharap setiap orang dapat menyebarkan Dharma karena setiap orang memiliki Dharma di dalam hati. Setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar di dalam hati. Saya berharap setiap orang dapat menampakkan stupa Puncak Burung Nasar ini. Setiap orang dapat menyebarkan Dharma. Jadi, menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk, ini sangatlah penting.   

Melatih sila dan samadhi lewat pementasan adaptasi Sutra
Panitia pementasan adaptasi Sutra bertekad menuntaskan misi
Menyebarkan Sutra Makna Tanpa Batas untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Membimbing orang melakukan kebajikan dan memupuk berkah

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 19 November 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 21 November 2023
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -