Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk dan Menjalin Jodoh Baik


“Saya adalah generasi pertama Tzu Ching di Afrika Selatan. Pada hari saya dilantik, saya mengatakan kepada Master bahwa Anakmu telah kembali. Saat itu, Master berpesan kepada saya untuk selalu tekun dan bersemangat. Saya selalu mengingat perkataan ini di dalam hati saya. Pada bulan April tahun lalu, ketika saya sedang bertugas di meja informasi bersama seorang relawan lansia, dia mengatakan kepada saya bahwa dia sangat frustrasi karena tidak bisa menggunakan telepon genggam. Jadi, saya menghabiskan waktu untuk mengajarinya cara menggunakan telepon genggam. Setelah mengerti cara menggunakannya, dia sangat gembira dan mengatakan, ‘Terima kasih, Ibu Guru Jian’. Mendengar ucapannya, saya merasa sangat terharu,”
kata Jian Yu-xian relawan Tzu Chi.

“Saya pun menuangkan interaksi saya dengan relawan lansia itu ke dalam sebuah artikel yang dipublikasikan di majalah bulanan Tzu Chi. Artikel ini dibaca oleh seorang narapidana di Pingtung dan dia menuliskan surat untuk saya yang dikirimkan ke Aula Jing Si Hsinchu. Di dalam suratnya, dia menuliskan bagaimana perasaannya setelah membaca artikel tersebut dan juga memanggil saya dengan sebutan ‘Ibu Guru Jian’. Dia mengatakan, ‘Saya ingin berhenti merokok, tetapi selalu gagal melakukannya. Apakah Ibu Guru Jian mempunyai solusi agar saya dapat berhenti merokok?’ Meski tidak memiliki pengalaman dalam hal ini, saya memiliki ajaran Master. Jadi, saya segera menulis surat balasan untuknya,” lanjut Jian Yu-xian.

“Pada tahun lalu, saat acara ramah-tamah tim pemerhati Lembaga Pemasyarakatan Pingtung, Kakak Cai Mei-hui sempat menunjukkan selembar cek dan mengatakan bahwa cek ini berasal dari seorang narapidana. Dia bertekad untuk mendonasikan setengah tahun tunjangan kinerjanya. Dia adalah narapidana yang saat itu membaca artikel dan menuliskan surat untuk saya. Ketika saya berusia 19 tahun, Master telah menanam sebutir benih cinta kasih di hati saya. Sekarang, saya juga dapat menanam sebutir benih cinta kasih di hati orang lain,” pungkas Jian Yu-xian.

Saya melihat para relawan sungguh sangat tekun dan bersemangat. Terutama setelah mendengar cerita yang dibagikan, saya menyadari bahwa relawan muda beberapa tahun lalu sekarang telah memasuki usia paruh baya dan mereka yang berusia paruh baya sekarang telah berusia lanjut. Saya sendiri juga bertambah tua.


Kini, waktu terasa berlalu lebih cepat. "Seiring berlalunya waktu hari ini, usia kehidupan juga makin berkurang." Setiap kali teringat kalimat ini, saya senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk tidak menyerah pada usia tua dan justru harus lebih tekun dan bersemangat. Berhubung tidak punya banyak waktu lagi, saya berjuang memanfaatkan diri saya sebaik mungkin.

Harap Bodhisatwa sekalian selalu ingat untuk tidak menyerah pada usia tua. Kalian harus mengatakan kepada diri sendiri bahwa kalian masih sangat berguna. Jadi, kita seharusnya menggenggam setiap kesempatan untuk terjun ke tengah masyarakat serta membagikan nilai-nilai Tzu Chi dan bagaimana kita bersumbangsih bagi masyarakat dan dunia. Setiap aktivitas yang telah dijalankan adalah bagian dari sejarah Tzu Chi. Kita harus membagikan kepada orang-orang tentang apa yang telah kita lakukan.

Berkat kemajuan teknologi saat ini, kita dapat mewujudkan kekuatan batin yang disampaikan Buddha. Setiap kali saya mendapatkan selembar kertas yang melaporkan bahwa para relawan dari belasan atau puluhan negara dengan beberapa ratus atau beberapa ribu sambungan sedang mendengarkan ceramah saya, saya merasa penuh pencapaian. Bukankah ini seperti kekuatan batin?

Pada zaman Buddha, Buddha menyebarkan Dharma dengan berjalan kaki. Ke mana pun Beliau pergi dan tidak peduli siapa pun yang ditemui-Nya, Beliau akan selalu menggenggam kesempatan untuk berbagi tentang kebenaran yang Beliau sadari. Namun, seberapa jauh kaki-Nya dapat membawa diri-Nya?

Kini, dengan memanfaatkan teknologi, para relawan yang berada puluhan ribu mil jauhnya juga dapat mendengarkan Dharma. Setelah mendengarkannya, mereka menjalankan praktik nyata dengan terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Mereka membagikan semua kebenaran yang telah mereka pahami kepada semua orang.


Sepanjang perjalanan Tzu Chi, insan Tzu Chi mendengar suara penderitaan dan menjangkau orang-orang yang menderita untuk memberikan pertolongan. Kita bukan hanya menyebarkan ajaran Buddha. Demi menolong orang-orang yang menderita, kita juga menjalin hubungan erat dengan para biarawati. Baik pastor, pendeta, maupun biarawati, kita bekerja sama dengan mereka untuk menyebarkan kebenaran.

Bodhisatwa sekalian, kita juga harus menggalakkan vegetarisme. Kita harus lebih banyak mengucapkan perkataan yang baik dan melepaskan makhluk hidup agar dapat menyelematkan lebih banyak makhluk hidup. Ini adalah hal yang baik. Jadi, Bodhisatwa sekalian, mari kita sungguh-sungguh menggalakkan vegetarisme dengan cinta kasih. Pada perjalanan kali ini, saya menggalakkan vegetarisme ke mana pun saya pergi karena saya tidak tahu kapan bisa melakukan perjalanan lagi.

Pada Pemberkahan Akhir Tahun di Taichung bulan lalu, Kepala RS Chien merasa sedih saat melihat kursi yang kosong. Melihat ekspresi wajahnya dan para tenaga medis lainnya, saya sungguh tergugah. Jadi, saya memutuskan untuk mengisi kembali energi saya dan menjaga kesehatan tubuh dengan baik. Saya harus mengumpulkan kekuatan dan tekad saya serta melangkah dengan mantap.

Saya selalu mengingatkan diri untuk selalu berdiri tegak, membusungkan dada, dan mengambil langkah demi langkah dengan mantap. Daripada menyerah pada usia tua, saya harus mengingat bahwa masyarakat dan dunia masih membutuhkan saya. Karena itu, saya seharusnya berusaha segenap tenaga untuk bersumbangsih bagi dunia hingga embusan napas terakhir. Berhubung saya telah datang ke dunia ini dan saat ini dunia membutuhkan saya, saya harus menggenggam kesempatan untuk berbicara.


Setiap hari, saya mengerahkan seluruh energi saya untuk memberikan ceramah. Sekarang, saya ingin mengingatkan kalian semua bahwa berhubung sulit bagi saya untuk berbicara, harap kalian dapat menyerap perkataan saya ke dalam hati dan mempraktikkannya secara nyata dalam kehidupan kalian hingga embusan napas terakhir.

Hendaknya kita banyak menjalin jodoh baik saat ini agar ikrar kita dapat berlanjut ke kehidupan berikutnya. Kita harus datang lagi ke alam manusia ini pada kehidupan berikutnya untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang agar kita dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.

Saya berharap hingga 50 kehidupan selanjutnya, kita tetap dapat berjalan di jalan ini tanpa menyimpang sedikit pun. Setelah kita berjuang untuk menginspirasi semua orang selama 50 kehidupan, dunia akan dipenuhi Bodhisatwa. Mari kita menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat yang harmonis, dan menciptakan dunia yang dipenuhi Bodhisatwa. Apakah kita bisa melakukannya? (Bisa.) Ya.

Kita semua hendaknya yakin bahwa dengan mempelajari Dharma, membimbing semua makhluk, dan mengakumulasi jalinan jodoh dari kehidupan ke kehidupan, kita akan dapat menginspirasi semua makhluk untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.   

Guru dan murid memiliki tekad yang sama untuk tetap tekun dan bersemangat
Melintasi gunung untuk mengantarkan cinta kasih kepada semua orang
Membimbing semua makhluk dengan cinta kasih,welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Menjalin jodoh baik di Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 24 Januari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 26 Januari 2024
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -